Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Bahu Laweyan #18

Bahu Laweyan Menampakkan Wujud Asli, Bunuh Korbannya

Oleh: Jendra Wiswara

“Gendro, apa yang harus kulakukan sekarang?” Tanya Nunuk pada makhluk halus dalam dirinya.

“Kamu lakukan apa yang kuperintahkan. Ajak dia berhubungan intim. Sisanya biar menjadi urusanku,” balas Gendro.

“Saat pertama aku berhubungan intim dengan Doni, kau tidak melakukan apa-apa!” Seru Nunuk.

“Aku sudah melakukan tugasku. Kau kuberi kekuatan berhubungan intim dengannya. Tinggal selangkah lagi, Nuk. Setelah urusanmu selesai, segera pergi dari tempat ini.”

Nunuk menyudahi percakapan batin dengan Gendro Swara Pati. Sekarang, dia tinggal menunggu kedatangan calon korbannya.

Lama yang ditunggu tidak datang. Nunuk berusaha menghubungi ponsel Doni. Mati.

Hari berikutnya juga begitu. Tidak ada kabar dari Doni. Nunuk sebenarnya tidak sabar untuk segera pergi dari tempat terkutuk itu. Barang haram yang dititipkan di apartemen membuatnya muak dan jijik.

Jika terus-terusan berada di apartemen, keselamatan Nunuk pasti terancam. Dia bisa digerebek karena menjadi kaki tangan bandar narkoba.

Doni sendiri sempat menitipkan pesan pada pembawa tas agar Nunuk jangan sampai meninggalkan apartemen sebelum Doni datang.

Ya, pesan itu yang membuat Nunuk takut meninggalkan apartemen. Pastilah di luar sana sudah ada anak buah Doni yang mengawasi.

“Saya tidak akan pergi sebelum Doni datang. Sebenarnya saya takut menjaga barang baram tersebut. Tapi jika saya pergi, anak buah Doni pasti menunggu di luar. Ini bukan persoalan kecil. Sewaktu-waktu nyawa saya bisa terancam.”

Hari berikutnya berlalu. Belum ada kabar dari Doni. Nunuk semakin dihinggapi rasa was-was. Pikirannya kalut. Tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol, kecuali makhluk halus yang bersemayam di tubuhnya.

Gendro paham dengan ketakutan Nunuk. Makhluk itu berusaha menenangkan. Bahkan dia menjamin tidak akan terjadi apa-apa pada diri Nunuk.

“Kamu tidak usah gelisah, Nuk. Kamu tidak akan apa-apa,” jawab Gendro.

“Kamu tidak tahu itu. Bagaimana seandainya Doni ditangkap. Dan dia menyebutkan lokasi narkobanya. Aku bisa tertangkap juga.”

“Selama Doni jadi tumbalku, dia akan aman. Dia di bawah perlindunganku.”

“Apa!” Nunuk berteriak, “Kau melindingi dia. Makhluk apa kau ini?”

“Aku bukan melindunginya, Nuk. Hanya saja dia tidak boleh celaka di tangan orang lain. Dia tetap harus mati di tanganmu,” bantah Gendro.

“Gila. Bagaimana cara kamu melindungi Doni?” Nunuk penasaran.

“Semua laki-laki yang sudah berhubungan intim denganmu, separuh kekuatanku selalu mengikuti mereka. Ke mana pun mereka pergi aku selalu mengawasi. Sekarang Doni sedang berada di luar negeri bersama keluarga.”

“Apa!!??” Nunuk berteriak seperti orang gila.

Setelah sekian menit, emosinya reda. Nunuk masih tidak percaya Doni pergi ke luar negeri dan meninggalkannya sendiri bersama barang haram tersebut.

Akhrnya, dia pasrah.

Seminggu berada di apartemen, Nunuk seperti merasa berada di neraka selama seribu hari.

Berteman dengan makhluk halus sembari menunggui barang haram, membuat Nunuk seperti orang gila. Perempuan itu bahkan tidak mau menyentuh barang haram tersebut.

Meski Doni telah memenuhi segala kebutuhannya, hal ini tidak lantas membuatnya tenang. Pikiran Nunuk selalu dilanda kekalutan.

