Hadirkan Tradisi Jawa di Tengah Belantara Modernisasi
REKAYOREK.ID Rekam jejak kembalinya Aksara Jawa di Surabaya terbingkai dalam buku yang berjudul “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri”. Buku ini mulai dirancang dan ditulis seiring dengan upaya membawa Aksara Jawa kembali ke Surabaya.
Di bulan Agustus 2023 lahirlah sebuah gagasan dalam memajukan Aksara Jawa sebagai bagian dari Bahasa yang menjadi salah satu dari 10 Obyek Pemajuan Kebudayaan sesuai dengan UU no 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Berbagai aksi diinisiasi dan direalisasi untuk mengenalkan kembali Aksara Jawa di bumi Surabaya. Ajang diplomasi kebudayaan pun dilakukan dalam bentuk studi banding dengan pemerintah Jepang melalui Konjen Jepang di Surabaya. Jepang sebagai negara maju berhasil melanggengkan Aksara Kanji hingga zaman modern ini. Kanji adalah aksara leluhur mereka.
Jawa juga memiliki aksara leluhur, yang salah satunya adalah Aksara Jawa. Karena aksara ini seolah mati suri di era modern, maka Komunitas Begandring Soerabaia yang getol memajukan sejarah dan budaya Surabaya terpanggil untuk memajukan Aksara Jawa.
Bersama tokoh penggerak budaya Surabaya, A. Hermas Thony serangkaian aksi dan kegiatan dilakukan dan digelar untuk memperkenalkan kembali Aksara Jawa di Surabaya. Pada 11 September 2023, Walikota Surabaya Eri Cahyadi, yang mendapat kabar dari Thony mengenai upaya pemajuan Aksara Jawa di Surabaya, langsung menginstruksikan kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya untuk penulisan dan penggunaan Aksara Jawa di seluruh kantor kantor di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
Secara formal, perintah walikota ini dibuat dalam bentuk surat yang dikeluarkan oleh Sekretaris Kota (Sekkota) Ikhsan tertanggal 19 September 2023. Isinya adalah Penggunaan Aksara Jawa di kantor kantor di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Sejak itu, pemasangan nama instansi dengan Aksara Jawa dilakukan dimana mana.
Buku “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri” ini sekaligus memperteguh sifat Arek Surabaya yang berani, sebagaimana slogan kota Surabaya “Suroboyo Wani!”. Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, melalui kebijakan mengembalikan Aksara Jawa di Surabaya adalah wujud sikap keberaniannya dalam berbudaya.
Aksara Jawa adalah simbol tradisional. Sementara Surabaya dalam kekinian adalah simbol modernisasi. Eri Cahyadi berani menghadirkan tradisional aksara Jawa di tengah tengah belantara modernisasi kota Surabaya.
Kini Aksara Jawa sudah mulai terlihat di mana mana. Setya Amrih Prasojo, Kepala Seksi Bahasa dan Sastra dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengapresiasi keberanian menghadirkan dan membumikan Aksara Jawa di Surabaya yang penuh berkemajuan dan kemodernisasian ini. Ia bahkan membandingkan dengan Jawa Tengah bahwa gerakan pemajuan aksara Jawa di Surabaya bagai meroket ke angkasa.
Buku “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri” ini dihadiahkan kepada Walikota Eri Cahyadi dalam kesempatan acara audiensi TVRI Jatim, Begandring Soerabaia dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Surabaya pada Kamis, 23 November 2023.
Audiensi Kebudayaan
Walikota Surabaya Eri Cahyadi menerima rombongan TVRI Jatim, Begandring Soerabaia dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Surabaya di ruang kerjanya Kamis pagi (23/11/23). Mereka menjalin koordinasi tentang upaya pemajuan kebudayaan dan kesejarahan dalam agenda merancang program program pariwisata kota Surabaya.
Dari TVRI Jatim, ada Kepala Stasiun Asep Suhendar yang didampingi oleh tim yang terdiri dari Andre Arisotya dan Iwan Tuwannakota. Kemudian dari Begandring Soerabaia ada Nanang Purwono, Yayan Indrayana dan Dian. Sementara dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) diwakili oleh Jaelani.
Asep Suhendar menyampaikan kepada Walikota bahwa TVRI siap mendukung publikasi program program budaya pemerintah kota Surabaya. Apalagi beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Surabaya menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI).
Sementara Asep Suhendar, yang mewakili TVRI Jatim, juga menyampaikan bahwa TVRI Jatim juga menerima penghargaan yang sama. Menurutnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam momen penganugerahan Kebudayaan Indonesia berpesan agar geliat dan aksi aksi kebudayaan harus terus berkembang di kemudian hari. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi antar stakeholder di Surabaya.
Terkait dengan upaya membumikan Aksara Jawa di Surabaya, Nanang Purwono, menyampaikan sebuah agenda menulis Aksara Jawa secara massal di sebuah plaza di kota Surabaya kepada Walikota. Acara menulis Aksara Jawa ini juga didukung oleh SMSI Surabaya untuk lebih menguatkan publikasi kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu juga dibahas pengembangan wisata sejarah kota Surabaya yang secara kolaboratif melibatkan Disbudparporapar, Begandring Soerabaia dan SMSI. Atas sejumlah kegiatan sejarah dan budaya sebagaimana dibahas dalam audiensi tersebut, walikota mengisyaratkan bahwa pekerjaan belum selesai. Karenanya semua harus bersungguh sungguh demi kota Surabaya.
Menanggapi gagasan dan program terkait kebudayaan sebagaimana diusung oleh TVRI, Begandring dan SMSI, Walikota meminta perhatian dinas terkait, Bidang Kebudayaan untuk melanjutkan koordinasi dengan ketiga mitra Pemkot Surabaya ini.
Di penghujung momen audiensi ini diserahkan sebuah buku yang merekam jejak kembalinya Aksara Jawa di Surabaya yang berjudul “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri”. Buku ini secara simbolis menggambarkan keberanian Walikota Surabaya dalam menghadirkan tradisi Aksara Jawa di belantara modernitas Kota Surabaya.@nanang