Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #11

Cerbung

Oleh: Vyra Fame

“O iya, untuk kamu dan Andre lihat saja habis ini akan ada kejutan untuk kalian, aku sudah tahu kebusukan kalian berdua.” mata Bella terbelalak seketika.

“Tahu apa kamu tentang kita.” ucap Bella yang berusaha menutupi kegugupannya, tapi aku tahu sebetulnya dia cemas.

“Lihat saja nanti aku akan melakukan apa pada kalian, yang jelas kalian akan terima akibat dari kejahatan kalian.”

Aku pun meninggalkan mereka yang terdiam kaku seperti patung.

Kubuka dan tutup pintu kamarku, tak lupa aku menguncinya, aku segera melepas pakianku dan memasuki kamar mandi, aku mandi di bawah guyuran air, sungguh sangat segar rasanya, lumayan bisa sedikit menghilangkan kepenatanku, sungguh sejatinya aku lelah, aku hanya ingin hidup tenang, tapi aku juga tidak mau orang orang jahat itu hidup tenang, biarlah untuk saat ini aku bekerja keras untuk mengungkap semuanya hingga nanti ahirnya jika semua terungkap pasti aku akan hidup tenang.

***

Sinar matahari pagi menyapa, sinarnya sampai menembus gorden kamarku, aku yang sudah bangun dari waktu subuh, dan kini aku sudah siap untuk berangkat ke kantor.

Sarapan sudah siap di meja makan, tentu saja ini semua pekerjaan mbok Ina, siapa lagi kalau bukan dia yang mengerjakannya, mana mungkin mereka berdua mau melakukan hal ini, tapi tentunya aku lebih pintar dari mereka, aku hanya menyuruh mbok ina datang dan segera menyelesaikan pekerjaannya kala mereka masih tertidur.

Jadwal mereka bangun memang siang bahkan bisa sampai sore, entah apa yang mereka lakukan ketika waktunya orang tidur tapi justru mereka malah begadang, mungkin saja mereka itu keturunan demit, hahahhahhahah.

Setelah aku selesai sarapan akupun bergegas pergi, mumpung masih pagi jadi jalanan belum terlalu macet.

***

Sampainya aku di kantor, aku pun masuk, para karyawan sudah ada yang datang dan itu termasuk Intan asisten pribadiku, saat aku berjalan melewati mereka, mereka menyapaku.

“Selamat pagi bu.” sapa mereka satu persatu, aku mengangguk sembari tersenyum membalas sapaan mereka.

“Pagi Intan.” sapaku ketika akan masuk ke dalam ruangan.

“Eh ibu, udah dateng, kan masih pagi.” Jawab Intan yang terkejut karena kedatanganku terhitung awal untuk seorang pimpinan.

“Ya kan saya harus memberi contoh pada para karyawan, jika saya sendiri selaku pimpinan mereka selalu datang siang bagimana mereka mau mencontoh hal yang baik dari saya.” ujarku sembari tersenyum.

“Dan lagi, saya malas berlama lama di rumah, tau sendri lah ya, kondisi keluarga saya seperti apa.” imbuhku.

“Iya bu saya paham, memang lah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, ibu Nadia mirip sekali dengan almarhumah pak Hadi Wijaya, selama menjadi pimpinan, beliau sangatlah baik, ramah, berwibawa dan lagi rajin.” ujar Intan.

“Ya, saya memang sudah belajar banyak dari ayah, beliau memang lah orang yang sangat baik terhadap keluarga juga orang lain.”

“Sangat disayangkan ya bu, orang seperti pak Hadi bisa beristrikan bu Sindi, orang yang sombong dan culas, serta jahat.” ucap Intan sedikit menekankan suaranya.

“Apa maksudmu culas dan jahat? Apa kamu tahu sesuatu Intan?” tanyaku yang keheranan.

