Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Pasca Terbakar, Museum Nasional Sedang Menunggu Pengembalian 470 Karya Seni dari Museum Belanda

REKAYOREK.ID Konsentrasi di saat menikmati suguhan pertunjukan panggung seni budaya oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Timur di gedung Cak Durasim di jalan Genteng Kali Surabaya pecah, terganggu oleh pesan Whatsapp. Pesan itu mengabarkan Museum Nasional di Jakarta terbakar. Kejadiannya sekitar pukul 20.00 pada Sabtu malam (16/9/23).

Pertunjukan yang mengetengahkan Konser Musik tentang Geopuisilosofi: Kataklastik Budaya Jawa Timur – Pertemuan Tiga Lempeng Dunia, disuguhkan sangat apik dan memukau. Yang terganggu konsentrasinya adalah mereka yang peduli sejarah budaya dan yang menerima pesan Whatsapp itu. Lainnya tetap menikmati jalannya pertunjukan musik dan puisi “Geopuisilosofi”.

Sementara si penerima pesan Whatsapp yang juga pengelola Museum Online Wilwatikta, Deddy Endarto, gusar. Dia tidak bisa konsentrasi melihat tontonan panggung musik puisi yang penuh filosofi alam dan bebatuan (geologi). Di tengah kesunyian studio Cak Durasim, ia justru sibuk mencari sumber penyebab kejadian kebakaran di Museum Nasional Jakarta. Ia juga terlihat sibuk membuat status di akun Facebooknya.

Pada malam itu, Sabtu (16/9/23), Museum Nasional dikabarkan terbakar. Dikutip dari NU Online bahwa bagian dari museum yang terbakar adalah di belakang gedung A.

“Ada 4 ruangan di Museum Nasional yang terbakar. Ruangan itu di pojok belakang: 2 ruangan sayap kanan dan 2 ruangan lagi di tengah”, kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin.

Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, yang datang bersama Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, sesaat setelah pemadaman api mengatakan bahwa tidak ada korban jiwa dalam musibah itu

“Alhamdulillah, insyaallah tidak ada sama sekali, sampai saat ini, terlapor korban apa pun, luka maupun jiwa,” ungkap Nadiem, didampingi Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.

Ia juga mengapresiasi aparat kepolisian dan pemadam kebakaran, yang cepat hadir dan mengisolasi api tersebut, tulis NU Online.

Atas kejadian ini menjadikan perhatian bagi semua pengelola museum. Sekali artefak yang dipajang itu jadi korban, maka sulit dikembalikan. Jika gedung yang jadi korban masih bisa dikembalikan seperti musibah kebakaran yang menimpa Museum Bahari pada Januari 2018. Sekarang kondisi fisik bangunan itu sudah dikembalikan.

“Semoga kejadian ini tidak ada korban pada artefak. Jika karena kebakaran itu ada plafon, yang terbakar dan menjatuhi artefak di bawahnya, bisa jadi benda yang jatuh mematahkan artefak di bawahnya atau membakar naskah naskah kuno yang ada”, kata Deddy Endarto.

Dikutip dari JPNN (16/9/23), yang menulis bahwa berdasarkan laporan kebakaran Sudin Gulkarmat Jakarta Pusat, kronologi kebakaran berawal ketika petugas keamanan sedang melaksanakan apel.

Tidak lama kemudian sekitar pukul 19.58 WIB, terjadi ledakan yang cukup besar dari arah bedeng proyek yang sedang mengerjakan renovasi di Museum Nasional.

Peristiwa ini harus menjadi perhatian bagi semua pengelola museum untuk memikirkan dan antisipasi bahaya kebakaran yang mungkin saja terjadi.

Pasca kebakaran di Museum Nasional Indonesia (MNI) Jakarta, khususnya di bagian belakang Gedung A, pada Sabtu malam (16/9/23), Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia menerbitkan Siaran Pers dengan nomor: 470 sipers/46/IX/2023.

Disebutkan bahwa sebagian koleksi yang terdampak adalah replika seperti pada bagian pra sejarah. Statement ini telah dipublikasikan oleh media masa dan dibaca di negeri Belanda. Sebagaimana dijelaskan oleh pelaksana tugas (plt) Kepala Badan Pelayanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Achmad Mahendra bahwa artefak yang terdampak (terbakar) adalah benda replika (tiruan).

Pemerhati sejarah dan profesional di Belanda langsung menanggapi dan menanyakan statement itu. Salah satunya adalah Emile Leushuiz. Dalam pesan Whatsapp ia bertanya, “Kok replika……ngapain ada replika di museum????”, tanya pegiat dan aktivis kebudayaan di Belanda, Emile Leushuiz, yang sudah fasih berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Pertanyaan ini dirasa kurang berlogika karena museum besar dan nomor satu di Indonesia kok memasang barang tiruan.

“Itu asal omong atau sudah mulai menutup nutupi fakta? Harus dipertanyakan”, tambah Emile setelah membaca berita dari media online yang bisa dibaca di Belanda.

Tidak hanya media Indonesia yang bisa dibaca di sana, media Nasional di Belanda juga sudah memuat profesional tentang kebakaran Museum Nasional Indonesia. Salah satunya masuk headline surat kabar NOS.nl.

Sementara profesional dan konsultan permuseuman dunia, Max Meijer, di kota Amsterdam juga langsung berkomentar tentang musibah kebakaran di Museum Nasional Indonesia Jakarta, museum yang sudah tidak asing baginya. Max Maijer sudah beberapa kali sebagai konsultan museum untuk museum museum di Indonesia.

Max menegaskan bahwa musibah ini menjadi perhatian Belanda dan buktinya adalah pemberitaan di media nasional dan masuk headline. Max menambahkan dari petikan media NOS.nl bahwa Museum Nasional ini sedang menunggu pengembalian sekitar 470 karya seni yang dipindahkan ke museum Belanda pada masa kolonial.

Secara terpisah, kritik juga datang dari dalam negeri yang mengatakan bahwa benda benda bersejarah itu dikembalikan saja ke Belanda jika keamanan di museum dalam negeri kurang baik.

Menurut pendapat professional museum TiMe Amsterdam (Max Meijer dan Petra Timmer) bahwa semua museum di seluruh dunia harus menerapkan standar tertinggi keamanan. Max mengingatkan bahwa di Jakarta pada 2018 pernah ada musibah kebakaran yang menghabiskan gedung museum. Yaitu Museum Bahari di Jakarta.

“Museum Nasional dan museum besar lainnya harus menjadi institusi yang paling aman di mana koleksi nasional harus aman dan terlindungi dari ancaman seperti pencurian, perampokan, dan kebakaran”, demikian Max mengingatkan sebagai konsultan museum profesional.

“Ingat, museum tersebut sedang menunggu pengembalian sekitar 470 artefak lainnya dari Pemerintah Belanda”, pungkas Max.@nanang

Komentar
Loading...