Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Benteng Kedung Cowek dan Stasiun Surabaya Kota akan Jadi Obyek Wisata Sejarah

REKAYOREK.ID Dua obyek bangunan bersejarah di Surabaya ini memiliki nilai yang monumental. Yakni bangunan Benteng Kedung Cowek di Bulak dan bangunan Stasiun Kota di Bongkaran.

Keduanya dibangun pada masa yang relatif hampir bersamaan, rentang waktunya di bawah lima tahun. Tercatat bahwa stasiun Surabaya Kota dibangun pada 1898. Sedangkan Kustbatterij atau pertahanan pantai Kedung Cowek dibangun pada 1900.

Boleh dibilang keduanya adalah bangunan mega proyek di eranya. Tidak hanya menyangkut besaran biaya, tapi juga kontruksi dan design arsitekturnya. Belum lagi nilai kesejarahan yang menyangkut fungsi dan pemanfaatannya.

Stasiun Surabaya Kota dibangun pada tahun 1898 Foto: repro

 

Secara historis, keduanya menjadi saksi panasnya pecah perang Surabaya pada November 1945. Stasiun Surabaya Kota sempat menjadi sasaran pendudukan tentara Sekutu karena dianggap sebagai instalasi vital di Surabaya. Sementara Benteng Kedung Cowek adalah front pertahanan pejuang Surabaya dalam menghadapi tentara Sekutu.

Sayang sekali, keduanya seolah dibiarkan dan belum dimanfaatkan untuk tujuan tujuan positif seperti tujuan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, budaya dan pariwisata serta ekonomi sebagai mana diamanahkan lewat undang undang, khususnya UU RI Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Padahal keduanya berpotensi untuk itu semua.

Benteng Kedung Cowek dibangun pada tahun 1900. Foto: nanang

 

Melihat aset yang luar biasa ini, Forum Begandring Soerabaia tidak tinggal diam. Sejak 3 tahun yang silam, Begandring Soerabaia sudah mulai turut menyuarakan upaya pelestarian kedua bangunan bersejarah itu. Tidak mudah. Tapi bukan berarti tidak bisa.

Dengan konsistensi menyuarakan upaya perlindungan, pengelolaan dan pemanfaatan cagar budaya, ada saja jalan yang ditempuh. Ada pula suntikan semangat untuk upaya fisik dan fikiran itu.

Akhirnya, tiada hentilah dalam berkegiatan demi penyelamatan aset aset bersejarah kota Surabaya.
Di bulan perjuangan, November 2021, serangkaian kegiatan demi pelestarian kedua aset itu dilakukan.

Pada 14 November 2021, digelar jelajah sejarah dan teatrikal di Benteng Kedung Cowek. Pada 26 November 2021 diadakan diskusi terbuka dengan tema Sejarah Kereta Api di Jawa Timur yang akhirnya diskusi itu mengerucut kepada upaya pemanfaatan stasiun Surabaya Kota.

Alhamdulillah, masih di bulan yang sama, di penghujung bulan November terdengar kabar akan adanya upaya pemanfaatan keduanya sebagai museum.

Blueprint Benteng Kedung Cowek yang dimiliki Ady Setawan, pendiri Roode Brug. Foto: repro

 

Museum memang belum terwujud, tetapi sudah ada angin segar mengenai impian itu. Adalah impian pegiat sejarah untuk menjadikan kedua bangunan cagar budaya itu menjadi museum sebagai aksi nyata pelestarian dan pemanfaatan.

Kabar baik ini tentu harus diikuti dengan memberikan dukungan kepada pihak pihak yang sudah memiliki niat baik melestarikan, mengelola dan memanfaatkan bangunan cagar budaya itu.

Keduanya sangat layak dan patut dimanfaatkan yang salah satu pemanfaatannya adalah untuk penelitian, khususnya bagi masyarakat dan mahasiswa sipil dan arsitektur. Kedua bangunan cagar budaya stasiun Surabaya Kota dan Benteng Kedung Cowek menyuguhkan ilmu rancang bangun yang luar biasa. Mengapa?

Coba dibayangkan, betapa kokohnya bangunan Benteng Kedung Cowek ini. Padahal Benteng ini dibangun persis di tepi pantai. Pada bagian utara Benteng adalah garis pantai yang berpasir dan berlumpur.

Sementara di bagian selatan Benteng adalah kawasan pertambakan yang kontur tanahnya relatif lembek karena berair. Tapi Benteng yang besar ini masih bisa berdiri kokoh dengan usia lebih dari 100 tahun.

Pembangunan Benteng memang tidak langsung jadi melainkan bertahap dan berangsur. Menurut gambar blue print yang didapat oleh Ady Setyawan, pendiri Komunitas Roode Brug, dari Belanda bahwa design Benteng ini diteken di Batavia oleh bagian zeni militer Belanda pada 15 Januari 1900.

