Saat Orang Jawa Sedunia Kumpul di Surabaya
Kebudayaan Jawa yang hidup di manca negara diuri-uri dan dikembangkan oleh orang-orang keturunan Jawa di negaranya masing masing. Dalam proses menjaga dan mengembangkan itu, mereka belajar secara otodidak.
REKAYOREK.ID Utusan Komite Diaspora Jawa Dunia, Jakim Asmowidjojo dan rekan, Henk Dipokromo, yang datang dari Belanda, beraudensi ke Pemerintah Kota Surabaya pada Selasa, 27 September 2022.
Ia bersama rekan didampingi pengurus Begandring Soerabaia, yang diantaranya adalah Kuncarsono Prasetyo dan juru pelihara Sumur Jobong, Agus Santoso, serta penulis.
Mereka diterima oleh Herry Purwadi, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata, mewakili Asisten II, Irvan Widyanto, AMP, S.Sos, M.H di salah satu ruang rapat Asisten II, Balai Kota Surabaya.
Karena utusan Komite yang keturunan Jawa tidak bisa berbahasa Indonesia, kecuali Jawa, Belanda dan Inggris, maka komunikasipun menggunakan bahasa Jawa.
“Aku ngomong ngganggo boso Jowo, ning ngoko, kaya omonge arek Surabaya” (Saya bicara menggunakan bahasa Jawa, tapi ngoko seperti orang Surabaya) “, kata Jakiem yang getol nguri uri Kebudayaan nenek moyangnya, Jawa, meskipun tinggal di Belanda.
Hal ini dimaklumi oleh Herry Purwadi yang kemudian diikuti dengan komunikasi menggunakan bahasa Jawa ngoko, ala Suroboyoan.
“Matur suwun wis gelem medayoh nang Balai Kota iki. Lha mbesuk mbesuk, opo sing iso diewangi pemerintah Kuto Suroboyo gawe ngramekno acarane wong Jowo sak dunia iki (Terima kasih atas kedatangannya di Balai Kota. Nantinya apa yang bisa pemerintah Kota bantu untuk meramaikan acaranya orang Jawa se dunia) “, tanya Hery ketika membuka pembicaraan.
Jakiem menjelaskan bahwa program Diaspora Jawa Dunia, yang diberi judul “Nglumpukke Balung Pisah” adalah upaya orang orang Jawa dari berbagai negara di dunia yang ingin lebih mengenal Kebudayaan Jawa di tempat nenek moyangnya. Yaitu di Jawa.
“Iki program sing kaping limo. Sak durunge wis tau ono Nglumpukke Balung Pisah sing sepisanan, keloro karo ke telu, kepapat. Taon 2023 Nglumpukke Balung Pisah sing kaping limo” (Ini program yang ke limo. Sebelumnya sudah pernah ada Nglumpukke Balung Pisah pertama, kedua, ketiga dan ke empat. Tahun 2023 adalah program kelima)”, jelas Jakiem.
Ia menambahkan bahwa pada setiap event Diaspora Jawa Dunia ini dihadiri antara 300 sampai 400 orang Jawa, yang tersebar di berbagai negara di Dunia. Mereka adalah orang orang Jawa yang lahir dan tinggal di negara negara itu, diantaranya Belanda, Suriname, Kaledonia Baru, Amerika Serikat, Amerika Latin, Australia, Singapore, Malaysia dan lain lain.
Herry Purwadi menyambut baik rencana Diaspora Jawa Dunia di Surabaya tahun 2023. Ini adalah kesempatan bagi Surabaya berbagi wawasan dan menjalin hubungan kebudayaan antara Surabaya dengan negara negara lain dimana orang orang keturunan Jawa itu tinggal.
Rencana kedatangan orang orang Jawa dari seluruh dunia ini juga menantang Surabaya untuk bisa menampilkan dan menyuguhkan event event kebudayaan yang menjadi sumber pembelajaran dan edukasi buat orang orang keturunan Jawa di manca negara. Karenanya Herry meminta kepada Begandring Soerabaia dapat membantu merancang kegiatan untuk menyambut dan mengisi event internasional itu.
Kuncarsono Prasetyo, mewakili Begandring Soerabaia, menyatakan akan siap membantu dan berkolaborasi dengan pemerintah kota serta pihak pihak lain yeng terlibat untuk menata acara Diaspora Jawa se Dunia yang berjudul “Road Trip Nglumpukke Balung Pisah”.
“Kami akan bantu menata acara mulai dari atraksi seni budaya, sejarah hingga sarasehan sehingga para tamu itu bisa mengetahui seperti apa dan bagaimana budaya dan tradisi Jawa di Surabaya, yang bisa jadi berbeda dengan Jawa di tempat lain”, jelas Kuncarsono.
Belajar Otodidak
Dari penjelasan Jakiem dan Henk, yang memang terlahir di Belanda, bahwa dirinya dan rekan rekan keturunan Jawa terus bekerja untuk nguri uri Kebudayaan, seni dan tradisi Jawa. Mereka berkesenian Jawa. Mereka belajar menabuh gamelan, menari jaranan dan menyanyi tembang tembang Jawa. Termasuk mengolah masakan Jawa.
“Tradisi, seni lan kabudayan Jowo sing ono neng Walondo utowo Suriname iki yo rodok bedo saka asline neng Jowo. Paribasane panganan “soto”, rasane ambek isine ora persis kaya neng Surabaya. Naming, wong Jowo Suriname ngarani iku soto” (Tradisi, seni dan Kebudayaan Jawa yang ada di Belanda dan Suriname sedikit berbeda dengan aslinya di Surabaya. Misalnya seperti makanan soto, rasanya sedikit berbeda dengan soto di Surabaya. Tetapi bagi orang Suriname, itu adalah soto) ‘, jelas Henk Dipokromo.
