Festival Joko Dolog Suarakan Upaya Mengembalikan Aksara Jawa di Surabaya
REKAYOREK.ID Festival Joko Dolog Surabaya 2024 dalam rangkaian peringatan bulan Sura digelar di komplek Arca Joko Dolog di belakang Taman Apsari mulai 23 hingga 25 Juli 2024. Aneka kegiatan budaya mengisi hari hari sejak pembukaan hingga penutupan pada 25 Juli 2024.
Kegiatan budaya ini diawali dengan atraksi Barongsai dan Jaranan pada Rabu, 23 Juli. Disusul musik keroncong, live music, talk show and ludruk pada hari kedua, 24 Juli 2024. Selanjutnya pada hari akhir, 25 Juli 2025, serangkaian acara mulai ruwatan massal, kirab budaya, campursari hingga wayangan di ujung festival.
Pada agenda talkshow budaya yang mengangkat tema “Kembalinya Aksara Jawa Di Surabaya” adalah upaya mengajak publik Surabaya untuk lebih mengenal literasi yang sudah tersematkan pada arca Joko Dolog (1289 M). Yaitu inskripsi yang dikenal dengan Prasasti Wurare. Prasasti ini ditulis dalam Aksara Jawa Kuna dengan bahasa Sansekerta. Sebagai turunan dari Aksara Jawa Kuna (Kawi) dalam perubahan zaman adalah Aksara Jawa (baru).
Melalui Festival inilah publik Surabaya diajak mengingat literasi yang menjadi identitas bangsa. Literasi kuno yang masih berkelanjutan hingga masa kini adalah Aksara Jawa (Carakan atau Hanacaraka).
Pada kesempatan talkshow dalam mengisi Festival Joko Dolog ini hadir sebagai pembicara, yang selama ini getol mengusung aksara Jawa, adalah Taufik Monyong, seniman dan budayawan Surabaya nyentrik, dan Nanang Purwono, pegiat sejarah dan budaya serta jurnalis.
Taufik Monyong dalam beberapa tahun ini tidak pernah absen dalam memperkenalkan aksara Jawa dengan makna makna filosofinya. Menurutnya aksara Jawa adalah ruh kebudayaan Jawa yang sekaligus ruh kebangsaan. Aksara Jawa adalah identitas bangsa yang harus dijaga dan sekaligus dimaknai dalam kehidupan sehari hari.
Sementara itu Nanang Purwono bersama komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, menghadirkan aksara Jawa dari sisi literasi. Sesuai dengan misi Rajapatni bahwa melalui kegiatan kegiatan yang digelarnya, Rajapatni ingin berkontribusi menjadikan generasi bisa melek aksara Jawa. Salah satu upaya yang sudah ada di kota Surabaya adalah penggunaan Aksara Jawa di lingkungan kantor kantor pemerintah Kota Surabaya.
Menurut Nanang upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya perlu didukung melalui kegiatan komunitas untuk mengajarkan aksara Jawa. Karenanya, Rajapatni menyelenggarakan kegiatan literasi Sinau Aksara Jawa, yang dibuka setiap hari Sabtu di Museum Pendidikan Surabaya secara gratis.
Diharapkan melalui kegiatan literasi aksara Jawa ini akan menjadi jembatan untuk lebih mengenal aksara Jawa Kuna yang terukir pada lapik Arca Joko Dolog.
Arca Joko Dolog adalah perwujudan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari. Taufik Monyong berharap kepada publik, utamanya para pelaku budaya di Surabaya yang hadir pada kesempatan Festival Joko Dolog, untuk bisa lebih mengenal muatan muatan literatif, yang kaya akan pesan pesan luhur dari para leluhur.
“Festival Joko Dolog ini adalah momen bagi kita bersama untuk lebih nguri uri peninggalan leluhur yang ada di Surabaya. Semoga festival ini bisa berlangsung setiap tahun”, harap Taufik.
Festival Joko Dolog ini memang kegiatan budaya, namun selama pergelaran juga diisi dengan kegiatan ekonomi dengan hadirnya puluhan pelaku UMKM.@PAR