Menghitung Peluang dan Tantangan Amin di Jatim
Oleh: Isa Ansori
PILPRES tahun 2024 tinggal beberapa bulan lagi. Kaolisi Perubahan Untuk Persatuan sudah mendeklarasikan pasangan Anies-Muhaimin Iskandar sebagai bakal capres dan cawapresnya. Tentu saja deklarasi pasangan ini menarik untuk dibaca peluangnya di Jawa Timur. Mengingat Jawa Tmur adalah daerah pertempuran yang dirasa paling berat oleh Anies, akibat massifnya berita hoaks yang menyudutkan Anies. Anies dianggap intoleran, menggunakan politik identitas dan sederetan fitnah yang ditebarkan. Syukurlah pelan tapi pasti, tuduhan-tuduhan itu bisa dijawab dengan fakta-fakta yang ada, utamanya ketika Anies memimpin Jakarta.
Jawa Timur yang konon katanya merupakan basis NU, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Anies, karena NU adalah basis massa kelompok Islam tradisonal dan banyak di daerah-daerah pedesaan dan urban, sementara Anies terlanjur dilabeli sebagai Islam modern dan kelompok perkotaan. Sehingga masuknya Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB sebagai cawapresnya, menjadi energi tambahan untuk merebut Jawa Timur. Tak diragukan lagi dukungan kyai-kyai NU di Jawa Timur terhadap Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin Iskandar.
Merujuk pada peta hasil pemilu tahun 2019, kekuatan Partai Koalisi pendukung pasangan Amin adalah Nasdem: 2.190.169, PKB : 4.198.551 dan PKS : 1.866.048, total suara secara keseluruhan adalah 8. 254. 768 suara.
Jumlah ini setara dengan 33,8% dari total suara sah di Jawa Timur pada Pileg 2019. Total suara di Jatim pada saat itu sebanyak 24.672.915 suara. Jumlah ini setara dengan 92,21% dari total suara yang masuk. Jumlah DPT sebanyak 30.912.994, jumlah suara yang rusak dan tidak menggunakan haknya sekitar 8 %.
Sejatinya ada peluang kalau suara itu bisa dikapitalisasi, akan ada modal suara sebanyak 31,8 % dukungan terhadap pasangan Anies-Muhaimin.
Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Jawa Timur pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 adalah 31.402.838 pemilih. Jumlah tersebut terdiri dari 15.427.242 pemilih laki-laki dan 15.907.282 pemilih perempuan.
Jumlah tersebut meningkat 1,3% dari jumlah DPT pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2019. Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Penambahan jumlah penduduk di Jawa Timur.
Perbaikan data pemilih, Sosialisasi Pemilu 2024 yang lebih intensif. Peningkatan itu bisa menjadi cermin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap keterlibatannya dalam proses demokrasi.
Data dari KPU juga bahwa jumlah golput, masyarakat yang tidak menggunakan suaranya dalam proses pilpres, pileg dan pilgub maupun pilkada, sejak tahun 2014 dan 2019 berkisar antara 8-10 % dari jumlah pemilih tetap. Jadi bila diasumsikan pada kisaran 9 % jumlah golput di tahun 2024, maka bisa diduga hanya akan ada 28.576.582 suara.
Lalu berapa asumsi yang bisa dibangun untuk dukungan terhadap pasangan Amin?
Masih mengacu pada pilpres 2019 di Jawa Timur, pasangan Jokowi dan Makruf Amien saat itu mendapat suara sebesar 16.231.668 suara (65,79%), sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih 8.441.247 suara (34,21%). Saat itu Jokowi-Makruf Amin didukung oleh partai PDI Perjuangan, Golkar, PPP, PKB, Nasdem, PSI, Perindo, PKPI dan PBB, sedangkan pasangan Prabowo-sandiaga Uno didukung oleh Gerindra, PKS, PAN, Demokrat dan Berkarya.
