Dana APBN Senilai Rp 47 Miliar, Diglontorkan Untuk Benahi Kawasan Multi Etnis di Gresik
REKAYOREK.ID Kota Bandar Grissee yang merupakan sebutan Gresik jaman dahulu, bakal dihidupkan dengan pembangunan destinasi Wisata Heritage. Sebab, hingga kini sejumlah peninggalannya masih tetap ada dan terjaga dibeberapa titik.
Sejumlah bangunan kuno yang dibangun sejak abad ke-14 silam, akan tetap dipertahankan keaslian arsitekturnya untuk dijadikan icon destinasi wisata edukatif tentang peradaban masa lalu bangsa Indonesia yang pernah ada atau terjadi di Gresik.
Sebab, kawasan yang memiliki luas sekitar 60 hektar terdapat berbagai pemukiman multi etnis. Seperti, Kampung Arab, Pecinan, Melayu hingga Kolonial. Sehingga, arsitektur bangunannya membuat decak kagum bagi yang mengetahui atau melihatnya.
Menurut Kepala Dinas Cipta Karya Perumahan dan Kawasan Permukiman Gresik, Ida Lailatus Sa’diyah, penataan kawasan yang teletak diantara Jalan Basuki Rahmat, Jalan Nyai Ageng Arem-arem, Jalan AKS Tubun, Jalan Agus Salim, Jalan KH Zubair dan Jalan Maulana Malik Ibrahim itu untuk mempromosikan Gresik sebagai Kota Bandar seperti halnya pada lampau.
“Pembangunan Wisata Heritage, sekaligus untuk penataan kota agar lebih menarik. Karena ada beberapa etnis di Kabupaten Gresik, yang dahulu hidup berdampingan di sekitar abad 17. Meski, beda budaya, agama maupun bahasa, tapi harmonis,” ujarnya, Selasa (12/7).
“Kawasan Haritage ini, untuk menginggatkan kembali sejarah berabad-abad silam. Bahwa, Gresik memiliki pelabuhan yang ramai didatangi orang-orang dari berbagai daerah hingga manca negara. Sebab, saat itu menjadi tempat transit rempah-rempah,” tuturnya.
“Revitalisasi telah dilakukan secara bertahap sejak Februari 2022 lalu dan ditargetkan selesai di tahun ini dengan mengunakan dana APBN tahun 2021-2022 senilai Rp 47 miliar,” tandasnya.
Sementara, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menegaskan, bahwa Gresik memiliki peradaban multi etnis yang tidak dimiliki wilayah manapun.
“Mungkin Gresik adalah satu-satunya daerah yang memiliki sejarah multi etnis, sehingga melahirkan banyak keberagaman,” ungkapnya.
Bupati juga meminta, Lurah atau pemerintah desa yang wilayahnya masuk kawasan Heritage untuk ikut andil dalam membangun dan menjaga.
“Bila perlu anggarannya juga dikeluarkan, agar saling merasa memiliki. Serta, bisa menjaga lingkungan wilayahnya agar bisa menjadi identitas Gresik yang memiliki histori kota peradaban dengan timgkat toleransi dan telah dibuktikan oleh sejarah,” pungkasnya. @joss