Jamu Rempah dan Obat Kimia
Apakah UNESCO mengakui rempah rempah Indonesia sebagai warisan pusaka dunia atau tidak, pemerintah harus membuat gerakan atau program mengkonsumsi rempah rempah sehingga rempah rempah bisa kembali berjaya di tanah Nusantara.
REKAYOREK.ID Adalah tantangan besar dan berat bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah berupaya untuk mendapat pengakuan dunia melalui UNESCO atas rempah rempahnya. Hingga saat ini Indonesia sebagai gudang rempah rempah dunia ternyata rempah rempahnya belum diakui dunia sebagai warisan pusaka dunia (world heritage).
Padahal sejarah mencatat bahwa rempah rempah sudah ada di Nusantara ini selama berabad-abad, jauh sebelum bangsa bangsa Eropa berburu emas hijau ini di wilayah Nusantara pada abad 16, 17 dan 18.
Rempah rempah memang masih ada hingga sekarang. Tapi keberadaannya seolah tenggelam ditelan jaman, remuk terlindas oleh roda roda komoditas moderen. Akibatnya, tidak ada lagi istilah emas hijau untuk rempah rempah Nusantara.
Generasi sekarang terasa jauh dari rempah rempah. Bahkan banyak dari mereka tidak mengenal jenis rempah rempah, apalagi menggunakan atau mengkonsumsinya.
Rempah rempah, yang katanya sumber sehat lewat ramuan ramuan tradisional, ternyata tidak sepopuler sumber sehat BPJS Kesehatan yang diprogramkan pemerintah.
Seorang pedagang rempah rempah di Jalan Panggung Surabaya, Yohannes Koming, mengatakan bahwa program BPJS Kesehatan telah mempermudah masyarakat untuk berobat dikala kurang sehat (sakit).
Hal ini semakin membuat masyarakat semakin lupa akan menjaga kesehatan yang bersifat preventif melalui ramuan ramuan tradisional atau jamu yang berbasis rempah rempah.
Karenanya Yohannes Koming berharap ada keberpihakan pemerintah terhadap rempah rempah melalui program atau gerakan yang membuat masyarakan mengkonsumsi rempah rempah seperti halnya program BPJS kesehatan untuk masyarakat.
Saat ini, Kemendikbud RI memang tengah berusaha mempromosikan rempah rempah agar nantinya pada 2024 UNESCO dapat mengakui rempah rempah Nusantara sebagai warisan dunia (world heritage).
Dalam rangka mencapai pengakuan dunia itu, pemerintah tengah melakukan langkah-langkah pengembangan dan pemanfaatan sejarah budaya rempah dalam berbagai bentuk kegiatan.
Bermacam aktivitas mulai pelatihan, mengoptimalkan produksi dan kualitas, pemasaran, serta penggunaannya dalam industri kesehatan dan kecantikan, kuliner, dan pariwisata sudah dilakukan. Tujuannya agar spirit kejayaan rempah-rempah bisa hidup kembali menjadi nilai dan gaya hidup dalam masyarakat.
Yohannes senang mendengar adanya program Jalur Rempah yang sudah bergulir sejak tahun 2020 itu. Namun ia akan lebih senang lagi jika ada program yang berkelanjutan sehingga menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
Berobat untuk sehat melalui Program BPJS Kesehatan bisa dikatakan sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, lantas kiranya perlu ada program berkelanjutan (sustainable program) yang diadakan oleh pemerintah untuk menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi rempah rempah.
Menurut Yohannes, dengan program atau gerakan minum ramuan rempah rempah yang berkelanjutan, rempah rempah akan terdongkrak kembali mulai dari tingkat petani, pedagang rempah hingga gaya hidup masyarakat dalam menggunakan dan mengkonsumsi rempah rempah.
Karenanya, promosi rempah rempah melalui program Jalur Rempah seyogyanya menjadi gerakan awal, yang selanjutnya setelah 2024, apakah UNESCO mengakui rempah rempah Indonesia sebagai warisan pusaka dunia atau tidak, pemerintah harus membuat gerakan atau program mengkonsumsi rempah rempah sehingga rempah rempah bisa kembali berjaya di tanah Nusantara. Karena rempah rempah bisa kembali menjadi kebutuhan dasar masyarakat baik itu untuk alasan kesehatan, kuliner, seni budaya, perdagangan hingga menjadi media kerjasama antar bangsa.
