Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Bahu Laweyan #16

Akhirnya Menemukan Calon Tumbal

Oleh: Jendra Wiswara

Nunuk bertemu Doni saat dugem. Ceritanya dia salah masuk ruangan yang kedap suara. Di situ dia melihat Doni menghitung uang yang nilainya mencapai ratusan juta. Dia pikir Doni adalah pengelola tempat dugem.

“Maaf, saya salah masuk,” sahut Nunuk buru-buru berpaling.

Namun langkahnya dicegat Doni.

“Oh, tidak apa-apa. Masuk saja. Saya sedang santai,” jawab Doni.

Keduanya pun berkenalan.

Nunuk tidak berkedip saat Doni melanjutkan menghitung uang.

“Banyak banget. Apa dia pengelola tempat ini,” gumamnya.

Dugaannya salah. Doni ternyata hanya pengunjung. Sama seperti Nunuk. Lalu uang itu darimana? Apalagi Doni mendapatkan fasilitas VIP dari pihak pengelola. Apakah Doni seorang pengusaha.

“Kelihatannya mas lagi sibuk, saya keluar dulu ya,” Nunuk membuyarkan Doni yang tengah sibuk menghitung uang.

Ah, tidak usah. Kamu di sini saja. Ini buat kamu,” Doni memberi Nunuk sejumlah uang, “kamu temani aku di sini ya. Biar tidak suntuk. Habis ini juga selesai,” jawab Doni.

Setelah urusan menghitung uang selesai, barulah konsentrasi Doni ke Nunuk. Tampak uang bertumpuk-tumpuk dijejer di hadapan Nunuk. Mata perempuan itu tidak berkedip melihat tumpukan uang. Sementara Doni justru beralih pandangan ke Nunuk. Dia mulai memperhatikan gerak gerik perempuan muda di hadapannya. Paras Nunuk langsung membuat lelaki itu terpikat.

“Kamu cantik,” puji Doni.

“Terima kasih,” jawab Nunuk tersipu.

Keduanya mulai terlibat obrolan. Tidak lama, seorang laki-laki masuk ruangan. Doni memberi perintah.

“Ini semua uang masukkan ke tas. Bawa ke mobil,” perintah Doni.

Melihat Doni memerintah anak buahnya, Nunuk mengira lelaki di hadapannya itu seorang pengusaha muda. Pikirnya, cocok ini untuk dimanfaatkan. Dia punya uang banyak. Masih muda.

Tidak lama setelah anak buah Doni pergi, muncul lagi pria lain. Kali ini membawa sebuah tas.

“Bos, ini ditaruh di mana?” Tanya pria tersebut.

“Kamu langsung kasihkan ke bos besar,” jawab Doni singkat. Kemudian pandangannya beralih lagi ke Nunuk. Tampak senyumnya yang ramah tapi menyiratkan sebuah harapan.

“Uang lagi!” Seru Nunuk mencoba menanyakan isi tas tadi.

“Bukan, itu bisnisku di sini. Kamu mau makan apa, atau minum?” Doni mengalihkan pembicaraan.

“Minum aja,” sahutnya.

Namun pikiran Nunuk masih tertuju pada isi tas tadi. Sayangnya, dia tidak berani menanyakan lagi kelanjutan isi tas tersebut. Sebab Doni sepertinya tidak mau membahas soal itu.

Saat sedang ngobrol, muncul pramusaji. Dia membawa nampan dengan minuman dan alas cangkir berisi puluhan pil ekstasi.

“Kamu mau ini?” Tanya Doni menyerahkan alas cangkir. Nunuk mengangguk.

Jelas saja Nunuk tidak bisa menolak. Dia sudah lama terjun ke dunia kelam. Bahkan sering mengkonsumsi barang haram tersebut. Hanya saja, malam itu Nunuk mendapatkan barang haram itu secara gratis. Padahal selama ini Nunuk selalu membeli barang haram tersebut.

“Kalau mau, kamu bisa bawa pulang semuanya. Buat di rumah,” kata Doni.

Mendengar kata-kata Doni, Nunuk menjadi curiga. Bagaimana bisa lelaki yang baru dikenalnya langsung memberi semua barang haram itu. Apakah Doni mau menjebaknya.

“Tidak usah. Kita konsumsi di sini saja sama-sama,” jawab Nunuk pelan.

Di luar suasana terdengar sangat bising. Tampaknya Nunuk lebih suka di ruangan kedap suara bersama Doni. Selain itu, bisa mendapatkan uang, dia bisa menikmati barang haram tersebut secara gratis.

Tidak lama, pramusaji yang tadi kembali. Kali ini tidak membawa apa-apa. Cuma membawa pesan.

“Tadi bos besar bilang, minta potongan. Bisnis lagi sepi,” kata pramusaji.

“Atur saja. Pokoknya semua lancar,” sahut Doni seenaknya.

Pramusaji itu kemudian berlalu. Membawa pesan dari Doni untuk disampaikan ke bosnya.

Nunuk masih penasaran dengan bisnis yang dijalankan Doni. Iseng dia kembali bertanya.

“Kayaknya bisnis Mas Doni lagi lancar,” kata Nunuk mencoba mengorek informasi.

“Ya lumayanlah. Buat makan.”

“Memang bisnis apa Mas Doni?” Tanya Nunuk.

“Yang sedang kamu konsumsi itu. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya,” Doni menjawab sembari matanya melirik ke alas cangkir berisi narkoba dan dibalas Nunuk dengan anggukan.

Mendengar itu, Nunuk langsung teringat dengan tujuan awal yakni mencari bandar narkoba untuk dijadikan tumbal Gendro Swara Pati. Dan sekarang, di hadapannya telah duduk seorang bandar narkoba.

