Revitalisasi Kota Lama Sudahkah Selaras Dengan Nilai Sejarah?
REKAYOREK.ID Kawasan Kota Lama Surabaya, khususnya Kampung Eropa, sudah terlihat benderang. Tidak ada kabel kabel yang bergelantungan. Semua sudah tertanam bawah tanah. Gedung gedung sudah dicat dan terlihat bersih. Bekas halte yang ada di jalan Jembatan Merah, yang sebelumnya menjadi tempat jualan bunga dan pangkalan kendaraan umum, kini bersih. Beberapa jalan sudah di paving. Tak ketinggalan Penerangan Jalan Umum (PJU) sudah serasi dengan lingkungan vintagenya. Pun demikian dengan papan papan nama jalan.
Apakah revitalisasi kawasan Kota Lama (Eropa) Surabaya sudah selaras nilai sejarah Kota Lama Surabaya?
Kota Lama (Eropa) Surabaya ini pernah memiliki Balai Kota, Gereja, Alun Alun Kota, Dermaga, Kantor Duane, Rumah Sakit, Bank, Sekolahan, Kos Kosan, Perumahan Pejabat Balai Kota, Perumahan Pejabat Gereja dan Pabrik. Apakah revitalisasi yang sedang berjalan ini mampu mengetengahkan sejarah perkembangan kota Surabaya, yang sudah mulai tertata sejak 1743?
Warga setempat dan umum, yang singgah di Kawasan Kota Lama, ternyata tidak mengetahui bahwa di Kota Lama Surabaya pernah memiliki fasilitas dan infrastruktur sebagaimana tersebut di atas. Mereka taunya kalau kawasan itu adalah kota Eropa hanya dari nama nama jalan yang berbau Belanda. Seperti Stadhuizsteeg, Willemskade, Dwaarboomstraat, Roomsche Katolik Kerkstraat dan lain lain yang ditulis mengiring nama jalan sekarang.
Mereka tidak tau bahwa Stadhuizsteeg adalah Gang Balai Kota, dimana para pejabat Balai Kota pernah tinggal. Mereka tidak tau bahwa Roomsche Katolik Kerkstraat, yang berarti Jalan Gereja Katolik Roma, pernah ada Gereja Katolik di sana. Pemaknaan itu penting untuk memberikan nilai tambah sejarah pada kawasan Kota Lama Surabaya yang bersejarah. Seyogyanya revitalisasi tidak sekedar mempercantik kawasan, tapi jugalah menambah nilai edukasi sejarah kawasan Kota Lama Surabaya.
Ricky Setiono, Ketua RT03/RW10 Kelurahan Krembangan Selatan, setuju dengan penamaan jalan, yang memberi informasi sejarah tentang kampungnya. Ricky baru tau bahwa nama Dwaarboomstraat sebagai nama lama Jl. Mliwis memiliki arti jalan Duane Samping, yang berarti di jalan itu pernah ada Duane.
Karenanya mereka menyambut perhatian dari komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni, yang memberi banner pada warung di jalan Mliwis. Banner ini selain menuliskan nama Belanda juga memberi keterangan historis tempo dulu.
“Ini upaya edukasi kepada publik seiring dengan revitalisasi, yang tidak hanya sekedar mempercantik kawasan Kota Lama”, kata A. Hermas Thony, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya ketika mengunjungi kawasan Kota Lama beberapa hari lalu.
Hal senada juga disampaikan oleh Imam Syafii, dari Komisi A DPRD Kota Surabaya yang hari Jumat (31/5/24) meninjau progres kegiatan Revitalisasi Kawasan Kota Lama Surabaya. Menurutnya akan lebih memberi arti jika ada keterangan tentang pernah adanya fungsi dan infrastruktur kota pada masa lalu di kawasan Kota ini melalui papan nama jalan.
Kedua pendapat ini sangat bijak bahwa revitalisasi seharusnya tidak hanya berorientasi pada perbaikan fisik, namun juga berorientasi pada nilai edukasi sejarah karena kawasan ini adalah kawasan bersejarah bagi kota Surabaya.@nanang