Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Uji DNA Untuk Habib, Mungkinkah?

Oleh: Radhar Tribaskoro

BELAKANGAN ini muncul polemik tentang asal-usul (nasab) suatu kelompok yang disebut Ba’alawi. Kelompok tersebut mengklaim diri sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW karena itu berhak menyandang gelar Habib.

Klaim tersebut dibantah oleh KH. Imaduddin Utsman dari Banten. Kiai Imad (begitu ia dipanggil) mempelajari kitab-kitab nasab dari abad ke-4 sd ke-9H dan tidak menemukan nama Ubaidullah, ayah Alawi yang menjadi leluhur Ba’alawi, sebagai keturunan Rasulullah. Nama itu baru muncul dan didapuk sebagai keturunan Rasulullah di abad ke-10, dalam kitab yang disusun oleh orang yang mengaku sebagai keturunannya.

Temuan ini disimpulkan telah membatalkan klaim “klan Ba’alawi sebagai keturunan Rasululllah”. Penolakan itu diperkuat oleh dugaan bahwa banyak habaib Ba’alawi yang tidak mengamalkan akhlak Rasulullah dengan menyebarkan kebohongan, dalam bentuk menciptakan makam-makam palsu dan klaim atas keturunan Ba’alawi pada sejumlah pahlawan nasional.

Artikel ini tidak ingin memasuki polemik nasab. Penulis hanya ingin mengomentari derivat polemik itu yang mengatakan “Kalau memang keturunan Rasulullah, buktikan melalui uji DNA”. Menurut hemat penulis, uji DNA tidak dapat dilakukan, oleh karena itu sebaiknya dipergunakan uji yang lain. Apa alasannya?

Kelompok Genetika

Ilmu genetika bisa membantu menelusuri nasab seseorang, tetapi ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Sayangnya, syarat itu mustahil dipenuhi saat ini. Tetapi sebelum menelusuri syarat-syarat itu mari kita lihat bagaimana ilmu genetika dapat dipergunakan untuk menelusuri asal-usul seseorang.

Haplogroup J1 adalah salah satu gen haplogroup Y-DNA, yang diturunkan secara paternal (dari ayah ke anak laki-laki) dan merupakan bagian dari kelompok besar haplogroup J. Haplogroup J1 ini sering dikaitkan dengan asal usul di Timur Tengah dan Semenanjung Arab yang diperkirakan berusia sekitar 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu. Haplogroup J1 menyebar dari Timur Tengah ke Afrika Utara, Asia Tengah, dan Eropa Selatan melalui migrasi dan ekspansi populasi. Kemungkinan besar Nabi Muhammad SAW termasuk ke dalam haplogroup J1 ini.

Dalam perjalanan waktu gen mengalami mutasi dan rekombinasi. Mutasi adalah perubahan genetika karena faktor alam, sedangkan rekombinasi adalah perubahan gen karena percampuran orang tua yang memiliki gen keturunan berbeda. Sebagai contoh J1a (M267) adalah subkelompok dari J1 yang telah mengalami mutasi (dengan kode) M267. Subkelompok ini umum terdapat di Timur Tengah.

Pertanyaan selanjutnya, apakah ada haplogroup yang secara spesifik dapat dianggap sebagai properti Suku Quraish?

Selama ribuan tahun, populasi di Semenanjung Arab telah mengalami banyak migrasi dan interaksi dengan populasi lain. Hal ini menyebabkan diversifikasi genetik yang signifikan, sehingga sulit untuk mengidentifikasi satu haplogroup spesifik yang bisa dikaitkan dengan suatu suku tertentu di masa lalu.

Itu sebabnya, bukti genetik definitif yang dapat mengidentifikasi satu haplogroup tertentu sebagai “haplogroup suku Quraish”, sampai saat ini, tidak ada. Haplogroup J1, khususnya subkelompok J1a2b (J-P58), sering dikaitkan dengan populasi di Semenanjung Arab dan bisa jadi relevan dalam konteks ini, tetapi ini tidak berarti bahwa semua atau sebagian besar anggota suku Quraish secara eksklusif memiliki haplogroup tersebut.

