Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Populerkan Budaya Juang Dalam Kerangka Pemajuan Kebudayaan di Surabaya

REKAYOREK.ID Kota Surabaya sedang menggodok Raperda Pemajuan Kebudayaan dan kini Raperda inisiatif itu ada di meja Komisi D.

Raperda inisiatif ini, menurut inisiatornya A. Hermas Thony, yang kala itu dalam periode jabatan 2019-2024 sebagai Wakil Ketua DPRD, memasukkan unsur Kejuangan dan Kepahlawanan Kota Surabaya sehingga jadilah Raperda Inisiatif “Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Kota Surabaya”.

Thony memandang bahwa “Kejuangan” yang berasal dari kata dasar “Juang” adalah bagian penting dari kebudayaan (kebiasaan) yang telah turun temurun di Surabaya.

Berangkat dari makna Syurabhaya (Surabaya) yang bersumber dari prasasti Canggu (1358 M), Syurabhaya berarti (orang) berani menghadapi bahaya. Slogan ini di masa kekinian menjadi WANI.

Dalam rentetan sejarah yang terjadi di Surabaya bahwa cerita tentang keberanian rakyat Surabaya telah mewarnai dari zaman ke zaman. Dikisahkan ketika rakyat Surabaya menghadapi tentara Tar Tar, rakyat Surabaya menghadapi Mataram dan VOC, hingga rakyat Surabaya menghadapi tentara Sekutu, semuanya ada sifat berani atau Wani.

Dalam aktivitas nyatanya adalah rakyat Surabaya berjuang untuk meraih apa yang mereka cita-citanya. Berjuang telah L menjadi kebiasaan rakyat Surabaya dalam mencapai tujuan dan cita cita.

Jika dahulu wujud perjuangan itu adalah bertempur dan berkelahi secara fisik melawan musuh yang dianggap berbahaya, maka sekarang dan mendatang perjuangan itu adalah melawan kebodohan, kemalasan dan kemalangan yang juga sama sama membahayakan yang akibatnya bisa dibodohi pihak lain.

Karenanya berjuang yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Surabaya harus dibangkitkan dan dipopulerkan kembali dengan berjuang melawan kebodohan, kemalasan, kemalangan dan sebagainya yang sangat membahayakan dan merugikan.

Jadi, bahaya itu di era kekinian wujudnya adalah kebodohan, kemalasan dan kemalangan. Sehingga sifat berani menghadapi kebodohan, kemalasan dan kemalangan harus dipopulerkan dan ditegakkan.

Maka, kita perlu mengenal kembali Budaya Juang. Di Indonesia kita pun mengenal Budaya Makan dan Budaya Gotong Royong.

Budaya Makan di Indonesia sangat beragam mulai dari tradisi makan bersama, kebiasaan makan menggunakan tangan, hingga makanan khas daerah.

Tumpengan adalah Tradisi makan nasi tumpeng yang berbentuk kerucut seperti di budaya Jawa. Kebiasaan makan pakai tangan umum dilakukan di daerah pedesaan dan dalam lingkungan keluarga.

Sementara Budaya Gotong Royong adalah tradisi kerja sama masyarakat untuk mencapai tujuan bersama tanpa mengutamakan keuntungan pribadi. Gotong royong merupakan warisan budaya Indonesia, yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, kepedulian, dan keikhlasan.

Ada pula budaya bersih. Budaya bersih adalah gaya hidup, yang mengutamakan kebersihan lingkungan dan tubuh. Budaya bersih juga dapat diartikan sebagai perilaku sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.

Ada pula yang umum kita dengar. Yaitu budaya kerja. Budaya kerja adalah nilai, norma, dan praktik yang dijalankan oleh seluruh pekerja dalam suatu perusahaan. Budaya kerja juga dapat diartikan sebagai ciri khas atau identitas perusahaan dan bahkan bangsa.

Hal l serupa juga terjadi pada budaya juang. Budaya Juang, yang memang sudah turun temurun di dalam masyarakat Surabaya, l adalah upaya dan usaha yang dilakukan semaksimal mungkin untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkan. Berjuang biasanya dilakukan dengan cara yang tidak mudah dan penuh dengan rintangan.

Budaya juang adalah kebiasaan seseorang yang menunjukkan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan.

Budaya juang adalah kebiasaan yang menunjukkan kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah atau kemalangan dalam l kehidupan.

Karenanya dalam perumusan Pemajuan Kebudayaan dalam Raperda, yang sedang digodok oleh Panitia Khusus DPRD Kota Surabaya nantinya, harus dapat menterjemahkan Kejuangan sebagai bagian dari budaya l masyarakat Surabaya, yang nyatanya sudah diwariskan secara natural dan turun temurun.

Kejuangan tidak saja diartikan dengan memanggul senjata dalam arti berperang secara fisik militer. Tetapi Kejuangan adalah berjuang dalam melawan kebodohan, kemalasan dan kemalangan, yang dianggap berbahaya dan kontradiksi dalam proses pembangunan bangsa ini.@PAR/nng

Komentar
Loading...