Dari situ, Nunuk mulai melancarkan aksi rayuan. Dia merasa sudah mendapatkan mangsa.

Tidak butuh lama bagi Nunuk untuk membuat Doni bertekuk lutut. Apalagi Doni sudah tertarik dengannya sejak Nunuk salah masuk ruangan. Makanya, dia tidak membiarkan Nunuk pergi dari ruangan.

Ya, pucuk dicinta ulam tiba.

Sejak pandangan pertama, Doni seperti terkena pelet. Matanya tidak bisa lepas dari Nunuk. Perempuan itu benar-benar tahu bagaimana cara memperlakukan lelaki.

“Saya sudah mendapatkan mangsa. Doni seorang bandar narkoba. Saya tidak akan melepaskannya. Saya tahu Doni sudah luluh. Saya tinggal mencari cara untuk mengajaknya menikah.”

***

Hanya dalam semalam, Nunuk dan Doni sudah menjadi sepasang kekasih. Malam itu, Nunuk diperlakukan bak permaisuri. Bukti kalau lelaki itu sudah luluh dalam jeratan perempuan bahu laweyan.

Setelah malam itu, hubungan mereka makin inten. Apapun kebutuhan Nunuk dipenuhi oleh Doni. Lelaki itu bahkan membeli sebuah apartemen bagi kekasihnya. Setiap bulan Nunuk dijatah uang hingga jutaan.

Dari hubungan itu, Nunuk mulai mengetahui bisnis narkoba yang dijalankan Doni. Lelaki itu rupanya seorang bandar narkoba kelas kakap. Dia tidak hanya memasok narkoba jenis ekstasi melainkan juga memasok narkoba jenis sabu. Jaringannya banyak. Mulai dari luar negeri hingga di dalam sel penjara.

Dari semua itu, hanya ada satu masalah Nunuk. Doni tampaknya tidak mau diajak menikah. Hal itu sudah berulangkali ditanyakan ke Nunuk. Sebaliknya, jawaban Doni selalu dingin. Bahwa dia memang mencintai Nunuk, tapi tidak bisa menikah dengannya. Sebab dia sudah punya istri. Nunuk sendiri selama ini hanya dijadikan perempuan simpanan.

“Saya tidak masalah dijadikan perempuan simpanan. Hanya saja saya harus mencapai tujuan awal. Saya harus menikah dengan Doni. Dia adalah bandar narkoba. Sudah banyak orang-orang yang mati, masuk penjara, kehilangan pekerjaan, rumah tangga hancur, dan lain-lain, gara-gara barang haram yang dipasok Doni. Saya harus memutus mata rantai itu.” 

Dalam kegundahan itu, muncullah suara gaib tak lain Gendro Swara Pati.

“Kenapa kamu tidak segera menikah dengan pacarmu?” Tanya Gendro.

“Dia tidak mau menikah. Aku hanya dijadikan wanita simpanan.”

“Tidak perlu menikah. Kamu bisa mengajaknya berhubungan intim. Itu sama saja,” jawab Gendro.

Nunuk sebenarnya tidak mau melakukan hal yang satu itu tanpa ada ikatan resmi. Sementara pasangannya tidak kunjung bersedia diajak menikah.

Karena nasi sudah menjadi bubur, dan Nunuk sendiri tidak sabar untuk segera lepas dari belenggu makhluk halus, akhirnya dia bersedia mengikuti saran Gendro Swara Pati. Berhubungan intim tanpa pernikahan.

“Ya, kalau tujuannya sekedar mencari tumbal. Saya bersedia melakukan apa saja, meski tanpa pernikahan. Apalagi Doni adalah seorang bandar narkoba. Kematian dia akan menyelamatkan banyak orang.”

Nunuk mulai melancarkan aksi rayuan. Doni dihubungi. Tidak lama ada suara menjawab.

“Iya sayang, ada apa?”

“Kapan kamu ke sini. Aku sudah kangen. Aku pengin kamu belai, sayang,” rayu Nunuk basa-basi.

“Kamu serius. Selama ini kita tidak pernah berhubungan intim. Sebab kamu penginnya kita menikah. Kok sekarang kamu ingin kita…”

Kata-kata Doni langsung disambar Nunuk.

“Terlalu lama kita berhubungan, memang ujung-ujungnya harus ke sana. Pokoknya aku pengin dibelai kamu malam ini,” jawab Nunuk.

Suara di dalam telepon terdengar bersemangat mendengar jawaban Nunuk.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba.

Sore, Doni muncul di apartemen. Dia tampak siap menghadapi kekasihnya. Pintu apartemen dibel. Pintu dibuka. Dari dalam muncul perempuan dengan dananan seksi dan hanya berbalut kain tipis transparan. Lekuk-lekuk tubuh seksinya membuat pandangan mata Doni tidak berkedip.

“Kamu cantik sekali,” sapa Doni.

Nunuk tidak membalas. Hanya tersenyum. Dan langsung menyambar bibir kekasihnya. Gairah keduanya memburu dengan hebat. Mereka saling menyerang dan menangkis.

Dan seperti sebelum-sebelumnya, Nunuk memang pantas disebut bahu laweyan. Dia benar-benar perempuan perkasa dalam urusan ranjang. Doni dibuat tidak berkutik.

Maklum, dalam pertarungan penuh gairah itu, Nunuk tidak sendiri. Dia dibantu Gendro Swara Pati. Sehingga memiliki kekuatan sangat besar. Semua lawan jenisnya dibuat tak berdaya.

Setelah berjam-jam bertarung layaknya pengantin baru, Doni pun tergolek lemas. Tapi tidak mati. Doni hanya tertidur kelelahan. Bagi Nunuk, aksinya itu sudah lebih dari cukup. Esok, dia masih bisa beraksi lagi untuk kekasihnya.

[Bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...