Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya

Oleh: Amang Mawardi

SOSOK Achmad Zainuri, atau saya biasa memanggil dengan Pak Nuri, salah tokoh teater yang tak pernah lekang oleh waktu. Makin bertambah umur makin kinclong.

Rendah hati, supel, tapi keras juga dia punya kemauan, senantiasa mengiringi perjalanan kariernya sebagai seniman.

Bengkel Muda Surabaya (BMS) salah satu komunitas seni di Surabaya telah menjadikannya sosok yang tak pernah nyerah dalam proses kreativitas yang terus bergulir. Boleh lelah, tapi jangan sampai nyerah, begitu setidaknya narasi kredo hidupnya yang saya ketahui sepanjang lebih kurang 40 tahun bersahabat dengannya.

Karena prestasinya dalam proses “pergulatan” dengan teater, mengantarkannya menerima Anugerah Seniman Berprestasi dari Gubernur Jawa Timur pada tahun 2012.

Achmad Zainuri dan karyanya berjudul Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya. Foto: ist

 

Tentu saja orang nomor satu di Jawa Timur melalui team-nya punya alasan untuk menganugerahkan penghargaan itu. Sebab sudah puluhan lakon teater yang disutradarainya, antara lain: Nyai Adipati (naskah Mayon Sutrisno), Orang-Orang Berpeci (Widodo Basuki & Achmad Zainuri), Polisi (Slavomir Mrozek), Pesta Pencuri (Jean Anoulih), Aduh (Putu Wijaya), dan masih sekian naskah lagi.

Selain itu Zainuri menyutradarai beberapa naskah hasil kolaborasi dengan Teater Shelter Rumah Hati Universitas Surabaya.

Teater binaan Profesor Dr. Yustin Probowati dkk. ini, khusus menangani anak-anak yang bermasalah dengan hukum, antara lain yang sudah disutradarai Achmad Zainuri adalah lakon: Tinta Merah (workshop bersama anak-anak Lapas Blitar), Rasanya Baru Kemarin (workshop bersama anak-anak binaan Rutan Medaeng, Sidoarjo), Maha Ibu (naskah Zainuri), Lapar atau Anak-Anak Sedang Membayar Hutang pada Negara (naskah Zainuri), Suara Beku (naskah Zainuri), Hikayat Selembar Tubuh (naskah Zainuri).

Sementara itu Achmad Zainuri yang dilahirkan di Surabaya pada 1 Mei 1964, juga menyutradarai bekerja-sama dengan Teater Berdaya Surabaya (pekerja seks Kremil dan Bangunsari, salah satu pemain pengidap HIV) — dalam lakon: Bulan di Atas Kremil (naskah Zainuri). Dan pernah dipentaskan di Festival Seni Surabaya.

Menyitir ucapan sastrawan Pramudya Ananta Tour, Pak Nuri mengatakan bahwa ada tiga kategori anak dalam kehidupan, yaitu: Anak Biologis, Anak Ideologis, dan Anak Spirititual.

Kata saya, “Kalau anak biologis dan anak ideologis — saya tahu, Pak Nuri. Lha kalau anak spiritual, itu yang saya belum tahu…”

Pak Nuri menjawab: “Buku!”.

Nah, Achmad Zainuri tadi pagi ke rumah. Buku ke-2 hasil karyanya berjudul: Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya (156 halaman) — diberikan kepada saya. Wow luar biasa Anda, Pak Nuri. Selamat! Selamat atas kelahiran anak spiritual Anda!

Buku Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya karya Achmad Zainuri. Foto: ist

 

Buku yang dipengantari oleh Halim HaDe networker budaya dari Solo dan Arthur John Horoni budayawan salah satu pelopor berdirinya BMS 52 tahun lalu itu dan yang saat ini tinggal di Pancur Batu, Medan, berisi (semacam) apa dan siapa dengan deskripsi cukup panjang tentang para sutradara dari BMS: Akhudiat, Amir Kiah, Anang Hanani, Bambang Sujiyono, Basuki Rahmat, Bawong SN, Hare Rumemper, dan Cak Tohir Jokasmo (Tohir).

O iya, hampir lupa, buku pertama yang ditulis Achmad Zainuri judulnya: Teater Perubahan (256 halaman), terbit tahun 2012.

Buku ini nyaris membangkrutkan ekonomi keluarga tokoh teater yang juga pemimpin grup musik Bledhek Sigar. Rumah satu-satunya sempat digadaikan. Untung bisa ditebus.@

*) Wartawan senior dan penulis buku

Komentar
Loading...