Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

50 Tahun Peristiwa Malari dan Gerakan Solidaritas Perubahan Bersama AMIN

Oleh: Isa Ansori

ISU perubahan yang digaungkan pasangan Amin tidak hanya menjadi sebuah gerakan saja, tapi kini telah menjelma menjadi sebuah solidaritas rakyat untuk menggerakkan terjadinya perubahan.

Hal ini bisa kita lihat dengan adanya gotong royong masyarakat untuk membantu mewujudkan gerakan perubahan tersebut. Kalau pasangan lain menghabiskan banyak uang untuk memobilisir rakyat, relawan Anies justru sebaliknya, mereka bergotong royong, patungan untuk mewujudkan solidaritas gerakan perubahan.

Tulisan yang saya buat hari ini, 15 Januari, sebagai peringatan 50 tahun peristiwa Malari, peristiwa yang diilhami oleh gerakan perubahan yang digagas mahasiswa tahun 1974, terjadinya gerakan Malari, yang dipimpin oleh Bung Hariman Siregar. Peristiwa dimana rakyat dan mahasiswa bergerak melawan Neo Liberalisme yang direpresentasikan oleh Jepang.

Pada tanggal 15 Januari 1974, terjadi peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa Malari (Malapetaka Lima belas Januari). Peristiwa ini terjadi bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia.

Latar belakang terjadinya Peristiwa tersebut adalah adanya penolakan para mahasiswa terhadap investasi asing yang memberi peluang kepada pemerintah untuk melakukan praktek korupsi serta banjirnya produk Jepang di Indonesia. Mahasiswa menilai bahwa investasi asing hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, sementara rakyat Indonesia justru semakin menderita.

Pada tanggal 14 Januari 1974, mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta berkumpul di Gedung MPR/DPR untuk melakukan rapat konsolidasi. Rapat tersebut menghasilkan keputusan untuk melakukan demonstrasi besar-besaran pada tanggal 15 Januari 1974.

Pada pagi hari tanggal 15 Januari 1974, ribuan mahasiswa mulai bergerak dari kampus-kampus mereka menuju Gedung DPR/MPR. Mereka membawa berbagai poster dan spanduk yang bertuliskan tuntutan mereka, seperti “Stop Investasi Asing!”, “Turunkan Harga!”, dan “Bubarkan Orde Baru!”.

Sebagai Ketua Koordinator Relawan Aliansi Nasional Sejahtera (Anies) Jawa Timur, saya melihat dan menjumpai masyarakat yang tergabung dalam kerelawanan ini antusias mengumpulkan dana, mengajak masyarakat untuk bersama sama bergerak bergotong royong mencetak spanduk spanduk rakyat baik yang dicetak maupun yang dibuat sendiri.

Relawan Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies) yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur, Banyuwangi, Jombang, Surabaya, Sumenep, Sampang, Pasuruan, Tuban, Lumajang, Ngawi, Situbondo, Bondowoso, Madiun Bojonegoro dan beberapa daerah lain mereka berjibaku bergotong royong untuk mengumpulkan dana dari masyarakat ataupun mereka sendiri berpatungan membuat banner, spanduk, kalender, stiker, kaos, topi dan alat peraga lain yang mendukung gerakan perubahan tersebut.

Inilah yang kata Anies, relawan itu bukan tak bernilai, tapi mereka itu tak ternilai. Gerakan Solidaritas kerelawanan mendukung perubahan ini tentu tak hanya terjadi di Jawa Timur saja, tapi kini sudah merambah ke seluruh wilayah Indonesia dan masyarakat Indonesia.

Di Jawa Timur, saya menyaksikan orang orang hebat yang tak ternilai dalam mewujudkan solidaritas perubahan tersebut, sebut saja Usamah Abdat (Ketua relawan Anieswangi) Banyuwangi, Cak Qomar dan Pak Agus Sudarjo (DPD Anies Jombang), Bu Zul Loesono, Bu Anita Farida, Bu Titik, Pak Mulyanta (Relawan Anies dan MakMak Anies Jawa Timur), mereka menggerakkan relawan dengan aksi solidaritas gerakan sedekah banner, Gus Arya (Ketua Anies Sumenep), Gus Taufik (Bangkalan), Rois (DPD Anies Sampang),Toni Kurniawan (DPD Anies Pasuruan), Imam Basuki (DPD Anies Tuban), Pak Ja’far (DPD Aneis Ngawi, Pak Imam dan Pak Malichan (DPD Anies Lumajang), Bu Aniek Setyawati (DPD Anies Madiun), Bli Wayan, Aden Darmawan, Onny Philipus, Warsito (Relawan Anies Jatim dan Politisi Partai Nasdem), mereka ini adalah orang orang yang tulus membantu relawan Anies Jatim melakukan koordinasi dan diskusi, Ust Irwan (Ketua PKS Jatim) dan Bunda Janet (Ketua Partai Nasdem Jatim), Pak Halim Iskandar (Ketua PKB Jatim), mereka bertiga banyak memberi kami relawan fasilitas rapat, ada lagi Rosdiansyah (Relawan Anies Jatim dan penulis) yang tak henti henti menuliskan gaung perubahan, serta mereka mereka yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Mereka semua menjadi orang orang yang tak hanya bergerak tapi mampu membangun solidaritas untuk mewujudkan gerakan perubahan.