Kebudayaan Jawa yang hidup di manca negara diuri uri dan dikembangkan oleh orang orang keturunan Jawa di negaranya masing masing. Dalam proses menjaga dan mengembangkan itu, mereka belajar secara otodidak. Mereka melihat foto dan gambar serta mendengarkan, lalu berupaya untuk mewujudkannya.
Misalnya ketika mereka bermain gamelan. Mereka tidak mendatangkan seperangkat gamelan dari Jawa (Indonesia), tapi membuat sendiri dengan mencontoh dan belajar dari buku. Lalu begitu peralatan gamelan yang sudah jadi, meski tidak lengkap, mereka lantas menggunakannya.
Karenanya ada ketidak lengkapan dengan perangkat gamelan aslinya. Hasil orkestrasi gamelannya pun juga tidak persis sama dengan seperangkat yang semestinya. Tapi secara umum, perangkat gamelan yang mereka buat dan mereka gunakan sudah mewakili kabudayaan Jawa. Seperti itulah mereka eksis dengan tradisi Jawa.
Pun demikian dengan masakan. Misalnya soto. Mereka memasak soto. Tapi tidak usah kaget jika rasa dan isinya soto tidak sama. Ini karena tergantung dari ketersediaan bahan (ingredien) di sana sehingga hasilnya tidak seperti aslinya di Surabaya.
“Paribasane awak dewe iki koyo wong Jowo sing kurang jangkep bumbune. Mergo iku, aku lan kanca kanca keturunan Jowo teko mrene sak perlu sinau golek bumbu jangkepe supoyo rosone soto neng negoro monco sing dimasak ambek wong Jowo, rasane yo roso soto koyok nang Suroboyo”, (Seperti peribahasa bahwa kami ini seperti orang Jawa yang tidak lengkap bumbunya. Karenanya saya dan kawan kawan keturunan Jawa datang kemari untuk belajar mencari bumbu langkap agar soto yang kami olah benar benar rasa soto seperti soto di Surabaya), tambah Henk Dipokromo.
Dalam program “Road Show Ngumpulke Balung Pisah V” ini mereka ingin belajar dari sumber aslinya. Karenanya mereka berharap dapat mendapatkan dan melihat keaslian kebudayaan, termasuk kuliner dan kesenian serta berbagai tata orang Jawa: tata busana, tata krama, tata basa, tata pikir dan tata rasa orang orang Jawa di Jawa
Bisa jadi cara orang Jawa di Surabaya berbeda dari orang Jawa di Mojokerto, di Madiun, di Surakarta dan lain lain. Itu semua adalah keragaman asli orang-orang Jawa di pulau Jawa. Itulah yang akan menjadi oleh oleh bagi orang orang keturunan Jawa di berbagai negara. Dengan begitu mereka juga mengetahui perkembangan orang orang Jawa di pulau Jawa, Indonesia.
Begitu sebaliknya orang orang Jawa di sini (Indonesia) juga bisa mengetahui bagaimana orang orang keturunan Jawa di berbagai negara. Di sanalah dalam ajang Diaspora Jawa Dunia dalam event “Road Show Ngumpulke Balung Pisah V” dapat mempererat tali persaudaraan bangsa Jawa di seluruh dunia.
Peluang Kerjasama
Pertemuan orang orang Jawa se Dunia di Surabaya pada Juni 2023 mendatang ini akan menjadi peluang kerjasama multilateral melalui jalur Kebudayaan. Mereka tentu akan belajar dari sini, dan mereka tentu akan belanja berbagai pernik barang yang menjadi media edukasi yang ekonomis antar berbagai bangsa yang bersumber dari asalnya (Jawa).
Dari benda benda budaya (kain, batik, wayang, bumbu dan lain lain) yang disediakan oleh pelaku usaha di Surabaya akan menjadi pintu pembuka hubungan dagang antara Surabaya dengan kota kota dimana mereka tinggal di belahan dunia ini.
“Jika kita bisa menyediakan ragam benda dan barang untuk event internasional itu, berarti ada peluang kerjasama di bidang perdagangan yang pada gilirannya dapat membantu mereka di negaranya masing masing untuk pengembangan Kebudayaan Jawa,”, ujar Kuncarsono Prasetyo yang juga dikenal sebagai historypreneur.
Menurut Jakiem penjembatan budaya itu tidak harus berupa barang barang seni dan budaya, tapi berupa tenaga tenaga profesional di bidang seni dan budaya seperti pelatih dan guru untuk bahasa Jawa, traian Jawa dan lain lain.
“Aku kepingin onok guru guru seni lan budoyo sing iso dicepakno KBRI nok monco supoyo warga Jowo iso sinau budoyo Jowo neng KBRI. Yen onok pihak swasta sing gelem, yo luwih apik. (Saya ingin ada guru guru seni dan budaya yang disediakan oleh KBRI di luar negeri. Jika aada pihak swasta yang mau berperan juga lebih baik)”, harapan Jakiem.
Jadi kerjasama ini bisa melalui jalur perdagangan dan jalur pendidikan dan kebudayaan.
Perlu diketahui bahwa bahasa dan orang orang Jawa sudah dimana mana di muka buni ini. Salah satu ukuran bahwa bangsa Jawa sudah meng internasional adalah dari bukti bahwa bahasa Jawa masuk dalam bahasa internasional di google.@Nanang