Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Mahasiswa Australia Ramaikan Upaya Pengembangan Peneleh

REKAYOREK.ID Lodji Besar, sekaligus markas Begandring Soerabaia di jalan Makam Peneleh 46 Surabaya menyambut puluhan mahasiswa dan dosen dari Federation University of Australia dalam kunjungannya ke Peneleh sebagai bagian dari rangkaian jelajah wisata sejarah dan budaya, yang dikemas dalam “Surabaya Historical Tour” pada Sabtu, 14 Januari 2023.

Dalam penyambutan itu disuguhkan sebuah tembang mocopat oleh Angelica Wahyu Kartika, mahasiswi Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Tembang mocopat ini berisi kisah bagaimana seorang ibu mendidik anak sejak dini. Disana dibutuhkan rasa penuh kesabaran, dengan lantunan nyanyian yang penuh kelembutan serta tidak boleh ada emosi menjadi sebuah ekspresi lantunan doa doa dari ibu kepada anak.

Mocopat ini sangat cocok disuguhkan kepada para tamu Australia, yang semuanya adalah mahasiswa perempuan yang sedang belajar di jurusan keperawatan dan bisnis di Federation University of Australia. Bagi mereka pesan yang tersirat dalam mocopat ini adalah nilai luhur yang dilakukan oleh perempuan Jawa dalam proses pendidikan seumur hidup (long life education) kepada anak.

Lantunan mocopat, yang terdengar sangat lembut dan merdu itu, memberi rasa sejuk di tengah hawa panas Surabaya di siang hari sabtu itu, setelah mereka menjelajah separuh dari tempat tempat bersejarah di kota Surabaya.

Pembauran dengan komunitas Begandring Soerabaia. Foto: nanang

 

Mereka, yang saat itu tengah menikmati makan siang di Lodji Besar, langsung berhenti untuk menyimak lantunan nada dan irama mocopat yang lembut dari mahasiswi Unesa, Angelica.

Mocopat, yang merupakan bagian dari tradisi Jawa ini, sengaja disuguhkan oleh Begandring Soerabaia dan Fakultas Ilmu Budaya Unair untuk penguatan materi kunjungan ke Peneleh sebagai kawasan kampung pribumi secara historis.

Kampung Peneleh adalah bagian dari rangkaian wisata Surabaya Historical Tour setelah mereka mengunjungi Kampung Ampel, kampung Pecinan dan Kampung Eropa di utara Surabaya.

Di Kampung Peneleh, mereka belajar nilai nilai lokal. Misalnya, ketika mereka diajak untuk melihat sumur kuno dari era Majapahit, Sumur Jobong, di Kampung Pandean, merekapun secara fisik mau merasakan kesegaran air sumur dengan membasuhkan air ke wajah mereka.

Tidak hanya itu saja yang mereka rasakan. Mereka pun merasakan kesejukan hati setelah mereka mengerti pesan pesan kultural luhur yang diceritakan oleh pemandu wisata.

Satu per satu mahasiswi Australia itu menuruni tangga, masuk ke dalam ruang bawah tanah dimana sumur kuno itu berada. Dengan didampingi oleh juru pelihara sumur, Agus Santoso, mereka mendapatkan siraman air sumur yang bening menyegarkan.

Kenangan kenangan di Lodji Besar. Foto: nanang

 

Obyek arkeologi Sumur Jobong adalah salah satu obyek kunjungan di Peneleh. Obyek lainnya adalah makam Eropa Peneleh. Di makam seluas 4,5 hektar ini mereka menjadi saksi adanya keberagaman kebangsaan yang pernah ada di Surabaya pada era kolonial.

Di makam ini tidak hanya menjadi peristirahatan terakhir bagi orang orang Belanda (Hindia Belanda), tetapi juga orang berkebangsaan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Armenia dan bahkan Jepang.

Fakta di kuburan Peneleh ini menguatkan pernah adanya Kampung Eropa, yang juga masuk dalam daftar kunjungan mahasiswa Australia dalam program Surabaya Historical Tour pada sabtu 14 Januari 2023.

Dalam wisata ini, mereka sengaja diajak keluar masuk Kampung dengan melewati lorong lorong sempit seperti di perkampungan Ampel. Tidak hanya diajak menyusuri perkampungan untuk melihat dari dekat atmosfir kampung kampung etnis di Surabaya, mereka juga mendapatkan pengalaman dalam menyesuaikan diri dengan budaya dan kebiasaan setempat yang bersifat islami. Mereka dengan penuh kesadaran mengenakan kerudurung sebagai penutup kepala.