Gerakan Solidaritas Bantu Anies Turun Tangan yang kami gagas menjadi pemantik solidaritas tersebut. Antar relawan saling bahu membahu membantu mewujudkan perubahan tersebut. Kini solidaritas itu tak lagi instruksional, tapi sudah sangat organik, mereka bergerak sendiri, berinisiatif sendiri bagaimana merawat isu isu perubahan yang sedang bergelora ini.

Tidak hanya uang yang diberikan tapi juga hal hal lain yang akan membantu mewujudkan perubahan tersebut, meski tanpa harus dibayar. Dalam hal tehnologi pemenangan dan pengamanan, Relawan Anies Jatim juga pernah menjalin kerjasama dengan anak anak muda yang tergabung dalam Data Cerdas Nusantara, sebuah perusahaan profesional dibidang IT dan pengembangan AI, mereka akan bantu di dua hal tersebut, dan kini mereka bekerja banyak membantu analisa analisa peta pemenangan dan strategi apa yang harus dijalankan untuk mewujudkan kemenangan Amin di Jatim.

Gerakan Solidaritas perubahan yang filosofinya adalah tangan di atas, memberi dan membantu masyarakat, membuat gerakan solidaritas ini sangat berdaya dan mandiri dalam mendukung pasangan Amin, tak harus menunggu bantuan dari siapapun. Mereka bergerak menginisiasi dan mengakselerasi isu perubahan secara bergotong royong dan partisipatif.

Sampai hari ini dalam catatan saya sebagai ketua relawan Anies Jatim, sudah ribuan stiker, kalender, spanduk, banner yang diwujudkan hasil dari sumbangan dan partisipasi masyarakat.

Saya yakin bahwa gerakan Solidaritas mewujudkan perubahan ini kini tak hanya milik para relawan resmi, tapi masyarakat umum yang lain yang mencintai perubahan, mencintai Amin (Mas Anies dan Cak Imin) juga sudah mulai tumbuh dan berkembang.

Bayangkan saja ada janji kawan kawan ojol, yang bernadzar bila kelak Amin menang, maka mereka akan menggratiskan ojolnya selama satu hari, ada lagi yang bernadzar sebagaimana yang terjadi di Lampung, kalau pasangan Amin menang, relawan ini akan bersepeda menuju istana, di Surabaya ada Pak Herman Rivai, tokoh gaek, mantan wakil ketua DPRD Surabaya, Aden Darmawan, Bli wayan (Tokoh Hindu), Onny Philipus ( Ketua LasKAR B – P 24, Relawan Kristen) mereka juga melakukan nadzar yang sama, kelak bila Amin menang akan diadakan “Tumpengan” di Surabaya, sebagai wujud rasa syukur terhadap anugrah Tuhan kepada Indonesia atas terwujudnya perubahan.

Kini juga sudah bisa kita saksikan, spanduk spanduk rakyat yang terbuat dari karung goni, karung bekas yang dibuat oleh masyarakat dengan tulisan tulisan yang bernafas tuntutan perubahan ada dimana mana, muncul secara mandiri, sporadis dan alami.

Rata rata spanduk itu berisi tuntutan perubahan atas kondisi yang tidak bersahabat terhadap mereka, seperti tuntutan turunkan harga sembako, tuntutan agar pupuk murah, mudahnya akses pendidikan dan kesehatan, stop investasi asing, stop import tenaga asing dan lain-lain yang mirip dengan tuntutan yang terjadi peristiwa Malari 50 tahun yang lalu.

Saya yakin bahwa arus solidaritas mewujudkan perubahan ini tidak hanya sekedar sebuah gerakan, tapi sudah menjadi jiwa bagi siapapun yang mencintai NKRI, dan tentu ini tidak hanya terjadi di Jawa Timur saja, Relawan Anies dibelahan Indonesia Timur, Tengah dan Barat, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi serta daerah daerah lain juga bersolidaritas yang sama, tak hanya tenaga dan pikiran, tapi juga uang yang mereka sumbangkan, ini harus menjadi modal dasar dan besar dalam mewujudkan perubahan.

Modal perubahan yang tak ternilai ini sangat sayang kalau tidak dimaksimalkan, oleh karenanya mendekati detik detik perubahan ini, kegotong royongan dan solidaritas perlu kita lipatkan, agar arus perubahan yang sudah tak terbendung ini bisa diraih dengan memenagkan pasangan Amin.

Terimakasih kepada Partai Nasdem dan Pak Surya Paloh, Ketua umum Partai Nasdem, PKS dan Ust Ahmad Syaikhu, Presiden PKS, PKB dan Cak Imin, Ketua umum PKB, Mas Aneis Baswedan, Capres kita dan seluruh relawan pasangan Amin, yang saat ini sedang membangun kesadaran dan perjuangan memerdekakan kembali Indonesia.@

*) Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...