Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Dajjal Junior, Mereka Ahli Orasi Tapi Nol Potol Syariat

Orang yang tidak punya ilmu namun ahli orasi yang dicari oleh orang-orang saat ini. Kemudian diangkat menjadi pimpinan, yang kemudian suatu saat dimintakan suatu fatwa, padahal dia bukan ahli agama.

REKAYOREK.ID Saat ini banyak bermunculan ustadz-ustadz dan gus-gus baru di sosial media. Mereka ahli orasi namun tidak paham Syariat.

KH Lutfhi Basori menganggap fenomena ini telah membuat resah masyarakat dan kontroversi di kalangan umat.

Ulama karismatik asal Singosari Malang menjelaskan, bahwa kemunculan ahli orasi merupakan salah satu tanda dari kiamat.

“Ini merupakan tanda dari kiamat ya. Kalau kita menengok kepada kitab Risalatu Ahlusunah wal Jamaah karyanya Syeikh Hasyim ‘Asyari di akhir bab,” jelas Kiai Lutfhi dikutip Rekayorek, Jumat (28/5/2021).

Menurut Kiai Luthfi, kalau dekat dengan hari kiamat itu ada tanda-tanda kecil dan tanda-tanda yang besar.

“Tanda yang besar itu seperti keluarnya Dajjal, munculnya Nabi Isa, dan munculnya Imam Mahdi. Namun sebelum tanda-tanda besar itu ada tanda-tanda kecil, salah satunya di akhir masa bermunculan Khutaba’ (ahli penceramah) tapi sedikit yang paham fikih atau ilmu Syariat. Sekarang kalau saya lihat begitu ya,” tutur Kiai Luthfi.

Adapun yang dimaksud oleh Kiai Luthfi, Khutaba’ (ahli penceramah) ada dua macam. Ada yang memang dari asal sudah belajar Syariat, dia memiliki kemampuan untuk menyampaikan ilmunya lewat orasi, sehingga orasinya dibangun dengan kelimuan.

“Kalau seperti itu, ulama dahulu belajar ilmu Syariat dengan baik kemudian disampaikan lewat pengajian-pengajian, ceramah-ceramah. Itu aslinya begitu. Tapi, di akhir zaman ini tidak begitu. Justru di akhir zaman ulama-ulama ahli fikh atau ahli Syariat tambah berkurang. Karena ulama-ulama yang kompeten dalam bidang Syariat sudah banyak dipanggil Allah,” urainya.

Dari sini kemudian bermunculan orang-orang yang pandai bicara tapi tidak pandai Syariat. Akhirnya ia tidak tahu kalau apa yang disampaikan sering kali bertentangan dengan Syariat itu sendiri. Padahal dia berbaju Islam, beridentitas Islam, orang mengenal juga sebagai tokoh Islam.

“Ini terjadi. Padahal zaman sekarang yang namanya tokoh Islam belum tentu ulama. Kalau ulama pasti tokoh Islam. Tapi, menjadi tokoh tidak harus menjadi ulama kalau di zaman sekarang, lewat organisasi saja bisa. Seperti tokoh yang punya kemampuan memimpin namun hakikatnya tidak memiliki ilmu Syariat yang mumpuni. Kemudian tatkala mencetuskan suatu masalah dia memutuskan dengan pemikirannya yang tidak sesuai dengan Syariat,” tegasnya.

Kiai Luthfi menambahkan, adapun ciri-ciri penceramah yang dimaksud oleh hadis bisa dilihat dari background pendidikan.

“Itu perlu juga kita bisa melihat dari background pendidikan. Sekarang ini, kalau melihat ulama-ulama Ahlusunnah wal Jamaah sejak zamannya Syeikh Hasyim ‘Asyari kiblatnya Arab, ulama-ulama Haramain yang Ahlusunnah wal Jamaah. Sekarang juga masih banyak,” ujarnya.

Sekarang berbeda, lanjut Kiai Luthfi, ada orang yang ingin berbeda, maka mereka belajar di London, Australia, pokoknya belajar kepada mayoritas penduduknya yang non-Muslim.

“Sehingga guru-gurunya tidak jelas. Kemudian mempunyai pemikiran-pemikiran yang berbeda dengan mayoritas ulama. Generasi muda tertarik, akhirnya menjadi tokoh-tokoh Liberal, sehingga generasi muda tidak mau belajar Syariat Islam. Dan peneceramah itu mengambil ilmunya dari dunia barat yang orientasinya kepada kaum Orientalis (orang-orang non-Muslim yang belajar keislaman) bukan untuk diamalkan tapi hanya dikaji dan menjadi cela menurut standar mereka,” tandasnya.

Dari ilmu dunia barat kemudian diadopsi oleh tokoh-tokoh yang belajar ke Barat-termasuk Australia- bukan mengambil Syariat Islam.

“Maka terjadilah tokoh-tokoh ahli orasi termasuk juga ahli menulis (penulis) tapi basic agamanya ini nol potol (tidak ada sama sekali). Basic keagamaannya pemikiran-pemikiran Barat. Ini diminati oleh orang-orang zaman sekarang,” ucap Kiai Luthfi.

Seperti dijelaskan dalam hadis yang lain, Kiai Luthfi menjelaskan bahwa ilmu menjelang hari kiamat akan dicabut.

“Dicabutnya bukan orang pintar langsung jadi bodoh tapi dicabutnya ilmu agama dengan wafatnya para ulama. Sehingga masyarakat awam itu mencari tokoh-tokoh panutan, dan mereka menjadikan tokoh-tokoh yang tanpa ilmu agama itu menjadi panutan.”

Orang yang tidak punya ilmu namun ahli bicara ini, ungkap Kiai Luthfi, yang dicari oleh orang-orang saat ini. Kemudian diangkat menjadi pimpinan, yang kemudian suatu saat dimintakan suatu fatwa, padahal dia bukan ahli agama.

“(Kemudian dia berani berfatwa dengan tanpa ilmu) kata Nabi orang seperti ini (mereka tersesat dan menyesatkan). Ini yang terjuadi, dan inilah masa-masa akhir sebelum munculnya Dajjal, munculnya Nabi Isa. Dalam hadis lain dijelasakan orang-orang semacam itu dikatakan, sebelum masa akhir zaman yang keluarnya Dajjal itu akan bermunculan Dajjal-dajjal junior,” demikian Kiai Luthfi.[]

Komentar
Loading...