Prasasti Pucangan Simbol Persahabatan Antar Bangsa Melalui Jembatan Bahasa dan Aksara
REKAYOREK.ID Prasasti Pucangan terus menjadi perhatian Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan, yang dikepalai oleh Menteri Fadli Zon.
Indonesia, melalui Menteri Kebudayaan Fadli Zon, telah mengajukan permintaan resmi kepada pemerintah India untuk memulangkan Prasasti Pucangan dari India. Fadli Zon menyebutkan bahwa pengembalian prasasti ini sangat penting untuk memulihkan bagian dari sejarah dan identitas budaya Indonesia.
Fadli Zon mengungkapkan, “Pengembalian Prasasti Pucangan ini akan menjadi langkah signifikan dalam memulihkan bagian dari sejarah dan identitas budaya kita.” ujarnya dalam siaran pers, dikutip Senin (2/12/2024).
Prasasti Pucangan, yang juga dikenal dengan nama Collata Stone ini, berasal dari Jawa Timur, yang dibawa Raffles ke India dan diserahkan kepada penguasa Inggris di Wilayah Asia Tenggara Lord Minto pada awal Abad 19.
Bagi Indonesia prasasti ini memuat pesan penting karena mencatat silsilah Raja Medang, dari Mpu Sindok hingga Airlangga, serta menggambarkan peristiwa-peristiwa penting seperti pernikahan Airlangga dengan putri Raja Dharmawangsa Teguh dan peristiwa Pralaya Medang pada 1016 yang menyebabkan runtuhnya kerajaan tersebut.
Kemudian dalam prasasti ini dijelaskan pula bagaimana Airlangga berhasil melarikan diri dari kehancuran dan kemudian mendirikan Kerajaan Kahuripan.
Menurut A. Hermas Thony, Tokoh Penggerak Budaya Surabaya, bahwa Kahuripan identik dengan Jawa Timur sebelum hadirnya Majapahit. Dari Kahuripan terpecah menjadi dua Wilayah yang bernama Jenggala dan Panjalu.
“Nama nama itu seperti Kahuripan dan Jenggala masih digunakan di Jawa Timur”, kata Thony.
Thony menambahkan bahwa prasasti Pucangan ini menjadi sebuah monumen yang menyatukan dua bahasa dalam satu aksara yang umum digunakan pada masa itu.
“Ada dua bahasa, yaitu Jawa Kuna (Jawa, Nusantara) dan Sansekerta (India) yang tertulis dalam satu aksara, yaitu Kawi, di masing masing sisi. Ini perlambang hubungan bilateral antara Jawa dan India pada era itu di Abad 11”, tambah Thony.
Jadi prasasti Pucangan tidak hanya memuat sejarah Airlangga pada masa lalu, tetapi monumen itu sendiri secara kekinian dan masa depan menjadi simbol persahabatan bilateral antar bangsa.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menguatkan sebagaimana dikutip dari kompas.com bahwa repatriasi ini diharapkan dapat mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan India, sekaligus menjadi langkah konkret dalam pelestarian warisan budaya global.
Sementara itu menurut Dr Ir Amien Widodo MSi, peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, yang selama ini getol mengikuti proses ekskavasi di Wilayah Trowulan.
Berikut komentar Dr. Amien Widodo mengenai perkembangan proses repatriasi oleh pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Alhamdulillah, ibarat orang mancing, kail kita sudah dimakan ikan besar dan kemungkinan dapatnya ikan besar juga sudah sangat besar.
Untuk perjuangan kita memulangkan prasasti pucangan sekarang tinggal kita berdoa. Semoga tarikannya kuat, menjurus luuurus, fokuuuuus dan kalau sudah pulang siap mengurus sesuai dengan yang kita harapkan. Seperti itulah strategi politik Kebudayaan kita.
Hal itu kita tempuh karena kita sadar, tidak bisa melakukannya sendiri. Kita lemah, kita kecil, tapi dengan kekuatan akal sehat kita yang dilandasi niat baik, Insyaallah, Gusti Allah berkenan memfasilitasi, membersamai dan memberkahi.@PAR/nng