Putin dan Pembakar Alquran
Oleh: Moch Eksan
ADA seorang remaja mendadak viral di dunia. Namanya Nikita Zhuravel. Seorang pemain basket klub U16 dari Vinnytasya yang membakar Alquran di depan masjid di Kota Volgograd Rusia.
Remaja kelahiran Ukraina, 2 April 2003 juga memvideo serta menyebarkannya di media sosial. Sehingga menimbulkan kemarahan dari umat Islam Rusia. Terutama dari daerah otonom yang mayoritas muslim, Chechnya.
Akibat aksi tersebut, Zhuravel, pembakar Alquran, ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh polisi setempat. Sebab, aksinya telah menimbulkan gelombang protes, instabilitas keamanan, dan penghinaan terhadap kitab suci umat Islam. Sementara di Rusia sendiri, ada peraturan yang melarang warga untuk menghina umat beragama dan kitab suci agama lain.
Salah Mezchiev, Kepala Mufti Chechnya, mengatakan bahwa membakar Alquran merupakan kejahatan terhadap Islam, kemanusiaan, dan toleransi. Tindakan yang disponsori oleh Badan Intelijen Ukraina ini menyalahi tuntunan etika moral manapun.
Zhuravel berani membakar Alquran atas suruhan agen rahasia Ukraina dengan imbalan uang 10.000 Rubel atau setara dengan Rp 1.788.623. Imbalan yang sangat murah dibandingkan ongkos hukuman penjara yang harus diterimanya lantaran tindakan intoleran yang merobek perasaan umat Islam Rusia khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin meminta agar pelaku pembakar Alquran menjalani hukum di Chechnya. Sementara, pengacara terpidana dan para aktivis HAM memprotes pemindahan tahanan ini. Mereka mengkhawatirkan keselamatan Zhuravel. Mereka takut kliennya mengalami penyiksaan dan bahkan sampai pembunuhan.
Respons keras Putin dapat dimaknai sebagai tindakan tegas agar kasus semisal tak terjadi. Penduduk Rusia ingin hidup rukun dan damai tanpa pertikaian antar agama. Selain pandangan dan sikap Putin sendiri yang memilih bersahabat dengan umat Islam.
Kendati Putin penganut Kristen Ortodok, ia adalah pemimpin dunia yang gemar membaca kitab suci agama-agama. Presiden berpangkat kolonel di intelijen militer bekas Uni Soviet ini menganjurkan pada anak muda Rusia untuk banyak membaca kitab suci.
“Suruh mereka membaca Injil. Itu sangat bagus. Suruh mereka membaca Alquran dan Taurat. Semua (kitab suci) ini akan sangat bermanfaat bagi mereka. Semua agama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. Kalau kita mengikuti ajaran (agama), dunia akan menjadi lebih baik, tenang, dan stabil,”, kata Putin di hadapan sejumlah pempinan media asing pada Forum Ekonomi Internasional Sankt Peterburg (SPIEF) pada 7 Juni 2019.
Dalam konteks Alquran, Putin dalam beberapa pidato kenegaraannya tak sungkan-sungkan mengutip ayat Alquran. Presiden kelahiran St Patersburg, 7 Oktober 1952 ini sekurang-kurangnya menyitir 3 ayat Alquran dalam terjemahan Bahasa Rusia. Antara lain:
Pertama, QS As-Syura ayat 23: Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hambaNya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri).
Kedua, QS An-Nahl ayat 128: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ketiga, QS Ali Imran ayat 103: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk..
Ayat-ayat yang dikutip oleh Putin di atas, berbicara soal amal soleh, kebaikan dan persatuan. Sebuah nilai kemanusiaan universal yang dirujuk oleh presiden Rusia yang telah berkuasa lebih dari satu dekade sejak 2012.
Ayat Alquran yang disebut pertama disampaikan pada saat pertemuan dengan perwakilan dari berbagai agama di Rusia pada 4 November 2020.
Yang kedua disampaikan sebagai kritik terhadap maraknya kasus pelecehan terhadap umat beragama yang melukai perasaan atas nama kebebasan berbicara.
Dan ayat yang disebut ketiga disampaikan pada pertemuan tingkat tinggi di Ankara yang dihadiri oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran Hassan Rouhani pada 2019.
Putin mengakui kontribusi Islam dan umat Islam terhadap keamanan Rusia serta perdamaian dunia. Apalagi, kontribusinya tak hanya nampak secara kualitatif namun juga kuantitatif.
Mufti besar Rusia, Albir Krganov memberikan testimoni perlakuan baik Putinbterhadap umat Islam disana. Jumlah mereka sebanyak 20 juta dari 147 juta lebih penduduk Rusia. Meraka punya 8 ribu masjid, 150 pesantren serta 20 perguruan tinggi Islam.
Krganov menyampaikan data statistik di atas kepada Wakil Ketua MPR, Dr Hidayat Nur Wahid MA di Gedung Nusantara III Kompleks DPR/MPR pada 16 Juni 2022, sembari mengemukakan kesaksian bahwa Putin sering membaca dan menghafal Alquran. Ini salah satu kunci keberhasilannya dalam membangun kerukunan umat beragama.
Oleh karena itu, sikap tegas pemerintahan Putin terhadap pembakar Alquran berbeda dengan pembiaran Presiden Prancis, Emmanuel Macron dalam kasuus kartun Nabi Muhammad SAW yang picu kerusuhan dan kekerasan atas nama agama. Presiden Negeri Beruang Putih ini ternyata relatif memahami nilai-nilai agama sebagai buah dari hobinya membaca kitab suci agama-agama.
Jadi, penanganan cepat kasus pembakaran Alquran di Rusia memberikan pelajaran berharga bagi kita. Bahwa siapapun yang menghina umat beragama dan kitab suci agama lain harus ditindak tegas. Tak ada kompromi dan toleransi sedikit pun terhadap mereka. Kedamaian negara di atas kemerdekaan berbicara warga. Maka, segera seret mereka pada pengadilan. Dan jangan memberi peluang bagi tumbuh suburnya emberio intoleran di tengah-tengah masyarakat. Semoga! @
*) Penulis adalah Pendiri Eksan Institute