Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Mitos Meriam ‘Si Jagur’, Diburu Wanita Mandul

Cerita Si Jagur Meriam kesuburan ternyata bukan mitos belaka. Meriam Si Jagur banyak didatangi pasangan suami istri yang mengharapkan keturunan. Hanya dengan cara mengelus ujung meriam beberapa kali, selang beberapa hari dapat dilihat hasilnya. Benarkah?

REKAYOREK.ID Di ‘hunian’ Si Jagur beberapa hari yang lalu, tak hanya bentuknya yang unik. Ternyata meriam peninggalan Portugis ini memiliki keistimewaan yang tak dimiliki meriam-meriam lainnya.

Saat belum dipindahkan ke Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta barat, warga setempat sering menemukan bekas sesajen di dekat meriam.

Menurut warga, bekas sesajen tersebut semakin banyak dijumpai saat hari Kamis malam atau malam Jum’at terutama Jum’at Kliwon. Tidak aneh bila malam itu warga sering mencium aneka aroma yang menyengat.

Untuk memindahkan meriam seberat 500 kilogram ini, pihak museum harus menggunakan dua buah forklift. Saat hendak diangkat terjadilah suatu keanehan. Kedua forklift tak bisa mengangkat si Jagur.

Akhirnya pihak museum memutuskan untuk menggunakan alat lain yang biasa digunakan mengangkat kontainer. Sekali lagi keanehan terjadi. Setiap kali Si Jagur diangkat, rantai tiba-tiba putus. Selain itu tak jarang mesin alat pengangkat rusak.

Nah, atas petunjuk seorang warga dipanggillah sesepuh desa yang paham mengenai dunia mistik. Sesepuh itu datang dan kemudian melakukan sesembahan. Mulutnya komat-kamit.

Setelah mendapat petunjuk, aneh bin ajaib mendadak Si Jagur dapat dipindahkan. Memang untuk mengangkat Si Jagur diperlukan ritual.

“Si Jagur bukan meriam biasa. Itu meriam kuno dan memiliki nilai sejarah. Jadi meriam tidak seenaknya saja dipindahkan. Untuk memindahkan meriam diperlukan upacara ritual kecil-kecilan guna menghormatinya,” ujar Rusdi, 29 tahun, warga yang menjadi saksi prosesi pemindahan Si Jagur.

Apabila dilihat dari bentuknya, ada perbedaan yang mencolok antara si Jagur dengan meriam lain. Salah satunya adalah gambar tangan mengepal dengan ibu jari tersembul diantara telunjuk dan jari tengah.

Menurut ahli, gambar tangan mengepal di alat pertahanan benteng Malaka ini merupakan simbol kesuburan atau persenggamaan. Orang Portugis menyebutnya Mano In Fica atau symbol senggama.

Meriam Si Jagur sebelum dipindah ke Museum Fatahillah sering digunakan untuk ritual bagi warga.

Karena keunikannya, banyak orang yang menganggap Si Jagur ini sebagai meriam keramat yang dapat mendatangkan kesuburan. Menurut riwayat, zaman dahulu meriam ini berada di Benteng Batavia. Lalu banyak wanita-wanita Belanda secara sembunyi-sembunyi menaburkan bunga di muka Si Jagur. Hal itu dilakukan saat penjagan mulai longgar. Para wanita-wanita Belanda itu menggunakan kesempatan tersebut.

Selain itu ada juga yang sengaja duduk di atas meriam. Ritual ini dilakukan oleh para wanita ini di akhir upacara penaburan bunga. Gunanya supaya para wanita mandul itu dapat segera hamil. Karena dianggap membahayakan, akhirnya Si Jagur diungsikan kje ruang bawah Museum Wayang selama beberapa tahun.

