Penulis: Atek Muslik Hati
MAS Dani yang melihat uang di tanganku merah semua, langsung loncat dari kursi tempat duduknya, ia lupa ada bapak mertuaku di depannya.
“Sini. Uangnya mas yang pegang, ntar kamu borosin dan cepet habisnya!”
Disambarnya uang itu dari tanganku, namun tak kusangka ibu mertua langsung menarik uang itu kembali, melotot dan memarahi mas Dani
“Piye toh le? Kamu itu kepala rumah tangga, yang harusnya mencukupi segala kebutuhan anak istrimu. Koq malah gini? Besok aku bawa cucu dan mantuku kedesa. Kamu di sini ae, sendirian. Makan gajimu sendiri!”
Mas Doni tertunduk lesu. Dia melirik kearahku yang merasa kasihan dengan dirinya. Aku diam tak berani bicara lagi.
“Selama ini ibu kirim uang untukmu nduk, 5 juta sebulan. Buat kamu dan anak-anakmu, agar Dani tak susah mikirin baju dan bayar sekolah mereka. Ada Dani kasi kekamu?”
Bagai tersambar petir aku terbelalak kaget, mulutkupun tiba-tiba menganga. Langsung kutatap mas Dani, tak percaya dengan yang barusan kudengar.
“Dani, selama ini kita diberi jatah yang sama oleh kanjeng ibu. Aku 5 juta dan kamu 5 juta. Sudah tiga tahun ini, terus uangnya kau kemanakan?”
Tiba-tiba mba Andini ikut bicara, membuatku sukses makin gemeter, karena mendengar pengakuan heroik itu. Sungguh ruaaar biasah!
Mas Dani masuk kekamar, mengambil sebuah buku rekening. Dan menyerahkannya pada ibu mertuaku, langsung beliau buka, dan…
“Untuk apa uang ini kau kumpulkan? Sementara anak istrimu kelaparan? Hah?”
Ibu mertuaku berang, dan aku terduduk lemas. Menangis kejer. Tak terbendung lagi! [Bersambung]