Gerakan Minum Jamu
Jamu tentu identik dengan rempah rempah karena apapun jenis Jamu dibuat dari kombinasi keragaman rempah rempah. Sekarang ini, utamanya generasi muda, anak anak milenial yang akan menjadi penerus pembangunan bangsa ke depan, yang akan mewarnai bangsa ini ke depan, merasa asing dengan jamu. Jika mereka sudah asing terhadap jamu (rempah rempah), lantas bagaimana rempah rempah ini bisa menjadi gaya hidup yang mewarnai bangsa di kemudian hari.
Maka perlu ada gerakan minum jamu yang masif dan berkelanjutan sebagai langkah preventif dalam menjaga kesehatan. Bukan kuratif yang pada akhirnya seseorang harus berobat ke dokter dan kemudian meminum obat. Obat adalah bagian dari program BPJS Kesehatan. Ini langkah bagus. Tetapi Jamu harus menjadi bagian dari program baru berkelanjutan yang terkait dengan rempah rempah yang harus dibuat oleh pemerintah.
Ketika ngomong tentang pemerintah, maka lintas stakeholder pemerintah harus memainkan perannya terhadap rempah rempah sehingga nantinya rempah rempah ini bisa kembali menjadi nilai dan gaya hidup dalam masyarakat sekarang dan mendatang di Indonesia. Jika saat ini Kemendikbud sudah dan tengah menunjukkan perannya terhadap rempah rempah, maka bagaimana dengan perangkat negara lainnya.
Presiden Joko Widodo pernah menyinggung tentang istilah Poros Maritim Dunia, yang mana presiden berharap Indonesia kelak bisa menjadi Poros Maritim Dunia. Indonesia sendiri secara alami adalah negara Maritim, negara yang diselimuti dan dikelilingi oleh air (lautan) sehingga sistim perhubunganya tidak luput dari mengkoneksikan hubungan antar pulau. Muncul istilah “toll laut” yang prinsipnya adalah koneksi antar pulau.
Untuk itu, juga diperlukan sistim penjagaan teritorial laut sehingga dibutuhkan ketahanan militer di laut. Secara historis, penjagaan teritorial laut ini sudah dilakukan oleh armada Laksamana Nala di era Kerajaan Majapahit dalam menjaga kapal kapal pengangkut rempah rempah yang hendak dibawa ke manca negara.
Melihat fakta sejarah masa lalu bangsa, yang dikaitkan dengan fakta masih melimpahnya rempah rempah saat ini dan harapan tentang pemanfaatan rempah rempah di masa mendatang, maka sangat logis jika yang berperan dalam mengangkat derajat rempah rempah ini tidak hanya Kemendikbud, tapi harus ada kementerian lain yang dianggap terkait.
Misal Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kesehatan. Mereka harus membuat program yang bisa terintegrasi demi mewujudkan harapan rempah rempah menjadi nilai dan gaya hidup dalam masyarakat. Sekarang ini masih ada ironisme dimana negara yang kaya akan rempah, gaya hidup masyarakatnya dalam mengkonsumsi jamu saja masih langka.
Kalaupun ada, hanya kalangan tertentu yang mau minum jamu. Anak anak milenial tidak minum jamu. Jamu dianggapnya kuno. Anak milenial minum minuman ala ala asing yang ngetren di jamannya. Ini berbahaya! Karena bisa memutus mata rantai suatu proses keberlanjutan, misal keberlanjutan rempah rempah di bumi Nusantara.
Di berbagai tempat, misalnya di Surabaya, minuman yang mengandung rempah rempah tidak banyak. Ada sebagian di eberapa sudut kota. Ini sudah bagus karena telah hadir di tengah tengah jaman yang sudah moderen ini. Di Surabaya masih ada penjual jamu keliling. Di Surabaya sudah ada penjual STMJ (Susu Telor Madu Jahe) yang menambahkan rempah rempah, ada juga angkringan yang menawarkan minuman tradisional berbasis rempah rempah seperti pokak, sedang uwuh, serta sekoteng.
Sekelumit fakta ini tidak cukup. Harus ada gerakan besar dan terstruktur agar bisa berlanjut di kemudian hari. Yakni gerakan minum jamu. Jika ada program BPJS Kesehatan, mengapa tidak ada program Minum Jamu yang dimesini oleh pemerintah.[nanang]