Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Ulama Tegas Itu Didampingi Malaikat

Oleh: KH. Luthfi Bashori

DI bumi ini terdapat malaikat yang khusus ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengatakan kebaikan dan keburukan, melalui lisan orang-orang pilihan. Yaitu lisan dan tulisan para ulama, para da’i, para juru nasehat, dan orang-orang shaleh yang berani mengatakan kebenaran sekalipun itu pahit didengar telinga. Mereka adalah orang-orang yang selalu menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dimana saja berada.

Tentang hal ini Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya:
“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat di bumi, mereka berucap melalui lisan bani Adam tentang kebaikan dan keburukan yang terdapat dalam diri orang lain.” (HR. Imam Baihaqi melalui jalur sanad Sayyidina Anas RA).

Jangan kira para ulama yang berjuang melawan kedhaliman, kecurangan, penipuan, atau praktek-praktek kebijakan yang menyengsarakan rakyat khususnya umat Islam, entah itu yang dilakukan oleh para penguasa, pejabat teras, konglomerat, bos-bos perusahaan atau tokoh-tokoh jahat lainnya, perlawanan para pejuang itu hanya berasal dari kemauan mereka sendiri, tidak demikian kenyataannya. Tapi hakikatnya Allah mengirim malaikat-Nya untuk menggerakkan hati dan membisiki telinga para ulama itu, agar mereka berani menyampaikan kebenaran serta berani memerangi kejahatan di muka bumi.

Tentu respon hati dan telinga setiap orang itu berbeda-beda tingkatannya. Ada yang merespon bisikan malaikat itu dengan mempersiapkan diri 100%, hingga ia tidak lagi memikirkan dan mempertimbangkan kehidupan dunia-nya, melainkan semua harta jiwa dan raganya hanya dipersiapkan demi berjuang di jalan Allah sampai titik darah penghabisan.

Ada pula ahli agama yang merespon ajakan malaikat ini namun hanya 50%, hingga kalangan ini lebih memilih beramar ma`ruf saja tanpa berani bernahi munkar, karena menganggap resiko bernahi munkar itu bahayanya cukup besar untuk kehidupan dunia mereka. Berbeda saat mereka membatasi diri hanya terjun dalam dunia amar ma’ruf, tentu akan terasa lebih nyaman dan aman dari mara bahaya yang akan mengancam kehidupan mereka.

Yang ironis adalah adanya kalangan yang mengerti ilmu agama bahkan sempat mendalaminya, namun tidak pernah merespon sama sekali bisikan malaikat utusan Allah sebagaimana tersebut dalam hadits di atas.

Maka kalangan ini umumnya akan menggunakan kealiman ilmunya hanya untuk mencari kedudukan dan jabatan duniawi, serta mencari pengaruh sebanyak-banyaknya dimana saja mereka berada, demi untuk dapat meraup keuntungan duniawi, baik itu berupa harta, atau tahta hingga rebutan wanita, serta mereka berjuang namun untuk mendapat fasilitas kenikmatan duniawi semata.

Kalangan yang berhati buta dan bertelinga tuli terhadap ajakan malaikat ini, seringkali dalam kehidupan di tengah masyarakat dikenal sebagai ulama proposal, ulama jabatan, ulama dunia, atau ulama suuk (jahat).

Mereka terlanjur dijuluki ulama oleh masyarakat, karena memang pandai berbicara tentang ajaran agama, hanya saja praktek di lapangan mereka lebih mengedepankan untuk dapat menumpuk dana (harta) sebanyak-banyaknya tanpa peduli dari sumber halal atau haram.

Atau mereka tanpa merasa malu lagi untuk menjual suara umat, demi mendapatkan kedudukan jabatan bagi pribadinya sendiri dalam rana kekuasaan. Karena dengan duduk di pemerintahan tersebut, maka otomatis akan lebih mudah menggunakan fasilitas kenegaraan demi kepentingan pribadi, termasuk dalam meraup kekayaan, hingga tidak merasa takut sekalipun untuk korupsi uang negara.[]

*) Penulis adalah pengasuh pesantren Ribath Almurtadla & Pesantren Ilmu Alquran (Singosari-Malang)

 

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...