Proto-Satgasus 2.0
Oleh: Rosdiansyah
SATGASUS (Satuan Tugas Khusus) menjadi mesin politik keamanan untuk menghabisi lawan-lawan rezim sejak 2018 sampai 2022. Mesin ini tak boleh dilupakan publik karena ia berkait langsung pada semua langkah rezim menghabisi rival politik. Bahkan Satgasus ikut andil dalam Pemilu 2019 melalui aksi di lapangan dan aksi siber. Siapa saja yang berbahaya di mata rezim, segera dihabisi. Dipersekusi, dimata-matai, dikejar, bahkan dibunuh.
Roh Satgasus adalah jelmaan penjaga rezim. Mereka yang terlibat dalam Satgasus adalah pemburu karir sektor keamanan. Maksudnya, bukan keamanan publik tapi keamanan rezim. Maka, tugas mereka adalah memburu siapa saja di negeri ini yang berpotensi melawan rezim.
Pembantaian KM50 pada 7 Desember 2020 adalah hasil kerja Satgasus. Enam warga sipil dihabisi Satgasus seketika dini hari di jalan relatif sepi. Usai menghabisi warga tak berdosa itu, aparat Satgasus dengan pongah berkilah, bahwa enam warga sipil itu melawan petugas hukum. Kilah yang patut diragukan, apalagi ironinya para pembunuh itu lepas dari jerat hukum.
Mesin pembunuh itu dibubarkan pada Agustus 2022. Setelah selama bertahun-tahun ia menebar horor, menyebar teror, kepada publik. Pembubaran Satgasus tidak serta-merta menjadikan minat menteror warga melalui cara-cara Satgasus surut. Sebaliknya, minat itu terus hidup dalam sanubari siapapun yang pernah terlibat di dalamnya.
Karena mereka berpikir, cara Satgasus itulah yang paling efektif membungkam lawan-lawan politik. Para bekas operator Satgasus tampaknya kini sedang mencari peluang masuk arena politik. Para operator ini tahu, bahwa politisi atau kontestan politik umumnya mahluk pemaaf banyak lupa. Maka, akan lebih mudah untuk dipengaruhi lalu dikendalikan.
Belakangan mencuat nama bekas pelindung Satgasus berlabuh di salah-satu tim pemenangan bacapres. Itu hak dia untuk ikut bergabung ke tim pemenangan. Seratus persen hak dia. Tidak ada yang melarangnya, sebab siapapun bekas pejabat tentu punya hak menjadi bagian dari tim pemenangan paslon bacapres-bacawapres.
Namun, rakyat tentu juga tidak boleh lupa jejak hitam Satgasus dan terbantainya enam warga sipil di KM50 pada 7 Desember 2020. Kembalinya bekas pelindung Satgasus melalui pintu politik besar kemungkinan bertujuan menghidupkan kembali cara-cara Satgasus. Yakni, cara-cara mengamankan calon rezim yang didukungnya dari kritik jika calon rezim itu menang Pilpres 2024.@
*) Periset di Surabaya