Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Temuan Granat Senapan Bekas PD II di Benteng Kedung Cowek

Kondisi kawasan Benteng Kedung Cowek relatif berbahaya. Karenanya ada larangan tegas bagi setiap pengunjung untuk tidak merokok dan bakar bakar. Dikhawatirkan aktivitas pengunjung itu akan menyulut benda benda yang rawan meledak.

REKAYOREK.ID Melihat Benteng Kedung Cowek di pesisir pantai timur Surabaya terasa sangat menyenangkan. Kagum. Sosoknya megah. Kokoh. Terlihat tersembunyi di balik vegetasi yang lebat sehingga tidak mudah dilihat dari laut. Betapa hasil rancang bangun yang luar biasa. Itulah benteng pertahanan pantai, kutsbaterrij, Kedung Cowek. Usianya lebih dari 100 tahun. Namun benteng ini seolah masih siaga menjaga keamanan pantai.

Ady Setyawan, pegiat sejarah pertempuran dari Komunitas Roode Brug Soerabaia, memiliki lembar cetak biru (blue print) yang diperoleh dari Belanda tentang proyek pembangunan benteng, yang ternyata benteng ini dibangun pada awal abad 20. Cetak birunya ditandatangani oleh kapten geni Proper di Batavia pada 15 Januari 1900.

Komunitas sejarah Roode Brug Soerabaia. Foto: nanang

 

Sejak awal pembangunan, benteng ini sesungguhnya untuk memperkuat sistim pertahanan Surabaya. Ketika itu benteng pertahanan pantai Kedung Cowek tidak satu satunya pertahanan karena di bagian lain pesisir Pantai Surabaya juga ada sistim pertahanan pantai seperti di Kalidawir, Semambung dan Ujung.

Selain itu juga terdapat gugusan pertahanan pantai di pesisir Madura yang langsung menghadap ke Surabaya. Tapi semuanya sudah hancur, kecuali Benteng Kedung Cowek. Kini benteng Kedung Cowek menjadi satu satunya benteng yang tersisa. The last standing fort.

Pada pecah perang Surabaya 1945, benteng ini sempat digunakan pejuang pejuang Surabaya yang tergabung dalam Batalyon Sriwijaya. Mereka memanfaatkan benteng dan persenjataannya untuk menghadapi tentara Sekutu.

Namun, di pihak pejuang ada sekitar 200 orang gugur di tempat ini. Peluru peluru tajam Sekutu menembus tubuh mereka. Bahkan peluru peluru itu ada yang masih bersarang pada dinding dinding benteng hingga sekarang. Ada pipa baja terlobang karena lesatan peluru panas Sekutu. Bisa dibayangkan betapa mematikan peluru peluru itu ketika mengenai tubuh para pejuang.

Benteng Kedung Cowek. Foto: nanang

 

Karena kisah bersejarah keberadaan dan pemanfaatan benteng itulah, kemudian komunitas sejarah Roode Brug Soerabaia, menghadap Panglima Kodam V/Brawijaya yang ketika itu dijabat oleh Letnan Jenderal TNI R. Wisnoe Prasetja Boedi.

Pertemuannya terlebih untuk mengkonfirmasi tentang kabar yang beritanya mengatakan bahwa aset Kodam V/Brawijaya itu telah berpindah tangan ke pihak swasta. Tapi Panglima menampik dan mengatakan bahwa aset benteng Kedung Cowek masih dikelola oleh Kodam V/Brawijaya.

Berbekal jawaban inilah kemudian Roode Brug Soerabaia menyampaikan kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini melalui dinas terkait. Selanjutnya pada Juni 2020, Benteng Kedung Cowek ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya yang harus dilestarikan, dikelola dan dimanfaatkan. Namun hingga November 2021, aset bersejarah yang telah berstatus Cagar Budaya ini masih belum tersentuh upaya pelestarian, apalagi pengelolaan sesuai dengan Undang Undang Cagar Budaya.

Penemuan Granat Aktif

Di kawasan Benteng Kedung Cowek diyakini masih terdapat sisa sisa amunisi dari peristiwa perang 1945. Pada kegiatan bersih bersih benteng pada Minggu (7/11), yang akan digunakan sebagai ajang jelajah sejarah Subtrack dan upacara peringatan Hari Pahlawan pada Minggu (14/11), ditemukan sebuah granat senapan jenis M9 yang kondisinya masih aktif.

