Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Pemikir Bebas

Oleh: Junaedi

ILMU pengetahuan makin lama makin berkembang. Begitu juga dengan disiplin keilmuan yang makin bercabang. Mungkin seumur hidup manusia tidak akan mampu untuk mempelajari dan memahami akan teori-teori dari keilmuan itu.

Seorang yang mempelajari suatu disiplin ilmu finisnya adalah kemampuan dalam menganalisa sebuah keadaan sesuai bidang yang dipelajari, kemudian memecahkan dan menyimpulkan dengan konkrit akan faktor faktor yang ada didalamnya.

Merujuk pada teori pemikiran bebas kuno, terdapat pandangan filosofis yang menyatakan, opini atau pendapat harus dibentuk berdasarkan ilmu pengetahuan, logika, dan akal, dan tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan, tradisi ataupun fanatisme.

Berbeda halnya dengan sebuah ketentuan absolute yang dirumuskan sejumlah sarjana keilmuan yang sifatnya mulak statis dalam sebuah lingkup teritorial. Hal ini kemudian menimbulkan doktrin, dan pendapat keilmuan yang sifatnya relatif.

Pemikir bebas berpendapat bahwa setiap individual tidak harus menerima suatu ide yang diusulkan sebagai kebenaran mutlak statis.

Para pemikir bebas (freethinkers) berusaha untuk membentuk pendapat mereka beradasarkan fakta, penyelidikan ilmiah, dan prinsip logika yang memisahkan diri dari segala kekeliruan akal atau secara sadar membatasi pengaruh dari kekuasaan, bias konfirmasi, bias kongnitif, kebijaksanaan konvensional, kebudayaan populer, prasangka, sektariasme, tradisi, legenda urban dan fanatisme lainnya.

Kalaupun ada yang mengatakan pemikir bebas tidak mempercayai dogma agama, dia bukanlah seorang pemikir bebas. Melainkan hanya seorang fanatisme akal. Sedangkan akalnya tidak mampu menerjemahkan pesan yang disampaikan. Atau disebut tidak mengetahui. [Tidak Tahu] yang akhirnya menimbulkan pemikiran agnostik.

Mari berpikir bebas! []

*) Penulis adalah jurnalis

Komentar
Loading...