Wilwatikta Acarita Potret Kekayaan Majapahit
REKAYOREK.ID Bulan November, secara nasional, dikenal sebagai bulan Kepahlawanan karena pada tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Di tanggal yang sama, 10 November, menurut beberapa sumber juga dicatat sebagai Hari Penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Pertama Majapahit.
Penanggalan 10 November ini bertepatan dengan tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau 10 November 1293 Masehi. Tanggal Penobatan Raden Wijaya ini sekaligus menandai berdirinya Kerajaan Majapahit, yang lokasinya berada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Selama ini tanggal 10 November sebagai peringatan Hari Pahlawan jauh lebih populer daripada peringatan Hari Jadi Kerajaan Majapahit, yang sekaligus Hari penobatan Raja Pertamanya, Raden Wijaya, yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Ia memerintah Kerajaan Majapahit mulai 1293 hingga 1309.
Lantas perayaan apa yang layak sebagai peringatan penanda Hari Jadi Kerajaan Majapahit dan Penobatan Raden Wijaya?
Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur di bulan November 2024 ini memang menyelenggarakan serangkaian kegiatan seni budaya mulai Gelar Budaya, campursari, pameran UMKM hingga seminar yang mengangkat Wilwatikta atau Majapahit, yang dikemas dalam Wilwatikta Acarita atau Majapahit Bercerita.
Wilwatikta adalah Majapahit. Kata Wilwatikta berasal dari kata Jawa Kuna. Wilwa artinya buah Maja dan Tikta artinya pahit. Jadi Wilwatikta berarti buah Maja yang pahit rasanya. Disingkat Majapahit.
Wilwatikta Acarita adalah Majapahit Bercerita. Bahwa Kemegahan, kekuatan, dan kebesaran Wilwatikta merupakan sesuatu yang nyata dan bukan sebuah dongeng yang dituturkan oleh pendahulu.
Berbagai aspek tentang Wilwatikta menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Telah banyak arkeolog yang menguak misteri tentang Wilwatikta (Majapahit), namun tetap saja Wilwatikta menjadi sebuah misteri yang menarik.
Seminar Nasional dalam kegiatan Wilwatikta Acarita ini merupakan ajang untuk menguak misteri wilwatikta dalam berbagai sudut pandang keilmuan sehingga narasi kebesaran wilwatikta menjadi sebuah catatan ilmiah, yang dapat menjadikan kebanggaan bagi generasi muda Jawa Timur sebagai penerus Wilwatikta.
BPK WXI melalui Wilwatikta Acarita mengundang publik bisa berbagi cerita tentang Wilwatikta melalui pengumpulan narasi dalam “Call for Paper”, yang kelak hasilnya akan digunakan sebagai bahan Seminar Nasional dan penerbitan buku. Ada tiga sub tema dalam Call for Paper ini. Yaitu a) Wilwatikta Bumi dan Manusia, b) Wilwatikta Dalam Lintas Budaya Nusantara dan c) Wilwatikta dan Perlindungannya.
Kepala BPK Wilayah XI, Endah Budi Heriyani, membenarkan adanya serangkaian kegiatan di bulan November 2024, yang intinya bertujuan untuk perlindungan peninggalan Majapahit melalui cerita (narasi) dan pergelaran seni dan budaya.
“Acara ini dikemas melalui kegiatan yang enak sehingga pada gilirannya bisa mengajak publik menikmati dan meningkatkan rasa handarbeni kebudayaan, yang sekaligus merupakan upaya perlindungan peninggalan Majapahit”, jelas Kepala BPK Wilayah XI, Endah Budi Heriyani.
Gelaran Kebudayaan ini memadukan Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dan Cagar Budaya (CB). Misalnya, ada pembacaan Naskah Negarakertagama dan melakukan kunjungan ke titik titik yang pernah menjadi lawatan Raja Hayam Wuruk, seperti di Lumajang.
“Dengan demikian masyarakat mengerti, oh ternyata Hayam Wuruk pernah berkunjung hingga ke Lumajang ya”, tambah Endah.
Gelaran seni budaya Wilwatikta ini pantas untuk menyambut kelembagaan negara baru, yang khusus mengurusi tentang kebudayaan. Yaitu Kementerian Kebudayaan.
Hermas Thony, Penggerak Budaya Surabaya yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya (2019-2024), minggu lalu (30/10/2024) bertemu Kepala BPK WXI di Trowulan. Thony mengatakan bahwa hajatan yang digagas Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI di bulan November ini pantas dihadiri Menteri Kebudayaan RI baru, Fadli Zon.
“Ini sekaligus menjadi wujud ucap syukur masyarakat Jawa Timur kepada Tuhan atas terbentuknya Kementerian Kebudayaan”, ucap Thony.
Thony menambahkan bahwa nilai nilai Kemajapahitan, yang selama ini telah mewarnai bangsa Indonesia, bisa terus dikembangkan untuk menjadi motivasi bagi segenap komponen bangsa agar bangkit lebih cepat di masa sekarang dan mendatang untuk membangun Nusantara Baru.@PAR/nng