Kehadiran mereka di komplek Masjid Sunan Ampel langsung diterima oleh Gus Bidin sebagai pemangku masjid Sunan Ampel. Disana meraka tidak hanya mendapat suguhan narasi tentang Sunan Ampel dengan jejaknya berupa masjid dan makam, tapi lebih dari itu mereka juga menyaksikan masih adanya jejak peradaban kuno yang berupa sisa sisa dari struktur bangunan yang bersifat Hindu. Ada batuan candi dan umpak yang masih disimpan oleh pihak takmir masjid.

Keragaman sifat agama dan wujud toleransi pun tersuguhkan di komplek Masjid dan Makam Sunan Ampel. Gus Bidin berterima kasih kepada rombongan dari Australia yang berkunjung ke kampung Ampel yang tidak hanya belajar tentang kisah Sunan Ampel, tapi juga tentang peradaban kuno yang ada di kampung Ampel.

Kunjungan ke komplek makam dan masjid Sunan Ampel. Foto: nanang

 

Surabaya Historical Tour, yang sengaja dirancang buat mahasiswa Keperawatan dan Bisnis di Federation University of Australia ini, bertema multikultural Surabaya. Karenanya kunjungan kultural lainnya adalah ke Rumah Abu Han di kawasan Kampung Pecinan di jalan Karet. Mereka kagum dengan peninggalan yang masih terjaga. Rumah Abu Han adalah jejak sejarah keberadaan warga etnis Tionghoa di Surabaya.

Marga Han adalah salah satu marga Tionghoa yang bermukim di kawasan Pecinan. Marga lainnya adalah The dan Tjoa. Kedatangan merga Han, The dan Tjoa di kawasan ini bukan tidak mungkin terkait dengan kehadiran gelombang etnis Pecinan pada abad abad sebelumnya.

Sebagaimana tercatat dalam dokumentasi kedatangan tentara Mongol pada 1293 (Archaeological Reseach in Asia: Mongol Fleet on the Way to Java – First Archaeological Remains From the Karimata Strait in Indonesia) dan Cheng Ho pada 1430-an (Ying-Yai Sheng-Lan, The Overal Survey of the Ocean’s Shores) bahwa titik dimana kehadiran mereka adalah di kawasan Pecinan ini.

New Colombo Plan di Surabaya

New Colombo Plan adalah sebuah program dari pemerintah Australia untuk universitas-universitas di Australia, yang ingin mengadakan kegiatan di negara-negara di kawasan Indo-Pasifik. Federation University of Australia adalah universitas yang berkesempatan melakukan kegiatan di Indonesia dengan counterpart Universitas Airlangga.

Sebenarnya kegiatan utama mereka adalah belajar tentang bagaimana promosi kesehatan di Indonesia. Di Universitas Airlangga, Jurusan Keperawatan dan Bisnis Federation University of Australia ini bermitra dengan dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).

Nonik nonik di kuburan Eropa Peneleh. Foto: nanang

 

Kegiatan mereka ini sesuai dengan tujuan program dimana diharapkan para mahasiswa bisa berinteraksi dengan mahasiswa dan pejabat Fakultas di Universitas Airlangga serta dengan masyarakat agar dapat lebih baik memahami budaya setempat, khususnya budaya dalam menangani kesehatan masyarakat.

Di sela sela kegiatan akademik mahasiswa Australia di Surabaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) menggandeng Fakultas Ilmu Budaya (FIB) untuk membuat kegiatan wisata yang berbasis sejarah dan budaya Surabaya. Maka jadilah program Surabaya Historical Tour yang dikemas bersama Begandring Soerabaia dengan obyek obyek wisata mulai dari Joko Dolog, kampung Ampel, kampung Pecinan, kampung Eropa dan kampung Peneleh.

Mahasiswa Australia melihat dan merasakan kesegaran air Sumur Jobong. Foto: nanang

 

Kedatangan mereka di kampung Peneleh, pada khususnya, adalah wujud nyata upaya bersama antara Begandring Soerabaia dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga dalam mendukung pengembangan Peneleh sebagai kawasan tujuan wisata yang berbasis heritage di Surabaya.

Alfian Limardi, anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya ikut menyambut kedatangan tamu tamu Australia di Lodji Besar. Ia berharap kehadiran mereka di Peneleh dapat semakin mendorong upaya pengembangan kawasan Peneleh sebagai destinasi kawasan wisata sejarah dan budaya Surabaya.@Nanang

Komentar
Loading...