Nelayan Bawean Butuh Es dan Solar
REKAYOREK.ID Pemerintah Kabupaten Gresik tertarik untuk mengembangkan perekonomian di Pulau Bawean dengan memajukan sektor perikanan tangkap.
“Selama dua hari pelabuhan perikanan Bawean kedatangan tamu dari Gresik, Asisten bidang perekonomian dan salah satu direktur BUMD,” ungkap Kepala Pelabuhan Bulu, Tuban yang membawahi Pelabuhan Bawean, Mufid Supriyanto.
Menurut rencana Pemkab Gresik akan mengoperasikan kembali pabrik es yang sudah ada di Pelabuhan Bawean Sejak tahun 1973.
“Kondisi kompresornya masih bagus dan masih bisa berproduksi dua ribu ton per hari,” jelasnya.
Mufid menambahkan es sangat dibutuhkan nelayan untuk menjaga kualitas dan bagian dari sistim rantai dingin.
Sektor perikanan tangkap di Bawean, tambah Mufid, mempunyai potensi cukup besar hal itu dilihat dari rata rata hasil tangkapan nelayan lokal sebesar dua ton per hari jika musim ikan. Selama ini hasil tangkapan nelayan selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga dibeli oleh pedagang asal Brondong, Lamongan dan Banjar, Kalimantan Selatan.
“Jumlah kunjungan kapal di Bawean semakin meningkat per tahun tercatat 3.565 kapal berbagai ukuran lima hingga 10 GT dengan jumlah nelayan 521 orang,” jelasnya.
Sementara di Bawean terdapat beberapa sentra pendaratan ikan di luar pelabuahan perikanan dengan asumsi jumlah nelayan tiga ribu orang.
Salah satu kebutuhan yang mendesak di Bawean saat ini selain pabrik es, nelayan juga membutuhkan keberadaan solar yang jatahnya sangat terbatas, dua hari sudah habis. Solar untuk kebutuhan nelayan Bawean disuplai oleh perusahaan swasta (APMS).
“Yang kita dengar dari beberapa nelayan setiap nelayan bisa membeli solar dengan harga subsidi di lokasi APMS, jatahnya 20 liter, namun 2 hari solar katanya sudah habis,” jelasnya.
Menurut asumsi kebutuhan solar nelayan Bawean per bulan sekitar 2000 ton.
Beberapa nelayan yang dihubungi mengatakan, es balok sangat dibutuhkan untuk dibawa kelaut untuk mempertahankan ikan agar tetap segar.
“Ikan ini kan cepat busuk jika tidak ditangani dengan baik dan diberi es. Hitungannya jam mas,” jelas Rokim.
Ikan tongkol dan cakalang andalan nelayan Bawean yang dijual di Bawean Rp 25 ribu per kilogram dan harganya akan turun jika sudah lebih dari lima jam di darat karena tidak ada es. Selain Es, ketersediaan solar subsidi (SPBN), nelayan Bawean juga berharap Pemprov Jatim segera membangun kembali Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
“Kalau ada lelang harga ikan tidak dipermainkan tengkulak atau pengambek,” kata Rokim.@k