Oleh: Rosdiansyah
LEONARDO da Vinci memang penuh misteri, walau ia selalu dikenang berkat salah-satu karyanya, Mona Lisa. Begitu misterinya kehidupan sosok beken ini, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu luar biasa. Memang, sudah banyak buku atau sumber-sumber informasi yang menulis tentang dirinya. Namun, rasa ingin tahu itu rasanya tak pernah surut.
Apalagi, ia tidak pernah menandatangani lukisan, dan tidak ada potret dirinya yang dapat dipastikan berasal dari tangannya. Ia hampir tidak mengungkapkan apa pun tentang hidupnya dalam tulisan-tulisannya yang banyak, uniknya banyak halaman telah ditulis tentang dirinya yang memberinya label: jenius, pengusaha, seniman selebriti atau penemu. Tapi, siapa sebenarnya Leonardo, justru ia secara pribadi tak mengungkapkannya.
Dengan mempelajari kehidupan lampau Leonardo, Stephen J. Campbell, penulis buku ini, berusaha menunjukkan bagaimana Leonardo yang diciptakan ini telah memantik spekulasi dari berbagai tokoh mulai dari pedagang seni dan kurator hingga cendekiawan, ilmuwan, dan penulis biografi. Mereka itu telah mengisi kekosongan tentang apa yang dapat diketahui tentang kehidupan Leonardo dengan klaim untuk memecahkan kode rahasia, mengungkap misteri masa lalu yang telah hilang, atau menemukan mahakarya yang hilang dengan nilai spektakuler.
Leonardo lahir 15 April 1452 di Vinci, Italia. Ia hadir saat Eropa berada dalam masa renaisans. Saat kelahiran kembali sains, seni serta cara pandang serta pemujaan kebanyakan orang Eropa terhadap tradisi Yunani-Romawi. Ketika Leonardo sudah berkarya, ia perlahan-lahan mulai dikenal dengan banyak sebutan. Ia arsitek, pematung, pelukis, teknisi, ilmuwan dan teoritisi. Catatan-catatannya menjadi rujukan untuk melihat betapa luas minat Leonardo kala itu.
Sampai tahun 1800, Leonardo tak pernah disebut dengan nama ”Da Vinci”. Cukup sebut nama saja, Leonardo. Karya-karya yang dihasilkannya pun hanya menyebut nama Leonardo. Nama yang mulai menyedot perhatian setelah pencurian lukisan Mona Lisa dari Louvre pada tahun 1911. Lukisan yang kemudian menjadi obyek ikonoklasme modernis, yakni obyek yang diisengi dengan coretan-coretan tertentu pada lukisan tersebut. Tujuannya, agar tak ada lagi pemujaan berlebihan pada Mona Lisa. Itu hanya lukisan biasa.
Anehnya, keisengan pelukis Kasimir Malevich, Marcel Duchamp atau Andy Warhol pada lukisan asli Mona Lisa, justru membuat orang jadi ingin tahu bagaimana wujud asli lukisan Mona Lisa itu. Begitu melihat lukisan asli, ketakjuban sering kemudian tak hanya berhenti pada rasa sensasi. Ketakjuban seringkali mendorong orang untuk mengetahui lebih jauh ihwal kejeniusan Leonardo yang melahirkan lukisan Mona Lisa. Bahkan, mempertanyakan apakah Mona Lisa itu imajinasi Leonardo ataukah perempuan dalam lukisan itu memang nyata.
Banyak pakar meyakini, bahwa mempelajari secara mendalam lukisan beken Mona Lisa akan membawa pada penyingkapan jati diri Leonardo. Keyakinan ini sempat bertahan beberapa dekade silam ketika kuriositas orang terhadap Leonardo meningkat. Apalagi sejumlah produk budaya populer seperti film ”Da Vinci Code” juga ikut menaikkan kembali pamor Leonardo. Perbincangan marak dimana-mana, terutama ihwal karya-karyanya yang dianggap melampaui zaman. Akan tetapi, pertanyaan besar tentang Leonardo tetap belum terjawab tuntas.
Memang sudah banyak literatur menyingkap biodata Leonardo, namun literatur itu belum meyakinkan sepenuhnya. Utamanya tertuju pada rincian lebih luas proses kreatif yang dijalani Leonardo sehingga melahirkan karya-karya hebat. Sebuah pameran manuskrip karya Leonardo sempat digelar di Madrid, Spanyol. Tujuannya, menelusuri Leonardo berdasar manuskrip-manuskrip tersebut. Aktor cum penulis sohor Spanyol, Christian Galvez menyatakan pameran itu satu-satunya yang didorong oleh Proyek DNA Leonardo. Proyek itu berisi sejarawan, ahli genetika, arkeolog dan pakar di berbagai bidang.
Dalam buku orisinal dan provokatif ini, Campbell meneliti keanehan kata-kata dan karya Leonardo, dan dunia pramodern yang khas dari para seniman dan pemikir tempat ia muncul. Jauh dari imaji bahwa Leonardo seorang jenius penyendiri yang hidup mendahului zamannya, Leonardo dalam buku ini justru diceritakan seperti mendiami jaringan pertukaran seni, teknologi, dan sastra yang dinamis.
Dengan menyelidiki politik dan ketegangan budaya pada era tersebut serta kajian terbaru tentang orang-orang sezaman, bengkel, dan tulisan Leonardo, Campbell menempatkan Leonardo kembali ke dalam lingkungan yang membentuknya dan dibentuk olehnya. Ia menunjukkan bahwa di dalam celah dan kontradiksi dari apa yang kita ketahui tentang kehidupan Leonardo, muncullah sosok yang kurang dikenal dan jauh lebih signifikan secara historis.
Akhirulkalam, bayang-bayang kehebatan Leonardo selalu ditampilkan dalam karya-karyanya. Seperti lukisan Salvator Mundi (Penyelamat Dunia) yang dilelang di Balai Lelang Christie, New York, dengan harga US$450 juta pada 15 November 2017. Dan pembelinya adalah Pangeran Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi. Salvator Mundi diyakini sebagai lukisan terakhir Leonardo. Lukisan itu sempat raib antara tahun 1763 sampai 1900.[R]
*)Penulis adalah akademisi dan periset