Bonbin Mulai Ramai Pengunjung, Tapi…?
REKAYOREK.ID Pengunjung Taman Satwa KBS (Bonbin) terpantau ramai dan padat pada Minggu, 20 Maret 2022. Dari luar, parkiran kendaraan membludak, antrian karcis mengekor dan dari dalam pengunjung berjubel.
Menurut humas KBS, Agus Supangat, jumlah pengunjung pada Minggu 20 Maret 2022 mencapai 7485. Meski demikian, ketika level PPKM sudah turun ke level 2, operasional KBS tetap menerapkan protokol kesehatan, termasuk mewajibkan pengunjung memakai masker.
Pamor KBS sebagai obyek wisata favorit di Surabaya memang masih moncer. Tapi apakah isi KBS sebagai pusat konservasi, tempat penelitian dan pengembangan, tempat pendidikan dan tempat rekreasi masih sesuai dengan pamornya.
Sebagai wahana rekreasi yang didukung oleh potensi alami, berupa taman flora, KBS memang tampak semakin lebat. Apalagi penataan taman (lingkungan hidup) yang berisi berbagai jenis pepohonan sangat diperhitungkan oleh pendirinya kala itu.
Akibatnya, meski waktu terus berjalan dan perubahan terjadi, design tata ruang dan penataan vegetasi di lingkungan dalam KBS masih dan bisa sesuai dengan perubahan jaman. Apalagi vegetasi nya semakin rimbun dan lebat.
Namun, menurut seorang pembina kader lingkungan, Nur Suyatin, lebatnya vegetasi KBS belum layak masuk kategori lingkungan yang baik karena sebagai tempat wisata yang banyak dikunjungi orang, ketersediaan tempat sampah relatif minim.
Selain itu, kalau toh sudah ada tempat sampah, tapi tidak memberikan bentuk pembelajaran dan pendidikan sebagaimana mestinya sebagai wahana pendidikan.
“Coba kita lihat sekarang, kita ini berada di sebuah tempat yang menjadi jujugan berkumpulnya pengunjung seperti di area panggung ini, tapi di sekitar ini tidak terlihat tempat sampah yang tersedia. Apalagi disediakan tempat sampah yang memilah jenis sampah seperti sampah organik, non organik dan sampah botol dan kaleng. Belum lagi tempat sampah yang khusus untuk membuang limbah medis seperti masker dan botol handsanitizer”, jelas pembina kader lingkungan yang juga sebagai guru sekolah itu.
Dari pengamatan lapangan dengan berkeliling kebun, ternyata memang ketersediaan tempat sampah dibanding dengan luasnya lahan KBS dan banyaknya pengunjung sangat tidak sebanding. Akibatnya banyak sampah berserakan.
“Selain kurangnya ketersediaan tempat sampah, pengunjung juga tidak dididik tentang sadar lingkungan di lingkungan pendidikan ini”, tambah Nur Suyatin.
Berbeda dengan pengunjung lainnya, Roy, yang sudah pernah berkunjung sejak tahun 1970-an, dia sempat mengamati koleksi satwanya. Menurutnya atraksi satwanya tidak semenarik dulu.
“Saya sempat kaget mendengar kabar tentang kematian anak gajah dan seekor orangutan baru baru ini. Apalagi kabar kematian binatang itu terkesan disembunyikan. Ada apa ini?” kata Roy.
Berbeda dengan seorang pengunjung lainnya dari Tanjungsari Surabaya, Tri Priyo, yang bekerja di perusahaan exportir udang, ia berpendapat kritis setelah melihat penjualan sayur sayuran, yang dikemas sebagai pakan hewan. Perkemasan, yang terdiri dari 3 helai kacang panjang, satu buah wortel dan irisan umbi umbian, dijual 15.000.
“Saya tidak tau apakah sayur mayur yang dikemas sebagai pakan hewan dan dijual 15.000 per kemasan itu, dibeli dari alokasi anggaran belanja pakan hewan, yang kemudian dijual ke pengunjung dalam bentuk paket “pakan hewan”, tanya Priyo dengan rasa ingin tau.
Priyo khawatir bila hewan, khususnya jenis rusa, hanya mendapat makanan dari uluran tangan pengunjung dalam bentuk paket pakan hewan yang dijual 15.000 per paket.
“Semoga hewan hewan itu mendapat jatah makan rutin sebagaimana mestinya dari menejemen KBS, selain diberi makan oleh pengunjung.” tambah Priyo.
Tren Jumlah Pengunjung Naik
Di hari hari tertentu dan rutin, misal pada akhir pekan, jumlah pengunjung membludak seperti yang terjadi pada minggu, 13 Maret 2022 dengan jumlah 7448 dan naik tipis pada minggu berikutnya, 20 Maret 2022, yang jumlahnya 7485.
Dengan jumlah pengunjung, yang hampir mendekati angka 7500, berakibat pada membludaknya jumlah kendaraan sehingga lahan parkir KBS tidak memadahi.
Kendaraan pengunjung diparkir di tepi jalan di sekitar KBS. Ada kendaraan yang diparkir di jalan Darmokali, yang harga per pendaraan Rp. 30.000.
“Saya terpaksa harus parkir agak jauh dan mahal”, kata Ita Surojoyo, seorang pengunjung yang keseharian mengajar bahasa Inggris.
Terminal Joyoboyo yang ada di selatan KBS sebenarnya menjadi tempat parkir pengunjung KBS. Tapi, kenyataannya tempat parkir Joyoboyo belum efektif.
Pernah ada sebuah rencana yang mengkoneksikan terminal Joyoboyo dengan pintu masuk KBS, tepatnya di pintu selatan yang menghadap ke terminal. Karena akses ini belum dibangun, maka pengunjung KBS memarkir kendaraannya di tepi jalan jika lahan parkir KBS sudah penuh.
Taman Satwa KBS yang menjadi obyek tujuan wisata favorit di kota Surabaya harus dijaga pamornya dengan peningkatan kwalitas layanan dan fungsinya sehingga KBS tetap bisa menjadi pusat konservasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan rekreasi.
Merangkul Komunitas Penggemar Satwa
Secara historis, Kebun Binatang Surabaya, berawal dari sebuah perkumpulan pecinta satwa. Buku “100 Tahun Kebun Binatang Surabaya” menjelaskan bahwa KBS ini lahir dari sebuah perkumpulan pecinta binatang pada 1916.
Sekarang, di era moderen, ada komunitas komunitas pecinta binatang, mulai dari pecinta reptil, kucing, anjing hingga burung. Jika di KBS terdapat ruang buat komunitas dan peliharaannya dalam berkiprah menyayangi binatang, maka sesungguhnya KBS semakin menambah fungsinya sebagai pusat penelitian dan pengembangan serta pendidikan yang secara langsung minat kan dan mewadahi masyarakat pecinta binatang.
Jika di Wisata Bahari Lamongan (WBL) bisa mendedikasikan ruangnya untuk pecinta kucing, yang umum disebut “Rumah Kucing”, maka adalah ide yang positif jika di KBS bisa ada “rumah kucing” atau “rumah anjing” sebagai bentuk kolaborasi antara KBS dan masyarakat seperti halnya program “orang tua asuh” satwa di KBS.[nanang]