Saat ini bila seandainya pasangan capres cawapres ada tiga, maka dukungan terhadap siapapun yang akan menjadi pilihan Jokowi juga akan terbelah menjadi tiga, setidaknya, Nasdem dan PKB akan membuat dukungan tersendiri terhadap pasangan Amin, Golkar, PAN, PSI dan PBB akan mendukung Pasangan Prabowo, sedang PDIP, PPP, Perindo akan mendukung pasangan Ganjar.
Setidaknya suara pasangan Jokowi-Makruf Amin akan berkurang ke pasangan Amin di jatim sebanyak Nasdem: 2.190.169 dan PKB : 4.198.551 atau sejumlah 6.338.720 atau setara dengan 35 % suara Jokowi – Makruf Amin tahun 2019. Selebihnya suara dukungan “All Jokowi mens“ akan terpecah juga ke pasangan bacapres Prabowo dan pasangan bacapres Ganjar.
Dari data sebaran suara yang ada passangan prabowo akan mendapatkan tambahan suara dari Golkar 2.256.056 ( 10 % ), PSI 170.588 ( 0,77 % ), dan PBB sekitar 74.318 ( 0,33 % ) atau sebesar 2.500.962 suara atau sekitar 16 % suara Jokowi-Makruf Amin. Sedang suara yang ke Ganjar akan berasal dari PDIP 4.319.666 ( 19,57 % ), PPP 1.225.216 ( 5,52 % ) dan Hanura 101.339 ( 0,46 % ) serta Perindo 558.721 ( 2.50 % ) atau setara dengan 6.204.942 atau 34 % suara Jokowi Makruf Amin. Tentu peta ini menjadi tantangan bagi para pendukung pasangan Amin.
Munculnya partai Baru seperti partai Ummat kemudain berpindahnya arah dukungan dari koalisi, misalkan Partai Ummat yang mendukung pasangan Amin ditambah lagi dengan perolehan suara PKS, tentu akan menambah dukungan, belum lagi suara masyarakat dari kalangan buruh, masyarakat kecil dan kaum emak emak serta millennial, tinggal seperti apa pasangan Amin ini menawarkan solusi gagasan bagi persoalan bangsa.
Kasus Wadas, sulitnya lapangan pekerjaan, kenaikan harga BBM, kenaikan harga sembako, mahalnya pupuk pertanian, kasus Rempang serta munculnya dukungan dari kalangan non muslim seperti kalangan Kristen dan Hindu serta yang lainnya, tentu akan menambah kekuatan Amin di Jatim.
Setidaknya kalau melihat sebaran itu dan mengacu pada gagasan antusias penerimaan Amin di Jatim paska deklarasinya, setidaknya suara lebih dari 25 % bisa diraih, setidaknya mendekati atau bahkan sama dengan 40 % suara pemilih Jatim dapat diraih pada putaran pertama.
Apa yang harus dilakukan?
Tinggal sekarang sejauh mana mesin partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan dan para pendukung Amin mampu bekerja maksimal dan berkolaborasi dalam membumikan gagasan Amin di daaerah-daerah perkotaan dan desa dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Keberhasilan Anies memimpin Jakarta dan keberpihakan PKB dan cak Imin terhadap rakyat perlu dimunculkan kembali untuk menjawab tudingan-tudingan yang tak berdasar selama ini.
Partai Pengusung dan Pendukung yang berada dalam koalisi diharapkan mampu mengusung gagasan perubahan dan perbaikan yang mudah dipahami masyarakat dan bisa dirasakan langsung manfaatnya bila memilih pasangan ini, hal yang sama juga yang harus dilakukan oleh relawan, hadir di setiap persoalan masyarakat sebagai representasi Amin.
Program membumi dan dekat dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Para pendukung dan relawan Anies didaearah daearah diharapkan mampu membuat jargon jargon yang dekat dan dibutuhkan oleh masyarakat dimasing masing daerah.@
*) Kolumnis dan akademisi, tinggal di Surabaya