Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Muncul Gagasan Bikin Film Tentang Aksara Jawa

REKAYOREK.ID Sebuah gagasan segar tentang pembuatan film yang mengangkat Aksara Jawa, muncul. Film ini mengetengahkan budaya Jawa, khususnya Aksara Jawa sebagai salah satu dari Aksara Nusantara. Aksara Jawa pernah menjadi Aksara populer sebelum Aksara Latin masuk dan berkembang di Jawa pada kisaran abad 19 hingga 20.

Sekarang di abad 21, Aksara Jawa nyaris punah. Hidup segan, mati tak mau. Aksara Jawa menjadi asing, yang lebih asing daripada Aksara asing seperti China, Korea, Jepang dan Thailand.

Di Koridor Jalan Tunjungan Surabaya seiring dengan gemerlapnya Tunjungan Romansa, justru yang terlihat ikut meramaikan koridor itu adalah Aksara China, Jepang, Korea dan Thailand. Mana Aksara Jawanya? Padahal di jalan itu ada restoran Jawa. Ironis!

Karenanya, muncul pula kekuatiran logis akan terjadinya degradasi nilai Aksara Jawa dan juga nilai nilai budaya Jawa luhur yang terkandung di dalamnya.

Patut dimengerti bahwa ketika Pemerintah Kota Surabaya membuat kebijakan mengenai penggunaan Aksara Jawa untuk semua kantor kantor pemerintah di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Berbagai signage beraksara Jawa kian bermunculan dan menghiasi perkantoran pemerintah Kota Surabaya sejak bulan November 2023.

Kini hampir semua kantor Kelurahan (145) dan kantor kecamatan (31) serta kantor kantor OPD (sekitar 20), juga kantor kantor bagian di lingkungan pemerintah Kota Surabaya sudah terpasang signage beraksara Jawa. Penghargaan besar patut dipersembahkan untuk pemerintah Kota Surabaya dalam pelestarian Aksara Jawa.

Terkait dengan upaya pelestarian itulah, komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni menggagas pembuatan film dokumenter budaya yang mengangkat Aksara Jawa. Rajapatni berkolaborasi dengan Christanto Wibisono, Master dan Researcher Property Film Saur Sepuh, yang juga produser film film dokumenter.

“Yang ingat saja dan yang paling saya suka diantaranya adalah “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” (1985), “Arung Samudra” lomba perahu layar se dunia dalam rangka Indonesia Emas (1995), “Lomba Renang Internasional lintas Selat Sunda” dalam rangka Indonesia Emas (1995)”, jelas Chris.

Lainnya adalah “Jalan-jalan” Program Wisata Indonesia (1995), “Kartini” (1994), “Komodo” (1993), “Ilalang” Tentang tandak tayup Tuban – (1994), “Sri” tentang semangat anak desa Ponorogo mau sekolah (2003) dan “Saya mau Sekolah” tentang anak-anak Preman Joyoboyo (2010). Tidak ketinggalan produksi berseri Saur Sepuh.

Menurutnya Aksara Jawa adalah ruh dan jatidiri orang Jawa serta bangsa Indonesia. Kenanya, ia terpanggil ketika melihat Aksara Jawa merebak di kota Surabaya. Berangkat dari Surabaya, Christ ingin mengenalkan Aksara Jawa ke ranah global melalui produksi film filmnya seperti ia memperkenalkan “Arung Samudra” dan “Kartini”.

Christ yang berlatar belakang keluarga dari lingkungan kerabat Keraton Surakarta selama ini terus menggelorakan semangat kebudayaan Jawa dalam karya karya film dokumenter nya. Mengetahui bahwa Puri Aksara Rajapatni adalah komunitas budaya pelestari aksara Jawa di Surabaya, kolaborasi pun mulai dijajagi.

Dari kedua belah pihak lahirlah gagasan untuk membuat film dokumenter yang mengangkat Aksara Jawa mulai dari sejarah, budaya, philosophy hingga semangat pelestariannya.

Kota Surabaya selama ini turut berperan dalam pelestarian Aksara Jawa, termasuk peran komunitas Puri Aksara Rajapatni melalui serangkaian kegiatan yang dikelolanya seperti membuka kelas Sinau Aksara Jawa, kampanye Aksara Jawa dengan pembuatan banner beraksara Jawab untuk pedagang, pendampingan UMKM dalam bentuk branding product dan literasi penulisan buku dan artikel edukatif dan advokasi.

Dalam waktu dekat Christ berangkat ke Jogjakarta untuk membuka pintu kolaborasi dengan pegiat pegiat potensi di bidang konten Aksara Jawa dan film. Yaitu pegiat dan aktivis yang pernah bernaung di bawah Asosiasi Seni Drama dan Film (Asdrafi) Yogyakarta.

Menurut rencana Christ dan perwakilan Puri Aksara Rajapatni akan berada di Jogjakarta pada Minggu, 14 April 2024.@Nanang

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...