Penulis: Atek Muslik Hati
“BANG, semua isi dapur udah habis nih!”
Seruku dari dapur kepada suami tercintaku. Namun, tak ada jawabannya. Dia seperti patung batu yang tak punya telinga, pura-pura tak mendengar kata-kataku.
“Baaang, budeg ya?”
Kuulang memanggilnya, dengan suara yang lebih tinggi melengking, hingga si bungsuku terbangun dan menangis.
Segera kususul kekamar, dan menggendongnya sambil mengajaknya bercanda, hingga iapun tertawa. Secara aku paling suka anak kecil sejak kecilku dulu. Jangankan anak sendiri, anak orangpun yang tak biasa dengan orang lain, akan teebiasa denganku meski baru bertemu
Kumandikan si kecil imutku, kemudian mengganti bajunya. Kuberikan pada ayahnya. Aku langsung mengambil HP ku. Mencari kontak seseorang, dan mengirim chat lewat WA.
Tak lama, muncul tukang sayur depan rumahku.
“Sayur-sayuuur… Ibu, emak, bapak, adek, kakak, mumpung masih segar nih sayur dan ikannya!”
Tukang sayur teriak-teriak memanggil dengan ciri khasnya
“Mas, aku lagi di kamar mandi nih. Tanggung. Mas dong kedepan, minta sayur dan ikan ya?”
Suaraku melengking lagi, agar suamiku Mendengarnya.
Aku pura-pura aja di kamar mandi, mau melihat apakah dia mau keluar dan membeli sayur mayur untuk kami hari ini, karena ini hari Minggu, dan dia akan di rumah saja.
Menuju ruang tengah setelah hampir sepuluh menit aku di kamar mandi. Kulihat mas Dani sedang transaksi dengan penjual sayur. Aku tersenyum lega. Taktik yang kupakai berhasil menyedot uangnya hari ini. Yes
Setelah tukang sayur meletakkan belanjaan masku, ia segera pergi, dan aku pura-pura sibuk di dapur. Mas Dani datang membawakan sekresek belanjaan tadi.
“Mas beli apa aja?”
“Lihat aja ndiri, pagi-pagi uangku udah keluar yang biru,” gerutunya
Aku pura-pura cuek, gak mendengar, rupanya dia membeli sekilo ayam, plus sop-an dan daun kelor serta tahu dan tempe
Kuhitung harganya hampir 75 ribuan. Rasain, batinku
Segera kumasak untuk sarapan kami. Kubuatkan siomay kesukaannya, juga anak-anakku. Sop tahu yang tak terlalu pedas agar semua bisa makan
“Mah, Danet dapet ini”
Si sulung muncul menunjukkan sekilo buah peer kesukaanya. Di susul di belakang nya ada adeknya yang juga memegang kresek buah.
“Mah, Agung dapet dukuuu…”
Dengan riangnya mereka makan sepuasnya, serasa bahagiaku sempurna hari ini, merampok harta mas Dani, hingga wajahnya cemberut di depan TV
Setelah puas, mereka pergi bermain dan tak lupa menaruh buahnya kedalam kulkas
Aku tersenyum puas! Dan tertawa jahat, karena merasa sudah bisa mengambil hakku juga anak-anakku pada orang yang memang bertanggung jawab untuk menghidupi kami.
***
“Mah, besok ibu mau kesini. Kamu belanja gih!”
Disodorkannya uang merah tiga lembar, mataku melotot tak percaya. Dalam hati ngedumel, giliran ibunya datang belanja jor-joran. Eee, untuk anak-anaknya pake harus ngiriiit seiritnyah! Sebbbbbeel
Aku kepasar membeli semua keperluan dapur untuk menyambut ibu mertua tersayangku. Kubeli daging sekilo, ayam dan ikan. Juga buah dan cemilan. Rasanya aku seperti orang kaya, karena tumben belanjaku sebanyak ini. Sampai pedagang langgananku heran. Dan bertanya
“Ada acara ya bu? Tumben belanjanya banyak?”
“Iya mbok, ibu mertuaku mau datang, dan aku di suruh belanja banyak sama suamiku!”
“Oh, pantas jeng belanjanya banyak!”
Setelah selesai, aku berpamitan padanya, setelah terlebih dahulu memberiku sesisir pisang yang katanya hasil kebunnya, dan tak mau dibayar. Alhamdulillah rizki emak sholehah, batinku. Hehe
***
“Nenek datang, horeee…”
Anak-anakku bersukaria karena kedatangan nenek mereka, dengan sukacita kupeluk dan kucium ibu mertuaku, serta mencium tangannya. Mereka rombongan, bersama mba Andini iparku dengan suami dan anaknya.
Rumahku jadi meriah, dengan suara tawa dan canda kami semua, terutama anak-anak
Ibu mertuaku datang dengan banyak bawaan, maklum mereka dari desa, banyak isi kebun yang tinggal diambil saja. Kelapa, singkong, pisang, cabe, tomat, kangkung dan ada ayam kampung pula, Alhamdulillah wasyukurillah. Beberapa hari ini, aku tak perlu belanja lagi
“Ayamnya jangan di potong ya?”
Bisik mas Doni perlahan, setelah menaruhnya di kandang belakang. Aku hanya melihatnya sambil tersenyum kecut. Koq segininya punya laki? Batinku
“Ada apa toh? Bisik-bisik?”
Mba Andini tiba-tiba menembak kami, dengan jailnya. Aku tertawa dan melempar pandangan pada mas Doniku tersayang
“Tanya tuh, adekmu sing ngganteng!”
Mereka pun akhirnya saling tertawa pula. Tanpa tau apa yang ditertawakan. Padahal andai mba Andini tau. Dia pasti akan marah pada adek semata wayangnya itu. Karena pelit, dan selalu penuh perhitungan
Ketika ibu mertuaku masuk kamar mandi, beliau lalu berkata kepadaku
“Sabun mandi dan odolmu ndi, ndok?”
MasyaAllah, aku baru inget, tadi aku tak cukup uang buat belinya
“Sebentar bu, tunggu nggih?”
Kucari mas Doni yang ada bersama bapak di ruang tamu. Minta uang buat beli sabun dan odol
“Loh tadi bukannya sudah mas kasi? Katanya sedikit marah
“Habis mas, uangnya untuk beli makanan aja!”
Ibu mertuaku yang ternyata ikut dibelakangku langsung mengambil tasnya, dan memberiku uang segepok!
Mas Doni mendelik…
Kukerling manja padanya,
Next?
Mata Dani terbelalak lebar, gaess melihat uang segepok di tangan istrinya. Kira-kira apa yang akan dilakukannya? [Bersambung]