Lokasi pembangunan benteng persis pada area yang kontur tanahnya lembek, mudah goyah dan karenanya, sebetulnya, sulit untuk didirikan bangunan, apalagi sebuah Benteng.

Rencana pembangunan Benteng di Soerabaia, Hindia Belanda pada waktu itu, sempat mendapat perhatian dan pertentangan di internal dewan di Belanda. Salah satu alasannya besarnya beaya yang dihabiskan.

Sekarang, Benteng Kedung Cowek ini menjadi satu satunya Benteng di Surabaya yang masih berdiri, the last standing fort.

Dulu, di kota ini terdapat beberapa Benteng pertahanan seperti Benteng Van den Berg, Benteng Providentia, Benteng Belvedere, Benteng Prins Hendrik, Benteng Kalimas, Benteng Ujung, Benteng Semambung, Benteng Kalidawir dan Benteng Kedung Cowek sendiri. Benteng hidupnya adalah kawasan militer Angkatan Laut, Armatim. Benteng matinya adalah Kedung Cowek.

Jika ada Benteng serupa di Singapura yang bisa dikelola dan dimanfaatkan sebagai wahana pariwisata dan pendidikan, mengapa Benteng Kedung Cowek tidak bisa? Mestinya sangat bisa.

Belum lama ini, di penghujung bulan November 2021, ada niat baik dari pihak tertentu yang ingin mengelola dan memanfaatkan peninggalan bersejarah ini menjadi wahana wisata yang berbasis heritage. Alhamdulillah.

Lantas bagaimana dengan bangunan cagar budaya stasiun Surabaya Kota? Berdasarkan koran Jawa Pos (30/11) bahwa pihak PT KAI Daops 8 juga memperimbangan stasiun Surabaya Kota memiliki fungsi pendidikan dan pariwisata, selain fungsi perhubungan darat, yaitu sebagai stasiun komuter.

Denah konstruksi pembangunan Stasiun Surabaya Kota milik kolektor Tjahjana Indra Kusuma, pegiat sejarah kereta api. Foto: repro

 

Menjadi fungsi museum sebagai wujud dan obyek pariwisata dan pendidikan adalah sangat beralasan. Stasiun kota adalah stasiun pertama di Jawa Timur yang dibangun pada 1878. Stasiun Kota menghubungkan stasiun Bangil dan stasiun Pasuruan dengan panjang lintasan 63 km.

Pembukaan jaringan kereta api Surabaya Kota – Bangil – Pasuruan (1878) ini adalah pembangunan jaringan kereta api ke tiga di pulau Jawa setelah Kemijen (Semarang) – Tanggung di Jawa Tengah (17 Juni 1864) dan Batavia – Buitenzorg di Jawa Barat (31 Januari 1873).

Yang menarik adalah bahwa di daerah Semut ini pernah ada dua stasiun kereta api. Pertama dibangun pada 1878 dan kedua dibangun pada 1898.

Adapun bangunan stasiun Surabaya Kota pertama adalah bangunan yang sebenarnya berada di dekat (Timur) Jembatan Bibis yang kala itu langsung berhadapan dengan gedung kantor stasiun Kereta Api yang lokasinya di Bibis.

Berikutnya pada 1898 dibangun stasiun kedua (baru) yang jaraknya sekitar 100 meter di Timur stasiun lama (1878). Ini sungguh luar biasa dan istimewa bahwa di satu lingkungan yang sama, hanya berjarak 100 meter, dibangun dua stasiun.

Kedua bangunannya cukup megah. Tapi stasiun pertama sudah dibongkar dan menyisakan stasiun kedua yang bangunannya masih bisa dilihat hingga sekarang.

Hal yang menarik lagi adalah kedua gedung stasiun ini dibangun tidak jauh dari Kalimas sehingga ada penanganan khusus secara kontruksi dan rancang bangun.

Semua itu telah terdokumentasi kan dengan baik yang besteknya telah disimpan oleh pegiat sejarah kereta api Tjahjana Indra Kusuma asal Malang. Hal ini kiranya bisa menjadi rujukan mahasiswa sipil dan arsitektur mengenai bangunan yang didirikan di tanah yang gembur. Tentu wadah untuk menyajikan ilmu ini bila ada museum Kereta api.

Alhamdulillah, kedua bangunan bersejarah Benteng Kedung Cowek dan Stasiun Surabaya Kota sudah ada yang mulai peduli. Semoga ke depan penanganan dan pemanfaatan kedua bangunan bersejarah ini dapat menjadi inspirasi dalam pelestarian bangunan bangunan bersejarah lainnya di kota Surabaya.[]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...