Akan jauh lebih keliru lagi bila menganggap orang dengan haplogroup J1a2b (J-P58) adalah gen eksklusif properti Rasulullah SAW. Sangat boleh jadi, pemilik gen itu bukan keturunan Rasulullah melainkan keturunan Abu Lahab, paman sekaligus musuh Rasulullah. Seorang pria dan pamannya dari garis paternal yang sama akan berbagi haplogroup Y-DNA yang sama dan subkelompoknya, kecuali ada mutasi baru.

Lantas bagaimana memastikan seseorang yang hidup 1.400 tahun setelah Rasulullah wafat, bisa dipastikan adalah keturunan Rasulullah? Ilmu genetika bisa membantu menelusuri nasab seseorang, tetapi ada keterbatasan. Apa saja keterbatasan itu?

Pertama, untuk menelusuri secara spesifik dan eksklusif hubungan paternal langsung kepada Nabi Muhammad SAW, peneliti mesti memiliki sampel DNA Rasulullah. Tes DNA Y dapat digunakan untuk memverifikasi hubungan paternal itu. Jika sampel DNA itu tidak ada, pria yang diuji paling jauh dapat ditetapkan sebagai keturunan “suatu kelompok genetis yang dulu pernah mendiami suatu wilayah di Timur Tengah”. Dengan sejumlah teknik canggih, namun dengan standard error tinggi, bisa diperkirakan haplogroup suku Quraish, Bani Hasyim, namun memastikan haplogroup Nabi Muhammad SAW dapat dikatakan mustahil.

Penelitian lebih lanjut dan data genetik yang lebih komprehensif diperlukan untuk membuat klaim yang spesifik dan akurat.

Kedua, jarak 1.400 tahun tidak singkat, dalam jarak waktu itu dipastikan banyak mutasi genetik yang terjadi dalam garis keturunan. Ini membuat sulit untuk melacak garis keturunan yang sangat panjang dengan akurasi tinggi. Selain itu rekombinasi genetik yaitu percampuran DNA dari orang tua dalam setiap generasi, membuat jejak genetik semakin sulit diuraikan.

Ketiga, untuk menyusuri asal usul ke pribadi seperti Nabi Muhammad, diperlukan sampel DNA yang dapat diverifikasi sebagai miliknya atau milik keturunannya yang terkonfirmasi secara historis. Saat ini, tidak ada sampel DNA yang tersedia atau terverifikasi dari Nabi Muhammad. Kebanyakan catatan sejarah mengenai garis keturunan tidak disertai dengan bukti genetik yang dapat diverifikasi. Ini membuat klaim keturunan berdasarkan sejarah sulit untuk diverifikasi secara ilmiah.

Penutup

Beberapa penelitian pada populasi yang mengklaim keturunan dari Nabi Muhammad dan suku Quraish menunjukkan bahwa J1 adalah haplogroup yang muncul dalam sampel mereka. Meskipun ini memberikan petunjuk, tidak ada bukti langsung yang mengonfirmasi bahwa semua atau sebagian besar anggota suku Quraish secara eksklusif memiliki haplogroup J1.

Penelitian terbaru atas dua orang anggota keluarga Raja Yordan mengkonfirmasi bahwa mereka adalah keturunan dari Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, dengan kode haplogroup J1-P58-L147.1-L858-L859. Pada gambar terlampir, wilayah di dalam garis merah memperlihatkan kelompok yang dekat nasabnya dengan Rasulullah. Namun hasil tersebut masih tidak dapat dipergunakan untuk menentukan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Dalam gambar dua suku Yahudi diketahui termasuk dalam haplogroup tersebut. Selain itu, kedua pangeran itu mungkin saja bukan keturunan Rasulullah, melainkan keturunan Abu Lahab.@

Komentar
Loading...