Bahu Laweyan #15

Mencari Mangsa Baru

Meski sudah berdamai dengan Gendro Swara Pati, Nunuk tetap ingin lepas dari cengkraman makhluk halus tersebut. Harapan memiliki pasangan dan keturunan sangat besar.

Muncul dalam benaknya pikiran buruk. Mencari pasangan untuk ditumbalkan. Agar dia bisa bebas. Tapi siapa yang mau menikah dengannya. Bukankah Nunuk seorang perempuan bahu laweyan?

Banyak.

Laki-laki yang sudah mengenal Nunuk pasti akan tertarik dengan parasnya nan rupawan. Dia tidak hanya disukai para makhluk halus saja. Semua lawan jenis pasti menyukai Nunuk. Apalagi Nunuk mahir dalam urusan pikat memikat. Tanpa ilmu pelet sekalipun, dia sejatinya mampu memelet lawan jenis. Itu karena pengaruh Gendro Swara Pati yang bersemayam di tubuhnya.

Makhluk halus itu memang doyan mencari mangsa. Dengan kekuatan gaib Gendro Swara Pati, calon korban bisa dibuat bertekuk lutut di hadapan Nunuk.

Ya, Nunuk, tanpa dia harus merayu, cukup tatapan mata, semua laki-laki pasti akan jatuh dalam pelukannya.

Kekuatan gaib Gendro Swara Pati memang sangat besar.

Namun semua pilihan kembali pada Nunuk. Apakah dia bersedia menyerahkan korbannya pada Gendro Swara Pati untuk dijadikan tumbal dengan cara dinikahi atau tidak.

Ide untuk lepas cengkaraman Gendro Swara Pati mulai dipikirkan Nunuk. Syaratnya dia harus menikahi laki-laki yang dicintainya. Pilihan sulit.

“Saya punya niat untuk lepas dari bayang-bayang makhluk halus itu. Tapi saya harus menikahi laki-laki yang dicintai. Nantinya suami saya akan menjadi tumbal Gendro Swara Pati. Tidak mudah melakukannya.”

Menikahi laki-laki yang dicintai dan dijadikan tumbal, sulit dilakukan Nunuk. Bahkan meskipun  dia harus mencari pasangan hidup dengan cara asal-asalan dan tidak dikenal, tetap saja tidak mungkin dilakukan.

Laki-laki yang asal-asalan dinikahi memiliki kehidupan. Punya keluarga. Jika menikahi Nunuk, tentu harapan keluarga adalah anaknya mendapatkan pasangan yang baik. Hubungan langgeng dan sebagainya. Sedangkan Nunuk adalah perempuan bahu laweyan yang haus darah manusia.

“Meski saya harus mencari laki-laki tidak dikenal dan tidak dicintai, saya tetap tidak bisa melakukannya. Tidak mungkin saya mengorbankan anak orang begitu saja.”

Dalam kebingungan itu, tiba-tiba muncul suara Gendro Swara Pati.

“Apa yang kamu pikirkan, Nuk?” Tanya suara tanpa wujud itu.

“Aku ingin menikah. Aku ingin punya pasangan dan keturunan,” sahut Nunuk sedih.

“Kalau begitu menikahlah.”

“Kamu mudah bilangnya. Laki-laki yang kunikahi pastikan hanya akan kujerumuskan jadi tumbalmu.”

“Memang begitu, Nuk!” Gendro tertawa.

“Aku bingung harus menikah dengan siapa?” Nunuk bertanya.

“Menikah saja dengan Ki Rogo Jampi.”

Mendengar nama Ki Rogo Jampi tiba-tiba Nunuk teringat pengalaman tidak mengenakkan hati. Di matanya, sosok Ki Rogo Jampi sangat biadab.

“Benar-benar biadab dia. Laki-laki tidak bermoral,” sebut Nunuk.

Saat di Banyuwangi, perempuan itu sempat dijadikan budak seks dukun cabul tersebut. Sebelum dia, korban-korban Ki Rogo Jampi sangat banyak. Rata-rata korbannya perempuan muda. Hampir semua korbannya dijadikan budak seks berbalut dukun cabul. Kini sepak terjang Ki Rogo Jampi telah dihentikan Nunuk.

“Bagaimana mungkin aku menikah lagi dengan Ki Rogo Jampi. Dia sudah mati!” Serunya.

“Di dunia ini banyak orang seperti Ki Rogo Jampi. Di perkotaan banyak laki-laki berperingai mirip Ki Rogo Jampi. Mereka kejam terhadap sesama. Ada koruptor, penipu, maling, pembunuh, hingga bandar narkoba,” kata Gendro Swara Pati.

“Maksudmu aku harus menikahi penjahat?” Nunuk memastikan.

“Hilangnya satu dari mereka, kamu telah menyelamatkan banyak orang.”

Kata-kata Gendro Swara Pati ada benarnya. Pikiran Nunuk mulai terbuka tapi kesadarannya sekaligus dipengaruhi makhluk halus tersebut.

