Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Kahanan

Oleh: Achmad Zainuri

DI Kampung Kemasan, Gresik. Ada rumah pengusaha besar yang di bangun dengan ketinggian yang memenuhi kebutuhan lingkungannya.

Dimana kalau kita sudah menginjakan tempat ini dikerubuti sudut pandang yang bisa mencapai keluasan kota Gresik dan sekitarnya.

Rumah yang di bangun pada tahun 1855 ini, spesifikasinya lantai dasar hunian, lantai II rumah Sarang Burung, lantai III Anjungan.

Di tempat Anjungan inilah kalau pada tengah malam serasa menyelam kembali ke abad yang berlalu.

Mulai sudut pandang tengah kota Gresik, perkampungan, pasar, gunung kapur hingga pelabuhan, atmosfirnya terasa purba.

Belum munculnya suara-suara seperti lebah berdengung, bau amis ikan laut hingga besi beton berkarat yang mengelupas di antara tuanya umur bangunan. Kita tidak tahu berasal dari mana kahanan seperti itu muncul.

Suasana ini selalu membawa waktu yang dikepung oleh kepergian masa lalu. Kota ini terasa berat menyembunyikan peristiwa yang memadat pada ambang udara malam.

Kami bersama Pak Nur Fakih sering berjanji pada rapal do’a yang berpapasan dengan ruang magis yang kami lalui. Dimana ujud masa lalu itu terus menguntit menjadi kelam yang sedang menyelimuti tubuh yang legam oleh gelap.

Antara karat besi yang menyumbat di antara retakan-retakan tembok bangunan. Aku sering berselisih melawan ketakutan melihat bangunan yang sedang menyimpan wajah keringkihan.

Di kain sarung Pak Nur Fakih yang bersilir angin, coraknya berlompatan menggenangi ingatanku menunda kekaguman yang mendesis beku.

Kami tertidur di antara ratusan tahun yang menjadi saksi di tengah puisi yang berjubel memenuhi pikiran dan perasaan yang memabukkan.

Anjungan ini sering bergerak-gerak sendiri sambil menyapa ingatannya yang punah ketika kami sesegera mengakhiri persinggahan ini.@

*) Penulis adalah Budayawan

Komentar
Loading...