Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Begandring Soerabaia Pandu 200 Siswa SMA Jelajah Sejarah

REKAYOREK.ID Di tengah sibuk sibuknya komunitas Begandring Soerabaia, yang sedang menggelar Pameran Foto dalam rangka ‘promosi’ film dokumenter perjuangan rakyat Surabaya “Soera ing Baia, Gemuruh Revolusi ’45”, mereka masih menyelenggarakan kegiatan jelajah sejarah Subtrack.

Ajang pemeran, yang berlangsung mulai 4-18 Desember 2022 ini, tidak sekedar pemeran yang sifatnya statis. Selama pameran itu juga digelar diskusi diskusi dan teatrikal, reka ulang peristiwa kepahlawanan. Apalagi selama pameran berlangsung, personil Begandring yang berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas Airlangga (Fisip dan FIB) bertindak pula sebagai pemandu dan kurator pameran foto.

Kuncarsono Prasetyo, koordinator pameran, mengatakan bahwa pemandu dan kurator pameran ini adalah relawan dari komunitas dan mahasiswa yang menjadikan pameran, selain sebagai ajang berbagi informasi, juga merupakan ajang mengasah kompetensi mereka di bidang sejarah kepahlawanan kota Surabaya.

Tidak hanya berbagi informasi dengan cara kuratorial dan guiding, mereka juga menjadi pembicara dalam rangkaian diskusi yang digelar selama pameran.

“Ada yang baru pertama kali presentasi di depan publik, tapi karena ada rasa saling mendukung di antara personil, maka ia pun berani”, kata Kuncarsono.

Rombongan diterima di kantor Harian Radar Surabaya dan mendengarkan sejarah awal mula Koran Jawa Pos sebagai induk Radar Surabaya. Foto: nanang

 

Kuncarsono menambahkan bahwa upaya upaya ini menjadi wujud dan cara meningkatkan kapasitas dan kemampuan masing masing anggota dalam perkumpulan.

“Kita saling mendorong dan mendukung, dan ini menjadi ajang pembelajaran bagi kami sebagaimana pesan AD/ART perkumpulan nyatakan”, tambah Kuncarsono.

Selama dua hari pada Senin dan Selasa, 12-13 Desember 2022, Berandring Soerabaia melalui program jelajah Sejarah Subtrack (Surabaya Urban Track) masih menyempatkan melayani 200 siswa SMA St Agnes Surabaya. Mereka menjelajah kawasan Peneleh dan Pecinan. Setiap hari ada 100 siswa yang dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok menjelajah kawasan Peneleh. Kelompok lainnya berwisata sejarah di kawasan Pecinan.

Di kawasan Peneleh mereka mengunjungi Sumur Jobong, Rumah Lahir Soekarno, Rumah HOS Tjokroaminoto dan Makam Belanda Peneleh dengan tema Kampung Kebangsaan.

Sementara di kawasan Pecinan yang mengangkat tema Kampung Multikuktural, mereka mengunjungi Jembatan Merah untuk mengintip keberagaman etnis (Eropa, Pecinan, Melayu dan Arab). Dari Jembatan Merah menuju ke Rumah Abu Han (jalan Karet), Klenteng Sukhaloka (jalan Coklat) dan eks gedung Uni Bank (kini ditempati Harian Radar Surabaya, group Jawa Pos).

Di kedua kawasan ini mereka tidak hanya jalan jalan tapi sekaligus belajar tentang sejarah dan keberagaman etnis kota Surabaya. Sambil menjelajah, mereka dibagi menjadi kelompok kecil kecil untuk mengerjakan tugas sebagai feedback dari kegiatan.

Menurut Ratri, salah satu guru pembimbing yang menyertai jelajah sejarah, kegiatan ini sangat menarik dalam pengajaran sejarah, yang ternyata Surabaya memiliki sejarah yang banyak. Dari kegiatan jelajah sejarah di kawasan Peneleh dan Pecinan, tidak hanya sejarah kepahlawanan saja yang dapat diungkap, tetapi ada cerita tentang sejarah peradapan kota dari zaman ke zaman.

Kunjungan dan bedah kuburan di Makam Belanda Peneleh. foto: nanang

 

Di kelompok Pecinan pada agenda Selasa, 13 Desember, mereka diterima berkunjung ke Radar Surabaya, yang merupakan group Jawa Pos. Mereka diterima oleh redaktur senior Wijoyanto dan darinya diceritakan sejarah Jawa Pos yang mengawali media koran di gedung yang dulunya merupakan kantor Uni Bank. Menurut Wijoyanto, nama Jawa Pos bermula dari Java Post yang sudah eksis sejak tahun 1946.

Sebelumnya mereka juga memasuki Rumah Abu Han di jalan Karet. Dengan mengunjungi rumah yang berarsitektur Tionghoa ini, mereka bisa lebih mengenal bagaiman corak dan model budaya asli etnis Tionghoa di Surabaya.

Dari pengamatan lapangan selama jelajah sejarah ini, mereka dapat lebih mengenal corak dan keragaman etnis Surabaya yang memang sudah ada sejak dulu. Karenanya fakta sejarah ini hendaknya menjadi dasar berkehidupan yang terbingkai dalam falsafah Bhineka Tunggal Ika.

Meski peserta jelajah ini adalah anak anak Surabaya, ternyata banyak yang belum mengenal dan bahkan menapakkan kakinya di sebagian bumi Surabaya. Bumi Surabaya di Peneleh dan Kawasan Kota Tua Surabaya memiliki catatan sejarah penting bagi kota Surabaya yang layak diketahui oleh warga kota, terutama para pelajar sekolah.

SMA St. Agnes Surabaya adalah sebagian yang mulai menengok sudut sudut kota. Kepala Sekolah SMA St Agnes, Lusia Yekti Handayani, yang turut mendampingi siswanya berwisata sejarah Surabaya mengatakan bahwa kegiatan edukatif yang diselenggarakan oleh Begandring melalui program Subtracknya sangat membantu siswa siswi dalam memperkenalkan sejarah kota Surabaya.

“Semoga tahun depan, Februari, Maret dan April 2022 kegiatan serupa bisa kami adakan lagi”, kata Lusia yang mendampingi Kelompok Peneleh pada Senin, 12 Desember 2022.

“Terima kasih telah berbagi pengetahuan bersama kami”, pungkas Lusia.@Nanang

Komentar
Loading...