Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Endang Irowati, Wartawati Langka Berbahasa Jawa

Begitu berada dalam keluarga redaksi Majalah Jayabaya, Endang mengakui awal membikin teras berita saja lolak-lolok (bingung). Sebab memindahkan informasi apapun harus dalam bahasa Jawa.

REKAYOREK.ID Alumni Universitas Airlangga 1985-an, Endang Irowati ini terjebak ke dunia persuratkabaran berbahasa Jawa, yang sebelumnya tidak pernah ia mimpikan.

Bahkan awal perjalanan hidupnya tidak pernah membayangkan kalau dalam usia dewasa sampai berkeluarga mengabdi di majalah berbahasa Jawa itu.

Penuturan Endang sapaan akrab Endang Irowati setelah ia menyandang S1 dari Unair, ia masih berada di lingkungan Bengkel Muda Surabaya (BMS) dan di BMS itulah Endang berada di pusaran tulis menulis sampai akhirnya terjebak sebagai wartawati Majalah Liberty.

Selama 13 tahun Endang Irowati, Arek Suroboyo tulen mengakui membangun banyak jaringan dan bahkan memiliki kolega-kolega yang beragam di berbagai instansi pemerintahan. Di antaranya di Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya dan Polda Jatim.

Tentunya berbagai informasi yang informatif Endang pindahkan ke dalam perspektif jurnalistik dan semuanya dimuat di halaman-halaman Majalah Liberty dan tak terhitung banyaknya.

Nasib Nahas

Endang yang penampilannya kalem itu justru dimutasikan ke bidang usaha sebagai sekretaris redaksi Majalah Liberty.

“Saya sendiri tidak tahu pertimbangan manajemen perusahaan kala itu apa memindahkan saya yang berprofesi wartawan ke bidang usaha.”

Ia menambahkan, “Sebagai jurnalis saya kecewa meski terpaksa menerima kebijaksanaan perusahaan yang memindahkan saya ke bidang usaha. Menurutku hal itu tidaklah semestinya,” kata Endang mengenang masa lalunya itu.

Akhirnya wartawati itu bersikap untuk tidak lagi memilih Majalah Liberty sebagai tempat mengabdi. Dan pengalamannya 13 tahun ditinggalkan seketika itu juga. Lalu Endang mengambil keputusan alternatif yaitu hijrah ke Tabloid Cempaka, Group Harian Suara Merdeka yg pusatnya di Kota Semarang.

Majalah Jayabaya

Saat liputan di lapangan ia mengaku bertemu dengan wartawan lulusan Stikosa–AWS, Kicuk yang saat itu salah satu redaktur di Majalah Jayabaya.

Kicuk (alm) memotivasi Endang untuk direkrut ke Majalah Jayabaya. Alasan Kicuk merekrut Endang Irowati disampaikan kepada Darmantoko, yang saat itu sesepuh wartawan kelompok kerja Pemkot Surabaya.

“Endang Irowati berlatar belakang lulusan Unair dan sudah terbiasa dengan reporting gaya majalah mingguan. Umumnya majalah mingguan seperti Jayabaya memproduksi informasi pendalaman, pengembang lebih lengkap, kaya nara sumbernya, dan paparannya mendalam sehingga khalayak pembacanya mendapatkan informasi mencerdaskan,” begitu alasan almarhum Kicuk dalam perbincangan saat akan merekrut Endang Irowati.

Akhirnya Endang bersedia bergabung ke Majalah Jayabaya, akan tetapi ia tidak mengerti sama sekali dengan menyusun kalimat dalam bahasa Jawa, apalagi halusan.

Selain itu Endang meminta keterikatan dengan Tabloid Cempaka tidak diputus begitu saja, dan Kicuk menyetujuinya.

Lolak Lolok

Begitu berada dalam keluarga redaksi Majalah Jayabaya, Endang mengakui awal membikin teras berita saja lolak-lolok (bingung). Sebab memindahkan informasi apapun harus dalam bahasa Jawa.

“Semula saya membuat informasi berita dalam Bahasa Indonesia disalin dalam bahasa Jawa oleh almarhum Kicuk,” tukas Endang.

Begitu tiga bulan berada di Majalah Jayabaya Endang dipaksa harus membuat berita-berita dalam kalimat-kalimat berbahasa Jawa.

“Wow, pusing,” seloroh Endang yang kini masih mengguratkan penanya meski hanya untuk melatih pikirannya sebagai seorang wartawati.

Biasa jalaran koso kulino, kata Endang, mengguratkan falsafah Jawa. Ia mengartikan secara bebas bahwasanya hal-hal yang semula sulit akan tetapi menjadi mudah, gampang manakala dilakukan terus menerus dan berulang kali.

“Dengan sabar dan telaten Kicuk (Alm) menuntun saya mengenal artikulasi bahasa Jawa dan kalimat-kalimat bahasa Jawa yang ringkas, khas padat, enak dibaca, juga mudah diikuti dan difahami sebagai informasi yang mencerdaskan,” ulas Endang yang kini menyepi di Mojokerto.

Akhirnya Endang Irowati ditempatkan sebagai wartawati di pos-pos strategis antara lain Pemprov Jatim, Polda Jatim, dan bahkan ke Pemkot Surabaya.

Nah saat liputan bersama banyak wartawan media cetak, elektronika dan global itulah Endang Irowati justru dianggap sebagai wartawati langka satu-satunya. Lho kok bisa begitu?

Lha terbukti sosok fisik Endang Irowati yang seorang ibu akan tetapi kepada nara sumber ia mengaku terus terang sebagai wartawati Jayabaya, majalah berbahasa Jawa.

Nara sumberpun akhirnya berharap-harap hasil liputan Endang Irowati yang berbahasa Jawa itu. Dan setelah terbit Endang Irowati memberikan bukti penerbitan Majalah Jayabaya ke narasumbernya.

Tidak terbantahkan Endang Irowati memproduksi informasi berita dalam bahasa Jawa. Langka, bukan? []

*) Naskah ditulis Darmantoko, wartawan senior

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...