Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Putri Kapten Westerling Serukan Boikot Film De Oost

Film The De Oost bercerita tentang Kapten Raymond Westerling ketika bertugas di Indonesia atau Hindia Belanda waktu itu. Kapten Raymond Westerling adalah komandan pasukan Belanda yang dikenal dengan Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta APRA di Bandung, Jawa Barat.

Palmyra Westerner, Putri Kapten Westerling

REKAYOREK.ID – Datang kabar dari negeri seberang, yang tak lain adalah putri dari Kapten Raymond Pierre Paul Westerling. Palmyra Westerner, menyerukan agar film The Oost ini, diboikot!. “Kini sedang diberitakan di belakang ayah saya, fakta telah terdistorsi dan penuh kebohongan.” tulisnya dalam surat terbuka yang ditujukan kepada sutradara film De Oost.

Bahkan sebelum film ini tayang perdana di Amazon Prime Video. Para kritikus dari komunitas India dan Maluku percaya bahwa film ini memberikan gambar yang salah dan sepihak. Federasi Rakyat Belanda Hindia (FIN) menuntut di pengadilan setempat pekan lalu, tetapi itu ditolak.

Film ini bercerita tentang Indonesia setelah di proklamirkan Sukarno-Hatta 17 Agustus 1945. Pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949), tak lama setelah Perang Dunia Kedua berakhir. Setelah Belanda lepas dari cengkraman Jerman di Eropa. Belanda mengirim pasukan untuk menempatkan urusan mereka dalam rangka pengambilalihan kekuasaan di Hindia Belanda. Dalam situasi ini, banyak daerah terlibat peperangan disertai dengan banyak kekerasan dengan ribuan tentara dan sipil tewas di kedua belah pihak.

Kapten Raymond Westerling pimpinan Korp Speciale Troepen (KST) di Nederlands-Indie. ©NIMH

Pembantaian Westerling
Korps Pasukan Khusus (KST) yang dipimpin Kapten Raymond Pierre Paul Westerling, dikenal dengan julukan ‘the Turk’, karena lahir di Turki. Kapten Westerling tidak bisa dihilangkan dari ingatan bangsa Indonesia, yang kita kenal dengan  pembantaian Westerling. Karena membakar kampung selama ‘pembersihan’ di Sulawesi Selatan dan mengeksekusi orang sipil Indonesia. Karakter utama dalam film De Oost didasarkan pada Westerling selama perang kemerdekaan di Indonesia.

Menurut putrinya Palmyra (1971), “Film sensasional’ adalah ‘contoh ekstrem ‘pemalsuan’. Kini sedang diberitakan di belakang ayah saya, fakta telah terdistorsi dan penuh kebohongan,” tulisnya dalam surat terbuka itu.

Palmyra dalam suratnya mengatakan “Saya merangkulnya dan membawa potongan sejarah ini bersama saya dengan martabat dan rasa hormat yang besar.” Dia menulis bahwa dia memiliki kenangan positif tentang asuhan ayahnya dan menyebut ayahnya sebagai ‘manusia dengan rasa hormat yang besar terhadap manusia, hewan, dan keluarganya.”

Putri Kapten Westerling menunjuk pada periode yang kejam, di mana banyak (Hindia) Belanda dan Maluku menjadi korban pembantaian oleh gerilyawan Indonesia. “Kita tidak dapat mengakses ini di sini, di Belanda, hidup dalam damai, dengan pola pikir Eropa, tetapi ini adalah kenyataan bahwa militer Belanda berada di situasi berbeda dengan saat ini,” tulisnya dalam surat itu.

Screen Shot film De Oost ©Amazon Prime Video

Sutradara Film De Oost Menyangkal
Palmyra Westerling mengecam sutradara Jim Taihuttu dan Maarten Hidskes, penulis novel sejarah yang menyertainya dan putra seorang veteran Hindia, yang katanya menggambarkan militer Belanda sebagai ‘Nazi’ dan ‘penjahat perang’. “Contoh orang-orang yang menyangkal asal mereka menghadapi krisis identitas.” lanjut Lapmyra.

Taihuttu sebelumnya mengatakan tidak perlu berbicara dengan para kritikus. “Karena minggu depan mereka mungkin jatuh di atas tali sepatu yang terikat dengan tidak benar,” kata Taihuttu.

“Ini adalah pihak-pihak yang tidak resmi. Beberapa anggota tentara dan veteran saat itu telah melihat film dan menyatakan persetujuan mereka. Orang-orang bodoh kecil itu hanya melihat apa yang ingin mereka lihat. Orang-orang dengan kritik mungkin memiliki sesuatu di piring mereka tentang yang mereka lakukan tetapi tidak berani bertanggung jawab.” tutup Tihuttu.

Tonton trailer untuk film De Oost:

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...