Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Cinderella Tapi Bukan Upik Abu #2

Oleh: Vyra Fame

“HUFT, dasar benalu tidak tahu diri, mereka menumpang di rumahku tapi lagaknya seperti mereka pemilik rumah ini, aku harus memikirkan ide untuk membalas perbuatan mereka.” setelah beberapa saat ahirnya aku terpikirkan sesuatu. Aku meraih gawaiku ku cari nomor seseorang.

“Hallo, om Wira, gimana kabarnya.”

“Om baik Nadia, kamu disana gimana keadaannya??? Ada hal penting yang ingin disampaikan sama om?”

“Kok om tahu kalau aku mau ngomong penting”.

“Ya jelas taulah, selain om ini pengacara keluarga kamu, om ini juga adik ayah kamu tentu saja om sudah tahu watak kamu.” aku hanya terkekeh mensengarnya.

Om Wira Wijaya adalah adik dari ayahku, selama ini beliaulah yang mengurus usaha-usaha ayah selama ayah dan ibu meninggal, sedangkan  aku hanya di kamar dan akan keluar sesekali jika suntuk di rumah.

Pasti kalian bertanya kenapa bukan aku saja yang meneruskan usaha orangtuaku, jawabannya aku terlalu terpuruk atas meninggalnya orangtuaku, aku merasa sangat kehilangan karena di tinggalkan orang-orang terdekatku, tapi sekarang aku sadar bahwa hidup terus berjalan, dan aku harus bangkit, aku tidak mau usaha yang di bangun dengan susah payah oleh orangtuaku di habiskan begitu saja sama kedua benalu itu.

“Hallo, Nadia kamu masih di situ?” suara om Wira mengagetkanku.

“Iya om Nadia masih disini.”

“Ok besok kita ketemu di restoran punya ayah kamu aja,,”

“Jangan om, nanti kedua benalu itu tahu aku punya rencana.”belum seesai om Wira bicara aku sudah memotongnua terlebih dahulu.

“Siapa kedua benalu?” sahut om Wira heran

“Siapa lagi kalau bukan ibu dan saudara tiriku om.”

“Hahahaha kamu bisa saja Nad, eh tapi ngomong-ngomong kamu hati-hati sama mereka, karena om ada firasat gak enak tentang mereka.”

“Aku juga begitu om makanya ini aku telpon om Wira.”

“Yaudah kalau begitu dilanjut besok jam 10 kita ketemu di cafe kolombia.”

“Ok om, sampai ketemu besok” tut gawai kumatikan, ku buka aplikasi online untuk memesan makanan, karena aku lapar, biasanya aku yang akan masak untuk benalu itu juga, tapi kali ini aku tidak mau lagi di jadikan pembantu oleh mereka.

***

Setelah menunggu beberapa menit ahirnya pesenanku datang juga.

Setelah ku bayar pesenanku aku menuju meja makan untuk menhabiskan makananku dan tentu saja tanpa menawari mereka.

Ketika aku sedang menikmati makananku kedua benalu itu datang.

“Wah wah wah enak sekali hidupmu, daritadi gak keluar kamar sekalinya keluar langsung makan bagai nyonya di rumah ini, sana kamu masak kami udah lapar.” ujar tante Sindi. Tak ku hiraukan ucapannya, aku tetap melanjutkan makanku dengan nikmat.

“Heh kamu dengar gak apa yang di suruh ibuku.” sentak Bella, dia menarik piring yang berisi makananku dan menumpahkannya.

“hahahahaha, makanya jangan sok sokan, disini saya ratunya.” sahut tante Sindi.

Tentu saja aku tak mau diam lagi di perlakukan begitu, aku bangun dari dudukku kemudian ku tendang badan Bella, tante Sindi yang melihat anak kesayangnnya terpental karena tendanganku tentu saja histeris, aku tersenyum sinis melihatnya.

“Setan kamu Nadia, kamu apakan anak ku hah!” ketika tante Sindi mengangkat tangannya hendak enamparku, seketika ku tangkap tangganya dan menghempaskannya ehingga membuatnya sedikit mundur kebelakang.

“Kan sudah ku bilang jangan pernah bangunkan macam yang tertidur kalau tidak mau tertancap kuku tajamnya.”desisku dan menatap tajam mereka.

“Berani lagi kalian sama aku, gak akan segan akan kupatahkan tangan dan kaki kalian.” kemudian aku berlalu pergi meninggalkan mereka.

***

Sekarang aku sedang ada di restoran milik ayahku karena aku masih lapar dan lagi tadi tenaga yang belum penih terisi harus terkuras habis lagi karena menghadapi benalu itu.

“Hallo Raya, kamu kesini dong, ke restoran ayah aku, aku lagi butuh teman nih, udah lama kan kita gak ngumpul, aku kangen nih sama kamu, gak pake lama ya.”

“Ih dasar, udah nyuruh minta cepet cepet lagi.” sungut Raya sahabatku.

“Hahahaha,, abis aku suntuk banget sendirian, yaudah pokoknya cepetan kamu kesini aku tunggu.”

“Oke, 10 menit aku sampai, bye.”

“Oke bye.”

***

10 menit berlalu, sahabatku Raya ahirnya sampai.

“Hai Nadia, maaf ya nunggu lama, biasalah macet.” ucap Raya menyapaku sembari kami saling cium pipi kanan kiri.

“Santai aja lagi Ray, ini restoran juga punya aku, mau aku nginep disini juga gak ada yang larang kali.”

“Elo bisa aja Nad, ehmm,, ngomong-ngomong ada apa ni kamu manggil aku?”

“Huft, sebenarnya aku males banget mau cerita masalah keluarga aku, tapi aku butuh temen aja buat saling tukar pikiran, dan aku percaya sama kamu Ray, secara kita udah sahabatan dari kecil kan, jadi gini,,,,” lalu kuceritakanlah semua masalahku sama Raya.

“Gila, tu orang gak tau diri banget, udah numpang mau sok belagak jadi pemilik tu rumah, kenapa gak kamu usir aja sih mereka Nad?” sungut Raya, dia yang baru dengar ceritaku saja udah emosi apalagi aku yang mengalaminya.

“Jadi aku mau minta pendapat kamu ni, kira-kira kamu ada ide gak buat ngasih mereka pelajaran.”

“Hmmmmm,,,, sini aku kasihtau…” kemudian mengalirlah rencana-rencana dari Raya, dan ku rasa oke juga rencananya.

“Rasakan kalian para benalu, akan ku musnahkan kalian dari kehidupanku.”gumamku sembari menyeringai.[Bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...