Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Manuskrip Beraksara Jawa Super Langka di Surabaya

REKAYOREK.ID Berbekal keyakinan bahwa ada manuskrip beraksara Nusantara diluar dari koleksi museum di Surabaya. Rasa yakin itu muncul disaat hari Lebaran kedua, Kamis, 11 April 2024.

Sementara keyakinan itu diperoleh dari perasaan kuat saat menulis artikel bertema tentang aksara Jawa, menjelang dan pada saat lebaran 10-11 April 2024.

Berdiskusi dengan seorang kolektor benda benda antik, yang berperan di balik pengisian artefak di Museum Pendidikan Surabaya, akhirnya jalan menemukan manuskrip beraksara Nusantara itu menemui jalan terang.

Sang kolektor ini multi koleksi. Salah satunya adalah manuskrip. Ketika ditanya oleh Puri Aksara Rajapatni mengenai koleksi manuskrip, Sang kolektor pun menjawab bahwa ia masih memiliki beberapa koleksi.

“Dulu saya punya banyak manuskrip, sebagian besar telah saya jual dan sebagian saya hibahkan ke Museum pendidikan Surabaya”, jelas Sang Kolektor, Ali Budiono.

Ternyata artefak, yang dipamerkan di museum Pendidikan Surabaya, berasal darinya. Puri Aksara Rajapatni selama ini menggelar Sinau Aksara Jawa, yang salah satu tujuannya, adalah agar peserta bisa mengenal artefak berupa manuskrip yang dipamerkan di sana.

Ternyata ada korelasinya antara niatan menemukan artefak manuscript beraksara Jawa di luar museum dan kolektor yang berperan mengisi museum, meskipun dengan cara akuisisi oleh pemerintah kota Surabaya.

Aktivist Aksara Jawa dari komunitas Puri Aksara Rajapatni menyaksikan manuskript yang masih ada di kolektor Surabaya. Foto: nanang

 

Singkat cerita aktivis budaya dari Puri Aksara Rajapatni datang ke rumah Ali Budiono, yang penuh dengan barang antik. Di antaranya adalah artefak manuscript berksara Nusantara. Karena lokasinya di Surabaya, Jawa Timur, Aksara Nusantara, yang ditemui, adalah Aksara Jawa dan Pegon.

Setiba di rumah Ali, satu kardus yang berisi manuskrip pun dikeluarkan. Ada 13 manuskrip beraksara Pegon, 3 beraksara Jawa dan satu Aksara Jawa tertulis pada daun lontar.

Manuscript Dijilid Teknik Tirai Bambu

Salah satu diantara tumpukan manuskrip itu sangat berbeda dari lainnya. Selain berhalaman lebih dari 350 halaman, tehnik penjilidannya lain dari pada yang lain.

Teknik penjilidan menggunakan anyaman jeruji bambu dan benang. Sangat langka. Foto: nanang

 

Tampak dari punggung manuskript bagaimana manuskript ini dijilid. Foto: nanang

 

Tampak manuskript secara utuh dari satu sisi (depan). Foto: nanang

 

Penjilidannya menggunakan anyaman bambu: bukan spiral, bukan lakban, bukan grip, bukan lem panas, bukan kawat, dan bukan pula jahit. Entah apa nama penjilidan yang digunakan pada artefak manuscript beraksara Jawa ini.

Teknik penulisan secara manual menggunakan tinta hitam. Foto: nanang

 

Teknik penulisan menggunakan tinta hitam dan beberapa halaman pada bagian belakang sudah lapuk. Buku ini kelihatan jika ditulis dua orang karena dari bentuk aksaranya berbeda. Pada sebagian halaman yang lebih dari setengah buku ditulis dalam ukuran besar dan tertulis halaman. Sementara pada beberapa halaman terakhir tanpa angka halaman tertulis aksara Jawa kecil kecil.

Anyaman jeruji bambu kecil kecil ini ada 12 batang, yang diikat dengan benang untuk mengikat kertas. Setelah mencoba mem browsing di laman laman mengenai teknik penjilidan yang dipakai di dunia, tak satu pun ada model seperti pada manuskrip ini. Diduga, untuk sementara, model penjilidan dengan menggunakan teknik masih satu satunya di dunia.

Beneran dan tumpukan manuskript beraksara Jawa dan Pegon. Foto: nanang

 

Setelah dikroscek ke pegiat aksara Jawa dari komunitas Segajabung di Yogyakarta, Setya Amrih Prasaja, Amrih mengaku belum pernah melihat model dan teknik penjilidan menggunakan jeruji bambu dan benang.

Aktivist Puri Aksara Rajapatni dengan manuskript langka. Foto: dok Rajapatni

 

Mengenai isi manuskrip masih belum terungkap dan komunitas Puri Aksara Rajapatni punya rencana untuk membedah isi manuskrip berbahan kertas kolonial, bertulisan tangan dengan menggunakan tinta, berhalaman lebih dari 450 dan yang teristimewa dijilid dengan menggunakan jeruji bambu dan benang.@nanang

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...