Blacius Subono maestro seniman asal Surakarta, meninggal dunia seusai pentas dalam kampanye pamungkas calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024). Pada pentas itu, ia berperan menjadi Semar yang memberikan sejumlah wejangan kepada pasangan Ganjar – Mahfud.
Menurut Puji Karyanto pengamat budaya Univesitas Airlangga (Unair) Surabaya, secara umum Semar dianggap sebagai salah satu dayang tanah Jawa. Selain itu, Semar menggambarkan sosok rakyat yang jujur dan bijaksana
“Banyak sekali ajaran ajaran agama yang sebenarnya ajaran ajaran klasik Jawa, tapi kemudian Disemarkan, seperti ojok dumeh, memayu hayuning bawono (menyatu, membuat dunia menjadi indah,” ujar Puji saat dimintai tanggapannya, Sabtu (10/2/2023).
Dia menjelaskan, ketika Blacius Subono mengungkap hal itu pada saat kampanye Ganjar, seperti Hasto Broto atau profil pemimpin yang ideal. Semar selalu mengingatkan agar jangan lupa bahwa tuan seorang kepala negara adalah rakyat. Jabatan yang dipegang merupakan mandat dari rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
“Saya tidak tahu, apakah itu dalam konteks penyampaian harapan beliau ke pasangan Ganjar – Mahfud. Tapi pemimpin yang secara ideal itu memiliki ciri ciri kepimpinan Hasto Broto, mamayu Hayuning Bawono kan begitu toh,” sambung dosen FIB Unair tersebut.
Namun, jika itu diucapkan oleh pendukung pasangan Ganjar – Mahfud, relatifnya adalah Paslon tersebut diharapakan menjadi pemimpi seperti memayu Hayuning Bawono. Yakni menyatukan semuanya, menjadi dunia semakin indah.
” Semar ingin paslon tertentu (Ganjar – Mahfud) diharapkan menjadi pemimpin seperti memayu Hayuning Bawono,”pungkas Puji Karyanto.
Sepeti diketahui, seniman Bawono merupakan pendukung pasangan Ganjar – Mahfud ambruk lemas setelah tampil memainkan lakon wayang orang berdurasi pendek di hadapan Ganjar dan Mahfud, di depan Balai Kota Surakarta .()