Setelah dua minggu menanti, tiba-tiba terdengar suara pintu apartemen diketuk. Nunuk melangkah tidak pasti. Pintu dibuka. Dilihatnya Doni telah berdiri di hadapannya dengan senyum mengembang seolah tidak merasa bersalah.

“Sayang!” Sapa Doni.

Seketika itu Nunuk langsung melayangkan tamparan ke pipi Doni. Plokk!

Nunuk lantas berlalu sembari membelakangi kekasihnya. Di sudut ranjang itu, Nunuk duduk menutupi wajahnya dan menangis sesenggukan.

“Kamu jahat, Mas. Pergi tanpa kabar dan meninggalkanku bersama barang haram itu,” tangisnya.

Doni berusaha menenangkan kekasihnya. Dia menjejalkan pantatnya di sebelah Nunuk. Lelaki itu langsung mendekap tubuh kekasihnya yang masih larut dalam kesedihan.

“Maafkan aku sayang, sebelumnya tidak memberi kabar. Jujur selama aku pergi, yang selalu ada di pikiranku adalah kamu. Aku sebenarnya mau menghubungimu, tapi kondisi yang tidak memungkinkan,” kata Doni menennangkan hati Nunuk.

“Kamu ke mana saja, Mas?” Tanya Nunuk.

“Aku pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis. Dan aku juga mengajak istriku. Jadi aku tidak bisa menghubungimu.”

“Bagaimana dengan tas itu?” Tanyanya lagi.

“Biar nanti diambil sama anak buahku. Sekarang kamu sudah tahu pekerjaanku. Maafkan aku jika tidak memberitahumu sebelumnya. Aku terpaksa menitipkan tas itu karena polisi tengah mengincarku.”

Nunuk terdiam. Kesedihannya masih ingin dimanja oleh Doni.

“Sayang, ini aku bawain oleh-oleh.”

Doni meraih sesuatu di sakunya. Sebuah kotak kecil. Dibuka. Cincin berlian.

Kilaunya membuat Nunuk berhenti bersedih. Cincin itu lantas dikenakan Doni ke jari manis kekasihnya.

“Pas di jarimu, sayang. Dengan cincin ini, aku ingin kita menikah,” sahut Doni.

Nunuk tampak bahagia. Airmatanya kembali tumpah. Kali ini airmata kebahagiaan.

Perempuan itu lantas merajut manja kekasihnya. Dicium bibir Doni. Keduanya saling berpagutan. Lama tidak bertemu, membuat Nunuk dan Doni dihinggapi kerinduan cukup mendalam. Dan malam ini adalah milik kedua sejoli itu. Mereka akan menuntaskan kerinduan di atas ranjang.

***

Kerinduan dua sejoli itu dilakukan dengan sangat buas. Mereka bak singa kelaparan. Apapun dilahap. Sementara setan-setan terus tertawa memenuhi seisi ruangan. Mereka mereguk kenikmatan setan bersama-sama. Lupa segalanya.

Tawa riang setan terus membahana saat dua sejoli mencapai puncaknya. Selang berikutnya, mereka menggapai puncak lagi. Terus dan terus menerus.

Setan-setan makin beringas. Menggoda anak manusia. Menjeratnya dalam lubang kenistaan. Nunuk dan Doni tidak sadar bahwa keduanya tengah dipermainkan setan dan bala tentaranya.

Keduanya terus berasyik masyuk. Menari-nari dalam kebahagiaan sesat. Dan ketika mencapai puncak, keduanya luruh dalam keringat yang saling bercampur satu sama lain. Tapi rupanya, setan dalam diri Nunuk lebih kuat. Doni dibuat kuwalahan.

Pertarungan ala binatang itu kembali digairahkan oleh Nunuk. Kali ini Gendro Swara Pati mulai masuk dalam ring pertarungan.

Wajah Nunuk tiba-tiba berubah menjadi merah. Sorot matanya juga berubah merah. Muncul taring-taring tajam di kuku dan giginya. Kulitnya berubah hitam. Ada bulu-bulu lebat di kulitnya. Suaranya berubah dari desahan menjadi erangan. Gendro Swara Pati telah menampakkan wujud aslinya.

