Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Aku Dijual Orangtuaku Agar Mereka Bisa Makan #1

Sudah lama Dinda mendambakan sebuah keluarga yang bahagia. Sejak ditinggal mati neneknya, dia tak punya seseorang yang dijadikan curahan hati. Sejak kecil Dinda diasuh oleh orang lain. Awalnya dia bahagia. Tapi belakangan Dinda mengetahui jika dia bukan dilahirkan dari keluarga tersebut.

REKAYOREK.ID Seorang perempuan muda menelpon Rekayorek. Selama 10 menit dia mencurahkan isi hatinya.

“Saya mau curhat?” Kata perempuan itu.

“Datang aja ke kantor,” kata saya.

“Saya sudah di depan kantor,” balasnya.

“Oke saya turun sekarang.”

Beberapa saat lamanya saya bertemu dengan seorang perempuan. Postur tubuhnya biasa. Tidak pendek juga tidak tinggi. Penampilannya layaknya perempuan pada umumnya. Wajahnya oriental. Kulitnya kuning mulus. Di tangannya terselip sebatang rokok mengepul. Seandainya saya laki-laki pasti menaruh hati padanya. Kami bertemu di warung sebelah kantor.

Dia mengenalkan diri: Dinda.

Ah, sudah lama saya menulis cerita-cerita tentang Dinda sebagai nama samaran. Entah bagaimana dengan Dinda yang satu ini.

Usia Dinda sekitar 23 tahun. Dinda beda dengan perempuan lain. Dia agak sedikit tomboy. Itu bisa terlihat dari rokoknya: Gudang Garam Surya. Pun, ia suka minum kopi.

Kepada saya Dinda bercerita mengenai pengalaman hidupnya.

“Aku datang ke sini untuk mencari orang tuaku,” katanya.

“Apa?” saya terkejut mendengarnya.

“Kenapa kemari?” tanya saya.

“Ga papa, aku cuma pengin curhat saja,” balasnya.

Dinda cerita kalau dia sudah lama tinggal di Bogor. Dinda tinggal di sebuah rumah dengan taman dan kolam ikan yang cukup luas. Sejak bayi ia dirawat nenekku.

“Kemana orang tua kamu?” Saya iseng bertanya.

“Nggak tau, Mbak! Sejak kecil aku sudah ikut nenek,” ia menjawab sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Menurut neneknya, orang tua Dinda sedang tugas ke luar kota. Itu semenjak Dinda berusia 9 tahun. Sejak itu ia diasuh oleh neneknya. Beruntung Dinda memiliki seorang nenek yang sangat menyayanginya dengan tulus. Dengan sang nenek, Dinda bagai dianggap anak sendiri. Perempuan tua itu begitu memanjakan dirinya. Kalau makan disuapi. Kalau tidur dininaboboki.

“Yah, hanya dialah satu-satunya yang kucinta,” kenang Dinda.

Rokok pun habis. Sisa rokok dilindasnya dengan kaki. Lalu, ia menggapi kopi. Menyeruputnya sebentar. Dan kembali mengambil sebatang rokok. Menyulutnya perlahan.

Buset! Perempuan apa ini. Baru kali ini saya melihat perempuan seperti asap kereta api.

Setelah menghisap rokok dalam-dalam, pikirannya sedikit tenang. Lalu Dinda mulai bercerita.

Begini kisahnya:

Aku dulu sangat mendamba kasih sayang orang tua. Aku iri dengan teman-teman sekolahku. Mereka selalu diantar dan dijemput oleh orang tua mereka. Ingin rasanya aku cepat-cepat pulang, dan bertemu nenek.

Ingin aku memeluk dan mencium pipi peyotnya itu. Tapi keburu hal itu terlaksana, kulihat nenek kedatangan tamu laki laki dan perempuan.

Laki-laki itu berbadan tegap, mengenakan hem warna putih garis garis hitam. Yang perempuan bertubuh mungil, imut dan berkulit putih. Siapa mereka?

“Ah, akhirnya kamu datang juga, Din. Sini cepat!” Panggil nenek sambil melambaikan tangannya.

Segera aku mendatangi nenek dengan wajah kebingungan.

“Siapa mereka, Nek?” Tanya Dinda keheranan.

“Mereka ini orang tua kamu, cepat peluk mereka!” Jawab nenek dengan menangis.

Astagfirullah!! Apa benar mereka orang tuaku??”

Nenek mengangguk.

“Terima kasih Tuhan, Engkau telah menjawab semua doaku selama ini,” kata Dinda dalam hati.

Dinda segera memeluk mereka, air matanya tak terbendung. Saat itu Dinda merasakan kebahagiaan sesungguhnya, keluarga yang utuh dan harmonis.[bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...