“Ya bu, saya sudah mendapatkan informasi yang tepat dan sudah ada buktinya, ketika kemarin ibu meminta saya untuk menjadi asisten pribadi ibu dan ibu berkata jika semua urusan ibu juga akan menjadi urusan saya, saya mulai menyelidiki bu Sindi dan anaknya itu, karena sedari awal saya melihat mereka memang saya sudah ada feeling tidak baik.” jawab Intan berapi api.

“Sedari awal aku memang curiga dengan meninggalnya ibu, tidak ada sakit tidak ada apapun tapi tiba tiba beliau meninggal.”

“Lalu apa yang kamu ketahui tentang mereka? Dan bukti apa yang kamu dapatkan?” ucapku lagi.

“Mereka adalah dalang dari kematian ibu dan ayah anda.”

“Kamu serius?” tanyaku yang sangat terkejut, aku fikir mereka masuk ke kehidupanku hanya lantaran kekayaan semata.

“Itu salah satunya bu, dan perlu ibu tahu mereka itu adalah istri dan anak dari almarhum pak Cokro, mantan kepala keuangan perusahaan ini, beliau meninggal lantaran serangan jantung karena dipecat oleh pak Hadi dari perusahaan ini karena sudah menyelewengkan uang perusahaan sebesar 3 milyar.” aku tambah membelalakkan mata mendengar penuturan dari Intan.

“Benarkah itu Intan? Apa kamu ada buktinya?”

“Ada bu, bukti dan pelakunya langsung, dia sekarang sudah saya sekap di suatu tempat dan dijaga oleh orang suruhan saya.”

“Waw, gercep sekali kamu Intan, bahkan saya sendiri tidak ada kepikiran sampai sana untuk membuntuti mereka.” ucapku yang takjub dengan kepintaran Intan.

“Ini semua saya lakukan sebagai bentuk rasa terimakasih saya terhadap kelurga anda, ayah anda sangatlah baik pada saya, dan lagi anda juga orang yang baik, jadi saya tidak rela jika harus membiarkan orang orang jahat itu berkeliaran bebas.”

“Baiklah, bisakah kamu membawa saya ke tempat itu saya ingin mengetahui apa yang di lakukannya pada orangtuaku.”

“Baik bu, nanti sore kita kesana.” aku menganggukkan kepala tanda menyetujui.

**

Tak terasa hari pun sudah sore, dan waktu bekerja pun sudah usai, sesuai jadwal aku dan Intan akan menemui orang itu, untuk meminta penjelasan lebih lanjut.

“Sudah siap bu??” tanya Intan padaku.

“Iya saya siap.” jawabku mantap.

“Tapi apa ibu yakin ingin bertemu dengan mereka?”

“Kenapa? apa aku mengenal mereka?” tanyaku yang sesikit heran dengan pertanyaan Intan.

“Ya, ibu sudah pasti mengenal mereka, yasudah bu mari kita berangkat takut keburu malam.”

Aku dan Intan pun berjalan menaiki lift untuk menuju parkiran.setelah sampai parkiran, aku dan Intan menaiki mobil ku tapi Intan yang mengemudikannya, karena dia yang tahu tempatnya.

Cukup jauh rasanya perjalanan kali ini, entah itu karena jaraknya atau hanya karena aku yang merasa tidak sabar untuk bertemu orang itu. Setengah jam sudah kami berada di dalam perjalanan dan akhirnya mobilpun sampai di tempat tujuan.

Brakkk suara pintu mobil ditutup, aku dan Intan pun memasuki tempat itu yang ternyata rumah itu adalah rumah kosong yang bangunannya sudah rusak di sana sini, tapi ada satu ruangan seperti kamar yang masih utuh bangunannya, kami berduapun memasuki ruangan itu.

Krieeetttt suara pintu berderit ketika di buka, aku terperangah melihat pemandangan di dalam sana, tampak di sana ada seorang pria dan wanita yang terikat kaki dan tangannya juga matanya yang di tutup. Ku dekati kedua orang itu dan kuamati wajahnya, betapa terkejutnya aku setelah melihat kedua orang itu dari dekat, karena ternyata orang itu adalah…[bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...