Kendati telah dipindahkan, namun masih ada saja wanita yang melakukan ritual untuk mendapatkan keturunan. Sekitar tahun 1960, ada kisah nyata dimana saat itu ada seorang wanita asal Surabaya Jawa Timur dengan dua putrinya datang ke museum untuk minta ‘pertolongan’ Si Jagur.

Setelah menaburkan bunga dan menutup ritual dengan menduduki meriam, pulanglah si ibu dengan kedua anaknya. Dengan penuh harap, si ibu menanti kemanjuran dari Si Jagur.

Anehnya, ternyata bukan si ibu yang hamil melainkan putrinya yang belum menikah. Dengan perasaan dongkol datanglah ibu itu ke meriam dan berbicara dengan pengurus meriam.

Namun karena pihak museum tidak tahu menahu dengan hal-hal mistis akhirnya sang ibu pasrah menerima keanehan yang dialami putrinya itu.

Si Jagur Jelmaan Pasutri

Konon, ada seorang Raja Padjadjaran atau Sunda yang mengalami mimpi buruk. Sang raja mendengar suara gemuruh dari sebuah senjata. Dalam mimpinya senjata itu mengeluarkan bunyi sangat dahsyat dan sama sekali belum pernah dilihat olehnya sebelumnya.

Maka, sang raja memerintahkan patihnya itu untuk mencari senjata yang diimpikannya. Adalah Kiai Setomo, sang patih dengan berat hati memenuhi permintaan sang raja.

Namun sebelumnya sang Patih diancam apabila tidak menemukan pusaka, maka dia akan dihukum mati. Kiai Setomo pulang dengan perasaan sedih. Lalu sang patih menceritakan titah sang raja berikut hukuman yang bakal diterimanya bila tak mampu memenuhi tugas sang raja.

Meriam Si Jagur yang dianggap telah menghamili banyak wanita.

Dengan perasaan hancur, istri patih menyarankan suaminya untuk bersemedi. Sepakat dengan usul istrinya, sang patih menutup rapat-rapat rumahnya dan bersemedi di dalam rumah dengan kondisi gelap gulita.

Kabar menghilangnya sang patih ini membuat jengkel raja. Sudah berhari-hari tak ada kabar dari sang patih. Seketika itu sang raja naik pitam. Sang raja lalu mengerahkan tentaranya untuk mencari sang patih.

Saat itu tentara raja datang ke rumah patih. Dengan paksa para tentara membuka rumah patih. Bukannya menemukan sang patih, mereka malah menemukan dua buah pipa baja yang aneh dan besar tergeletak di rumahnya.

Anehnya ketika prajurit mengangkat benda tersebut, mereka kewalahan. Jangankan diangkat, digeser saja kedua benda itu tak bisa. Akhirnya puluhan prajurit dikerahkan guna mengangkat kedua benda tersebut. Hasilnya tetap sama. Kedua benda itu seolah sudah lengket dengan bumi.

Mendengar cerita para prajuritnya, raja merasa penasaran dan memutuskan untuk berkunjung ke rumah sang patih. Ketika raja melihat kedua benda aneh tersebut, dia segera mengakuinya sebagai senjata yang gemuruhnya ia dengar dalam mimpi.

Pada saat itu sang raja berusaha untuk mengangkat. Persis seperti para prajuritnya, sang raja mengaku kewalahan. Akhirnya sang raja bersemedi di depan meriam tersebut.

Sungguh di luar akal dugaan, tiba-tiba kedua meriam itu berubah wujud menjadi sosok pria dan wanita. Rupanya kedua meriam itu adalah jelmaan Kiai Setomo dan istrinya Nyai Setomi.

Ketika berubah wujud, kedua pasutri itu segera bersujud di hadapan sang raja. Kepada sang raja mereka berkata telah melakukan tapa selama berbulan-bulan untuk memenuhi permintaan sang raja, yakni mencari meriam.

Hasilnya, Kiai Setomo dan istrinya malah berubah menjadi meriam seperti yang ada dalam mimpi sang raja.

