Memasuki bulan Mei 2021. Gabungan partai politik saling mengunjungi. Judulnya silahturahmi, dikemas dari satu pintu partai ke satu pintu partai berikutnya.
Silahturahmi ini juga memberikan ruang bagi pribadi-pribadi untuk mewakili daerah, melalui DPD.
Bisa dibayangkan betapa ruang publik kita penuh dengan berbagai perangkat dan agenda politik. Mulai dari hal sepele; stiker-stiker yang ditempeli di banyak tempat dan ruang, kaos-kaos bergambar lambang partai atau calon, hingga hal besar: deal-deal politik para elit.
Ini menyedot energi yang besar. Pikiran, tenaga hingga harta, berbaur dalam target-target pragmatis maupun idealis. Ditambah lagi, implikasi-implikasi dari tiap momentum-momentum ekstrim yang muncul dalam dinamika kontestasi berwujud silahturahmi ini.
Banyak hal mulai berubah. Dimulai dengan polarisasi cara pandang, fanatisme dukungan, hingga pemunculan eksklusivisme kelompok. Bisa diprediksi, jika hal ini akan berkembang dan menguat di elemen-elemen yang ada di masyarakat, dan masuk dalam sendi kehidupan berbangsa dan negera, bisa saja ini mengubah sesuatu yang lebih besar, seperti kebudayaan. Atau, lebih besar lagi dari itu: arah dan tujuan bangsa.
Masa kontestasi yang panjang memang berpeluang bagi para calon wakil rakyat untuk makin mendekat pada pemilihnya. Cukup waktu untuk meyakinkan dan membangun komitmen politik dengan basis dukungannya. Namun, masa yang panjang juga bisa menimbulkan efek-efek negatif yang harus diwaspadai.
Tentu, ini akan kembali pada energi rakyat. Energi yang telah diuji, bahkan jauh sebelum bangsa ini membentuk dirinya sebagai republik. Energi yang sudah ada sebelum para wakil rakyatnya, bersepakat bahwa proses pergantian kekuasaan dengan prinsip demokrasi langsung lima tahun sekali. Energi yang ada secara turun-temurun, memberikan kearifan sebagai warisan bangsa: keberagamaan, kegotong-royongan, ramah-tamah, berbudi luhur, dan yang utama adalah percaya pada Tuhan Yang Maha Esa.
Inilah yang akan menjadi ujian penting pada musim kampanye yang panjang ini. Ada dua agenda besar yang berhadapan: agenda kepentingan meraih kekuasaan dan menjaga kepentingan seluruh anak bangsa.
Harapan terbesar ada pada rakyat pemilih: kedewasaan dalam mengawal proses kontestasi, cerdas dalam menentukan pilihan, dan kesadaran tinggi untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.(*)
DalangPolitik