Melihat perubahan dalam diri Nunuk, Doni kaget bukan kepalang. Dia meronta dan berusaha melepaskan diri dari tubuh perempuan yang duduk di atas tubuhnya. Sayangnya, Doni sudah tidak memiliki kekuatan lagi. Energinya sudah habis.

“Kau…kau…siapa…kau…lepaskan aku,” lelaki itu berteriak.

Doni berusaha berontak. Tapi kekuatan sudah hilang. Dia terus berteriak. “Tolong…tol…oooong.”

Teriakan Doni dibalas erangan makhluk halus itu. Makin beringas. Tubuh Doni dicengkram dan diapit dengan hebat sehingga tidak bisa membuat korbannya melepaskan diri. Lalu dicekiklah leher lelaki itu.

“Lepasss….tol…long…”teriak Doni.

Perempuan jelmaan Gendro Swara Pati makin kuat mencekik leher Doni. Dengan cakar-cakarnya yang tajam dan masuk menembus kulit leher, membuat Doni tidak sanggup bersuara. Darah mengucur deras dari lehernya.

Doni tetap tidak mengendorkan pemberontakannya. Sekali lagi, usahanya sia-sia. Bahkan semakin dia berontak, semakin kuat daya cekik makhluk halus tersebut.

Itulah kekuatan terakhir Doni. Lamat-lamat sang korban tidak lagi terdengar suaranya. Yang terdengar hanya erangan makhluk yang menjelma di tubuh Nunuk. Erangan itu tidak berhenti, mencengkram kuat dan mencekik korbannya sampai benar-benar mati.

Setelah puas membunuh korbannya, makhluk itu lantas mencakar-cakar tubuh korbannya seperti sebuah sayatan pisau. Sangat bengis. Darah segar kian mengucur deras. Ranjang yang menjadi tempat dua sejoli memadu kasih, berubah menjadi lautan darah.

Perempuan jelmaan Gendro Swara Pati kemudian beranjak dari tempat korbannya. Sejenak makhluk itu berdiri menatap korbannya. Tampak wajah dan tubuhnya dipenuhi darah korbannya hingga nyaris menutupi ketelanjangannya. Wujud makhluk halus berangsur-angsur hilang. Kembali menjadi Nunuk seperti sediakala.

Saat tersadar, Nunuk langsung jatuh tersungkur ke lantai. Sempat tak sadarkan diri. Begitu terbangun, dia melihat banyak darah di tubuhnya. Nunuk ingin menjerit, tapi diurungkan. Dia masih shock dengan darah memenuhi tubuhnya.

Perempuan bahu laweyan itu bangkit. Dia melihat di atas ranjang kondisi Doni lebih menyedihkan. Sekujur tubuhnya ada bekas cakaran mirip sayatan pisau. Darah berceceran di mana-mana. Bahkan wajahnya nyaris tidak dikenali.

Nunuk menangis. Tidak sanggup menyaksikan pemandangan mengerikan itu.

Tiba-tiba terdengar suara dari Gendro Swara Pati.

“Nuk, cah ayu, kamu segera pergi dari tempat ini. Aku sudah menyelesaikan urusanku. Aku terpaksa menggunakan tubuhmu agar cepat mengambil nyawa Doni.”

Nunuk mundur pelan-pelan. Dia masih tidak percaya. Tangannya dilumuri darah. Dia sekarang menjadi pembunuh.

“Ayo, Nuk. Cepat pergi dari sini,” perintah Gendro.

Nunuk pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri. Semua barang-barangnya dikemas secepat mungkin. Dia tidak mau meninggalkan jejak apapun di apartemen.

Sebelum melangkah ke pintu keluar, Nunuk sempat menoleh ke belakang dan melihat jasad kekasihnya.

Dia melepas cincin berlian di jari manisnya. Membuang ke lantai tanpa mengucap sepatah kata pun. Tatapannya tajam. Sama sekali tidak mengesankan ada penyesalan. Tugasnya selesai. Ribuan nyawa terselamatkan. Bandar narkoba itu telah mati.

Bagi Nunuk, Doni adalah tumbal keenamnya. Dia butuh menggenapi satu tumbal lagi agar terbebas dari cengkaraman Gendro Swara Pati.

[bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...