REKAYOREK.ID Ada ungkapan dalam tradisi Jawa dan juga tradisi Bali. Yaitu “ngurip nguripi”. Artinya menghidupkan atau merawat kehidupan, baik alam semesta maupun organisasi.
Saat ini yang sedang menjadi konsentrasi sebuah komunitas Aksara Jawa di Surabaya adalah ngurip nguripi aksara Jawa melalui kegiatan kegiatan organisasi sebagai alatnya.
“Isane urip amarga anane cara” (bisanya hidup karena adanya cara). Cara ini adalah wujud perjuangan untuk mencapai tujuan. Yaitu terjaganya dan lestarinya aksara Jawa di Surabaya.
Namun, untuk bisa memberi hidup pada object aksara Jawa, organisasi, yang berolah cara, juga harus hidup. Kalau dia tidak hidup, bagaimana ia bisa menghidupi, ngurip nguripi dan nguri-uri aksara Jawa.
Organisasi pun harus ada yang ngurip nguripi (menghidupi). Tidak lain adalah para anggotanya sendiri sesuai dengan peran dan kemampuan yang dimiliki masing masing.
Selain keterampilan dan kemampuan, mereka juga harus memiliki motivasi, komitmen yang kuat, terbuka terhadap ide baru dan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi.
Perlu disadari bahwa sesungguhnya ngurip nguripi itu tidak mudah, jauh lebih sulit daripada membangun. Kata “ngurip” berarti memiliki kekuatan, memiliki jiwa, atau hidup. “Ngurip” juga dapat berarti memberi kehidupan atau kekuatan kepada sesuatu.
Sanggupkah kita ngurip nguripi dan nguri uri aksara Jawa di Surabaya?@PAR/nng