Kampung Pecinan Tidak Hanya Kembang Jepun
Mulai tanggal 10 September 2022 Kya Kya Kembang Jepun secara resmi dihidupkan kembali.
REKAYOREK.ID Kota Surabaya semakin menancapkan diri sebagai kota destinasi wisata dalam peta pariwisata di Jawa Timur. Selama ini kota perdagangan dan bisnis ini seolah sebagai kota transit semata, utamanya bagi wisatawan. Mereka tiba di Surabaya untuk menanti jadwal perjalanan berikutnya. Mereka yang tiba di Surabaya sejenak menunggu jadwal berikutnya untuk tujuan tujuan lain. Mereka seolah tidak memiliki agenda wisata di Surabaya. Apa benar?
Sebenarnya mereka belum tau saja bahwa Surabaya memiliki destinasi wisata yang patut diperhitungkan. Yaitu wisata sejarah dan budaya. Ketidaktahuan mereka ini dipertajam oleh kurang ditawarkannya potensi wisata sejarah dan budaya kepada para wisatawan baik nusantara (Wisnu) maupun mancanegara (wisman). Diperparah dengan tidak ditawarkannya potensi itu oleh travel biro yang memang membidangi penjualan jasa pariwisata.
Terlalu sayang jika kota Surabaya yang tersohor di dunia ini tidak dikunjungi wisatawan dalam agenda agenda pariwisata. Selama ini Surabaya dikenal sebagai jaringan kota perdagangan dan bisnis. Tidak salah. Tamu pun datang ke Surabaya dalam urusan urusan bisnis. Tapi dibalik itu kota Surabaya menyimpan sejarah panjang yang keberadaannya layak sebagai komoditas bisnis pariwisata.
Upaya upaya untuk mengelola dan mengembangkan sektor pariwisata yang berbasis pada sejarah dan budaya lokal tengah dihidupkan. Salah satunya adalah mereaktivasi dan merevitalisasi Kampung Pecinan Surabaya.
Kampung Pecinan Surabaya yang dihidupkan kembali adalah Kembang Jepun dengan konsep Kya Kya (jalan jalan). Konsep ini menyajikan wisata kuliner di jalan Kembang Jepun yang dibuka pada malam hari. Niscaya, pada malam hari jalan Kembang Jepun menjadi terang benderang dan ramai.
Lantas bagaimana dengan di siang hari? Di siang hari atau pada jam jam kerja, jalan Kembang Jepun menjadi wadah aktivitas bisnis dan perdagangan sebagaimana berjalan selama ini. Di jam jam kerja inilah Kampung Pecinan seharusnya tetap bergeliat, khususnya pariwisata nya. Pecinan Surabaya bukan hanya Kembang Jepun. Pecinan Surabaya meliputi jalan Karet, Jalan Coklat, Jalan Slompretan, jalan Songoyudan, jalan Kalimati Kulon hingga jalan Dukuh dengan Klenteng nya.
Di jalan jalan itulah terselip rona budaya Pecinan Surabaya. Ada Rumah Abu di jalan Karet. Ada Klenteng di Jalan Coklat. Ada Pasar Bong di jalan Slompretan. Ada pembuatan Bongpay di jalan Kalimati Kulon. Bongpay adalah seni batu nisan. Ke arah timur Kembang Jepun, tepatnya di jalan Dukuh masih ada Klenteng Hok Tik Hian dengan seni wayang Potehinya.
Budaya Tionghoa ini tersebar di sekitar jalan Kembang Jepun dan untuk menghidupkan kawasan Pecinan (tidak hanya Kembang Jepun dengan wisata kulinernya), kiranya tidak boleh lupa dengan semua yang ada di sekitar jalan Kembang Jepun. Keberadaan mereka perlu disentuh, dilibatkan dalam upaya meramaikan dan menghidupkan Kampung Pecinan sebagai bentuk rona budaya dan atraksi Pecinan Surabaya.
Seni dan Budaya Pecinan (Peranakan)
Ketika mereaktivasi kawasan Pecinan, jangan sampai terjebak dengan konsep Kya Kya di ruas jalan Kembang Jepun. Semua stakeholder harus belajar dari pengalaman masa lalu ketika Kya Kya dibuka pada 31 Mei 2003. Ketika itu Kya Kya dikelola bersama yang melibatkan Wali Kota Surabaya Bambang D. Hartono, Ketua DPRD Surabaya Armuji, dan PT Kya-Kya Kembang Jepun di bawah pimpinan Dahlan Iskan.
Kya Kya Kembang Jepun sempat menjadi jujugan wisata di Surabaya. Selain tersaji aneka kuliner, Kya Kya Kembang Jepun menjadi ajang pementasan budaya. Ada festival ngamen, suguhan musik keroncong, musik klasik Tiongkok, hingga Barongsai anak-anak dan tari Ngremo Bocah. Sedangkan, acara-acara tematik digelar seperti Shanghai Night, Dancing on the Street, Agoestoesan Tjap Kya-kya Kembang Djepoen serta Mystical Night, Festival Bulan Purnama dan sebagainya.
Ramai, riuh, gemerlap telah berhasil menyulap Jl. Kembang Jepun yang dianggap gelap, sepi dan rawan. Sayang sentuhan profesional itu tidak langgeng. Hanya berjalan beberapa tahun saja. Akibatnya Kya Kya mati.
Konsepnya berpindah ke Taman Hiburan Pantai Kenjeran dan bahkan diadopsi di kawasan elit Surabaya Barat. Ornamen Kya Kya Kembang Jepun seperti bando bando yang terpasang mulai dari gerbang barat hingga timur dibongkar.
Mengapa Kya Kya Kembang Jepun yang pernah dibuka pada 2003 itu bisa mati? Kiranya semua stakeholder harus bersama mencari jawaban agar kematian Kya Kya tidak terulang.
Mulai tanggal 10 September 2022 Kya Kya Kembang Jepun secara resmi dihidupkan kembali.
Agar tetap hidup dan menghidupi, maka siapapun harus bergotong royong, inklusif, terbuka terhadap kritik membangun, cakupannya menyeluruh kawasan Pecinan sehingga konsep Kya Kya adalah milik bersama.
Seni dan budaya Tionghoa adalah milik Surabaya karena Surabaya sejak dulu sudah terformasi multi etnis. Surabaya adalah keberagaman.
Semoga Kya Kya Kembang Jepun dapat menerangi kawasan Pecinan Surabaya, tidak hanya jalan Kembang Jepun.@Nanang