Granat aktif yang ditemukan di kawasan Benteng Kedung Cowek. Foto: nanang

 

Granat senapan M9 adalah granat senapan anti-tank AS yang digunakan selama Perang Dunia (PD) II. Granat jenis ini diturunkan sebagai versi granat yang lebih ringan dari granat M10 yang dianggap terlalu berat untuk ditembakkan ke jarak efektif dari senapan.

Granat senapan adalah granat yang dilontarkan dengan sistim tembak dari senapan yang umumnya berlaras panjang. Selain granat, sejumlah peluru juga pernah diketemukan di kawasan ini. Sebagian ada yang masih utuh dan sebagian lainnya sudah tinggal selongsong. Umumnya kondisinya sudah berkarat.

Granat pada masa perang dunia II. Foto: net

 

Melihat temuan temuan itu, jelas kondisi kawasan benteng Kedung Cowek ini relatif berbahaya. Karenanya ada larangan tegas bagi setiap pengunjung untuk tidak merokok dan bakar bakar. Dikhawatirkan aktivitas pengunjung itu akan menyulut benda benda yang rawan meledak.

Atas penemuan granat aktif jenis M9 ketika bersih bersih benteng, akhirnya granat temuan itu harus dipendam di tempat yang lebih aman dan jauh dari jangkauan pengunjung atau bahkan pihak pihak yang sengaja mencari barang barang bekas. Hal ini dilakukan untuk mengamankan benda aktif itu dan melindungi pengunjung. Bersih bersih benteng pada Minggu (7/11) juga sekaligus cek lokasi yang akan digunakan untuk upacara dan jelajah sejarah.

Perlunya Pengelolaan Benteng

Benteng Kedung Cowek layak difungsikan sebagai sebuah museum, dimana di salah satu ruang pamernya bisa dipakai untuk memajang benda benda temuan, apalagi yang sifatnya masih aktif. Menempatkan benda benda temuan seperti peluru dan granat serta jenis amunisi lainnya adalah upaya mengamankan benda dan sekaligus menjadikan sebagai artefak museum.

Granat senapan perang dunia II. Foto: repro

 

Dijadikan sebagai museum, tentu museum yang ada kaitannya dengan kesatuan TNI Angkatan Darat, adalah gagasan tepat dan sekaligus melengkapi adanya museum museum militer Surabaya.

Jika TNI Angkatan Laut (TNI AL) telah memiliki museum Jalan Crana di Kodiklatal Krembangan, lalu Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) telah memiliki Museum Aktif/Hidup Polrestabes Surabaya, maka bangunan benteng Kedung Cowek ini bisa menjadi museum Artileri TNI AD.

Penemuan granat aktif di Benteng Kedung Cowek. Foto: nanang

 

Pemerintah kota Surabaya sesungguhnya bisa mengelola dan memanfaatkan sebagai fungsi museum untuk mendukung predikat Surabaya sebagai kota Pahlawan. Jika Singapore bisa. Mengapa Surabaya tidak bisa. Jika Curacao di Amerika Latin juga bisa mengelola bekas benteng pertahanan pantainya yang mirip dengan Benteng Kedung Cowek, mengapa Surabaya tidak bisa.

Di Curacao memiliki bekas benteng yang serupa dengan benteng Kedung Cowek. Berikut deskripsi bekas benteng pertahanan pantai di Curacao yang keberadaannya sering dikunjungi oleh tamu tamu asing.

Granat-granat aktif yang ditemukan di kawasan Benteng Kedung Cowek. Foto: nanang

 

“Well preserved artillery and two underground ammunition bunkers in reasonable condition. Ammunition cellar with wooden roofs, concrete walls and iron doors.” (curacaomonuments.org)

Bedanya, di Curacao masih memiliki artileri. Sementara bunker bunker untuk penyimpanan amunisi yang mirip dengan yang ada di Kedung Cowek kondisinya juga masih baik. Konstruksinya berdinding beton dan berpintu besi.

Benteng Kedung Cowek memiliki nilai sebagai satu-satunya benteng pertahanan pantai di Surabaya dan sebagai perwakilan struktur pertahanan Perang Dunia II dari rantai pertahanan di pantai timur Surabaya. Sedangkan nilai sejarah budayanya karena peran benteng sebagai benteng pertahanan pulau Jawa di masa Hindia Belanda. [Nanang]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...