Kepada junjungannya, Kiai Setomo dan Nyai Setomi mengatakan bahwa mereka akan selamanya menjadi meriam. Dengan mereka menjelma sebagai meriam, mereka berjanji takkan ada musuh yang bakal mendekat.

Kiai Setomo juga bilang tak seorang pun yang bakal sanggup mengangkat diri dan istrinya jika sudah menjelma meriam. Tapi keduanya berjanji tidak akan memberatkan sang raja jika ingin mengangkatnya.

“Sampai kapanpun kami takkan bisa diangkat. Tapi jika baginda ingin membawa kami ke istana, silahkan. Kami akan meringankan tubuh kami seringan mungkin. Tapi sebelum baginda membawa kami, kami ingin meriam ditutupi kain merah,” kata Kiai Setomo.

Meriam Si Jagur.

Setelah berkata begitu, tiba-tiba keduanya menghilang dan menjelma lagi menjadi meriam. Raja yang melihat itu segera memberi hormat. Dan atas permintaan Kiai Setomo, akhirnya raja mengangkat kedua meriam itu sendirian. Saat diangkat kedua meriam ditutupi kain warna merah.

Aneh, ketika kedua meriam diangkat, sang raja tidak merasakan berat sama sekali. Kedua meriam itu diangkat dengan sendirian tanpa bantuan alat alias tangan kosong. Rasa semakin bingung ketika meriam itu tidak memiliki beban. Kalau ditimang-timang, meriam itu beratnya seringan kapas. Padahal banyak prajuritnya yang cerita bahwa kedua meriam tersebut sulit diangkat.

Dan ketika para prajurit melihat sang raja dengan mudah mengangkat kedua meriam, semua prajurit terkejut. Akhirnya meriam sejodoh itu dibawa ke istana.

Jika Kedua Meriam Bersatu

Setelah kejadian ajaib itu, Sultan Agung memerintahkan raja Sunda membawa kedua meriam ke Solo. Rupanya meriam jantan alias meriam Kiai Setomo menolak untuk dipindah ke Jawa Tengah dan melarikan diri dengan kekuatan gaibnya ke Batavia.

Karena hari sudah malam, meriam Kiai Setomo tidak dapat masuk ke dalam benteng yang tertutup rapat. Jadi meriam itu hanya tinggal di depan gerbang. Pagi berikutnya, orang-orang Batavia merasa heran dengan adanya meriam berberat 500 kilogram tersebut.

Karena kedatangannya yang tiba-tiba, maka mereka menganggap meriam itu sangat keramat. Mereka lalu membawa sesajen dan memasang payung-payung kertas untuk melindunginya dari terik matahari. Mereka menyebut Kiai Jagur atau Tuan Kesuburan.

Sementara meriam Nyai Setomi dibawa ke Solo, tempat dia tinggal sendirian hingga saat ini. Menurut orang-orang, pada malam Garebeg Maulud sering terdengar suara tangisan halus.

Untuk menampung tangisan tersebut, orang-orang kemudian mengumpulkan tetesan tangis Nyai Setomi dengan cangkir gelas. Konon bila kedua meriam ini bersatu, kemakmuran dan keadilan bakal dinikmati rakyat.

Sementara di pelataran Darparagi, terdapat juga meriam Ki Amuk yang konon keramat dan dianggap pasangan Si Jagur. Rupanya meriam juga dapat berselingkuh. Dikisahkan, meriam Ki Amuk adalah selingkuhan Si Jagur. Tak heran jika kemudian meriam Nyai Setomi sering mengeluarkan tangisan karena tak setuju bila pasangannya selingkuh.

Menurut paranormal, bilamana kedua meriam itu disatukan –meriam Kiai Setomo dan Ki Amuk –ini justru kebalikan dari Nyai Setomi. Bukannya kemakmuran yang didapat, sebaliknya dunia akan kiamat.[]

Komentar
Loading...