Dalam benaknya, laki-laki jahat memang layak dimusnahkan. Ki Rogo Jampi, dukun cabul layak mati. Koruptor dan bandar narkoba layak mati. Terutama para penjahat yang menyebabkan banyak orang menderita. Mereka semua layak mati.

Sejauh ini koruptor dan bandar narkoba menjadi pilihan Nunuk.

Bagi Nunuk, kedua tipikal penjahat itu sangat kejam. Jika dia berhasil menikahi salah satu di antara mereka, maka dia telah menyelamatkan ratusan hingga ribuan orang.

Keyakinan Nunuk sudah mantap. Dia akan mengeksekusi mereka dengan cara menumbalkan pada Gendro Swara Pati.

***

Nunuk tidak tahu cara mendekati koruptor dan bandar narkoba. Di kontrakannya tidak ada koruptor dan bandar narkoba. Kalaupun ada koruptor paling hanya kelas teri. Bandar narkoba pun yang ada kelasnya hanya pengedar.

Koruptor mayorits pejabat yang menghuni perumahan mewah. Sama dengan bandar nakorba. Mereka menghuni apartemen-apartemen mewah.

Namun koruptor dan bandar narkoba memiliki hobi sama. Suka dunia malam. Dari situ mereka berfoya-foya menghabiskan uang hasil korupsi dan jualan narkoba. Mereka suka main perempuan.

Timbul niat Nunuk masuk ke dunia malam. Agar bisa berkenalan dengan orang-orang tersebut.

“Saya tahu mereka orang-orang borjuis. Tertawa di atas penderitaan orang lain. Saya sebetulnya takut mendekati mereka. Tapi saya juga harus berani mencari mangsa agar terbebas dari belenggu Gendro Swara Pati. Mereka layak jadi tumbal. Saya harus masuk ke dunia mereka.”

Ya, dari awal niat yang buruk. Maka, jalan yang ditempuh berikutnya juga buruk.

Mencari tumbal nyawa manusia sama saja dengan membunuh. Meski orang yang hendak ditumbalkan notabene penjahat dan proses eksekusi bukan dilakukan oleh Nunuk. Tetap saja caranya tidak baik. Nunuk tidak sadar bahwa pikirannya telah dipengaruhi makhluk halus yang bersemayam di tubuhnya.

Yang ada di pikirannya hanya mencari tumbal manusia agar terbebas dari Gendro Swara Pati.

Maka, mulailah Nunuk masuk ke tempat-tempat hiburan malam. Memoles diri. Berdandan seseksi-seksinya. Menor. Bahenol. Apapun sebutannya.

Bersama teman-teman sebaya, Nunuk mulai pasang badan. Pasang jerat. Jadi umpan. Sewaktu-waktu ada pria mendekat, langsung masuk perangkapnya.

Pelan dan pasti Nunuk beralih dari dekapan satu pria ke pria lain. Berharap orang-orang yang ditemui adalah incarannya. Namun yang jadi incaran tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Lambat laun kehidupan dunia malam telah mengubah perempuan bahu laweyan tersebut. Dia semakin berasyik masyuk dalam dunia antah berantah. Lupa tujuan awal. Lupa mencari mangsa. Lupa segala-galanya.

“Tidak pernah terpikirkan saya bisa masuk ke dunia kelam itu. Awalnya saya mencari mangsa untuk dijadikan tumbal Gendro Swara Pati. Saya justru terperosok ke dalamnya. Maunya mendekati bandar narkoba, malah terjerumus dengan barang haram tersebut. Maunya mendekati koruptor, malah tergoda dengan uang haram tersebut.”

Nunuk benar-benar terlena dengan dunia barunya. Dia makin lihai menggoda lawan jenis untuk masuk dalam perangkapnya. Dia kerap gonta-ganti pasangan. Mengeruk uangnya demi kepentingan pribadi. Beruntung Nunuk masih punya kesadaran. Meski gonta ganti pasangan, tidak bersedia jika diajak tidur. Sebab Nunuk tahu resiko bagi pasangannya. Nunuk masih sadar bahwa dirinya tetaplah seorang bahu laweyan.

“Saya sering gonta ganti pasangan. Tapi saya masih bisa menjaga diri. Saya tetap tidak mau diajak tidur. Mereka bukan masuk dalam incaran saya. Mereka bukan koruptor dan bandar narkoba. Mereka cuma orang biasa yang hobi dunia malam. Saya tidak mau menumbalkan mereka. Saya memanfaatkan uangnya saja untuk berfoya-foya.”

Nunuk sendiri tidak tahu sampai kapan harus terjerumus dalam dunia kelam itu. Kesadarannya telah dirasuki Gendro Swara Pati. Makhluk itu telah mengubah jalan hidup Nunuk. Bahkan dia sudah tidak lagi mempedulikan harga dirinya sebagai seorang perempuan.

Cukup lama Nunuk terjerumus dalam dunia kelam. Hingga suatu hari dia dipertemukan dengan Doni. Sosok lelaki orientalis yang tampan dan gagah. Doni ini dikenal bandar narkoba kelas kakap.

[bersambung]

bahu laweyan
Komentar (0)
Tambah Komentar