Veteran Ingin Bertemu Walikota Surabaya, Tapi Ternyata…
REKAYOREK.ID Sejak mendengar kabar dan sekaligus mendapat undangan untuk menghadiri sebuah talkshow yang bertema “Hilangnya Jati Diri Surabaya Kota Pahlawan” yang diselenggarakan oleh DHC 45 Cabang Surabaya, saya bersemangat dan rasanya tidak sabar untuk menunggu hari H (1/12).
Apalagi yang terjadwal sebagai pembicara adalah Walikota Surabaya Eri Cahyadi, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Pangdam V Brawijaya dan Profesor Aminudin Kasdi sebagai sejarawan sekaligus Ketua DHC 45 Surabaya. Yang hadir sebagai audience adalah para veteran.
Sebenarnya ada rasa keprihatinan di lingkungan para veteran terhadap semakin lunturnya nilai nilai kepahlawanan di kota Pahlawan. Sementara, penyelenggaraan talkshow (1/12) dan pameran foto pertempuran Surabaya (2/12) di Grand City Surabaya adalah cara mereka untuk menyampaikan rasa keprihatinan itu.
Melalui DHC 45 Surabaya, mereka ingin mengajak para penguasa kota dan ibukota propinsi Jatim untuk ingat jati diri kota yang berjuluk Kota Pahlawan. Pada hari H, Rabo 1 Desember 2021, mereka datang ke lokasi acara dengan seragam veteran lengkap. Ada tanda jasa yang disematkan pada dada kirinya.
Pada kesempatan itu, mereka sangat berharap bisa menyampaikan rasa keprihatinannya langsung kepada Walikota Surabaya dan Gubernur Jawa Timur. Namun sayang, harapan mereka hanya tinggal harapan. Mereka tidak bisa melihat Walikota dalam agenda talkshow itu. Alasannya, baik Walikota Surabaya maupun Gubernur Jawa Timur tidak bisa datang. Mereka diwaliki staf pemerintah.
Akhirnya, yang bertindak sebagai pembicara adalah Ketua DHD 45 Surabaya, Profesor Aminudin Kasdi yang didampingi oleh Dr. Fadjar Budianto dari DHD 45 Jawa Timur. Talkshow pun berjalan tanpa kehadiran Walikota, gubernur dan Pangdam. Padahal Walikota Surabaya diagendakan untuk bisa mendengar secara langsung apa yang menjadi harapan dan unek unek para veteran terkait dengan terjadinya degradasi nilai kepahlawanan di kota Pahlawan.
Jika pihak yang menyampaikan rasa keprihatinan akan terjadinya degradasi nilai kepahlawanan adalah mahasiswa dan umum, maka itu adalah reaksi biasa. Akan tetapi bisa menjadi luar biasa ketika yang menyampaikan itu adalah para veteran yang bernaung di bawah organisasi veteran DHD 45.
Saya yang hadir dalam acara itu merasa kasihan melihat wajah wajah para veteran yang ternyata gagal bertemu Walikota.
Melalui kegiatan yang berlangsung selama dua hari 1-2 Desember 2021, pihak DHD 45 Surabaya sebenarnya mempunyai maksud dan tujuan agar Pemerintah Provinsi Jatim dan Pemerintah Kota Surabaya lebih peduli dan lebih perhatian terhadap para Pejuang Kemerdekaan RI, khususnya di Kota Surabaya. Selain itu mereka berharap agar supaya Kota Surabaya tidak kehilangan Icon Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Karena pembicara kunci tidak hadir, maka jalannya talkshow menjadi terkesan bagai obrolan yang berputar, tidak langsung tertuju pada sasaran. Misalnya pemkot Surabaya yang diwakili oleh pejabat Bakesbangpol ternyata hanya bersifat menampung masukan masukan dari audience.
Padahal audience ingin mendapat tanggapan langsung dari Walikota sebagai pengambil dan penentu kebijakan terkait dengan hilangnya jati diri kepahlawanan. Artinya audience tidak mendapat jawaban yang berisi arah kebijakan dan aksi praktis tentang upaya pelestarian nilai nilai kepahlawanan sebagai jati diri kota Surabaya.[]