Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Sejak Awal Covid-19 Dianggap Lelucon

REKAYOREK.ID Ekonom senior Rizal Ramli menyebut bahwa kondisi Indonesia berada di ambang kejungkalan.

Hal ini disampaikan Rizal Ramli dalam diskusi daring Secangkir Kopi bertema ‘Rakyat Merintih, Pemerintah Kibarkan Bendera Putih’, Selasa malam (13/7/2021).

“Dalam istilah manajemen, Indonesia berada di posisi tipping point, baik karena alamiah dia terjungkal atau karena didorong sedikit dia terjungkal,” kata Rizal.

Kondisi tipping point atau titik jungkal, kata Rizal, akan terjadi bila kondisi subjektif dan objektifnya belum matang. Hal inilah yang terjadi pada pemerintahan Indonesia saat ini yang dianggap belum matang dalam mengatasi beragam persoalan bangsa.

“Saya katakan tipping point karena ekonominya sudah merosot sebelum Covid-19. Dengan adanya Covid-19, kemerosotannya semakin menjadi-jadi,” tegasnya.

Pemerintah sejauh ini juga tidak mampu mengatasi hantaman pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 lalu.

Sebaliknya, kondisi bangsa Indonesia kini kian babak belur. Kasus penyebaran Covid-19 terus meningkat dan kondisi perekonomian masyarakat juga terpuruk.

“Terlihat jelas setelah satu setengah tahun Covid-19 melanda, pemerintah tidak mampu menyelesaikan, mengurangi, bahkan mengatasi masalah Covid,” lanjut mantan Menteri Ekonomi, Keuangan dan Industri era Presiden Gus Dur ini.

Dilihat pada tiga bulan pertama pandemi di Indonesia, pemerintah sebut rizal tidak bergegas mengatasi pandemi, melainkan lebih menyibukkan dengan argumen bantahan.

“Januari sampai Maret (2020) terjadi bantah-bantahan. (dikatakan) Covid enggak ada, Indonesia tidak mungkin (terjangkit Covid-19). Ada lelucon tentang Covid, makan nasi kucing bisa sembuh,” sambungnya.

Tidak ada keseriusan yang ditunjukkan pemerintah saat negara lain dihantam wabah Covid-19. Bahkan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bukan mencegah penyebaran Covid-19, melainkan dengn membayar pendengung agar masyarakat tak percaya dengan wabah dari Wuhan, China tersebut.

“Jadi selama tiga bulan, pemerintah menganggap Covid-19 lelucon, menyewa buzzer puluhan miliar rupiah untuk menyesatkan rakyat bahwa Covid tidak ada dan tidak penting,” tandasnya.[]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...