Terbesit Gagasan Sister City Surabaya-Rotterdam
REKAYOREK.ID Sebagai tindak lanjut dari pengembangan kawasan Peneleh sebagai kawasan wisata berbasis heritage, Perkumpulan Begandring Soerabaia mengajak mitranya dari Belanda, TiMe Amsterdam, audiensi ke walikota Surabaya, yang ditemui Sekretaris Kota Ikhsan pada Selasa pagi, 7 November 2023.
Dalam menerima tamu asal Belanda ini, Ikhsan didampingi oleh Kabid Kebudayaan Heri Purwadi, Biro Hukum dan Kerjasama Djoen, serta Kadis Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Mia Santi Dewi.
Kehadiran Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) ini terkait dengan project yang telah diajukan oleh Begandring-TiMe Amsterdam kepada Dutch Culture sebagai penyandang dana. Project akan berjalan pada 2024.
Kepada Ikhsan, Ketua Begandring Soerabaia, Nanang Purwono menyampaikan bahwa project ini mengambil obyek Makam Eropa Peneleh, yang memiliki sejarah bersama (shared history) antara Surabaya (Indonesia) dan Belanda. Menurut Nanang bahwa project ini diberi nama “Turning Cemetery into Living Library“, yakni Merubah Pemakaman Menjadi Kepustakaan Hidup.
Karena ada keterikatan dengan literasi, maka dinas terkait yang terundang adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip). Selain Dispusip, terundang lainnya adalah Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) karena ada kaitannya dengan pariwisata.
Sementara, selama ini Makam Eropa Peneleh dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Tidak hanya Makam Eropa Peneleh, DLH juga mengelola makam makam lainnya seperti di Keputih dan Babat Kerawat.
Menurut Kuncarsono Prasetyo, pendiri Begandring Soerabaia, Makam Eropa Peneleh tidaklah makam aktif seperti Babat Jerawat atau Keputih yang masih aktif.
“Makam peneleh ini sudah tutup sejak tahun 1950-an dan saat ini menjadi potensi wisata. Seharusnya pengelolaannya tidak lagi pada DLH agar lebih bisa dikembangkan sesuai peruntukanya. Yaitu sebagai obyek wisata, bukan lagi sebagai tempat pemakaman”, jelas Kuncarsono.
Mendengar kabar ini, Ikhsan langsung menelpon dinas terkait agar memindahkan peti peti mati di gudang di depan kantoran makam. Gerak cepat Ikhsan ini adalah wujud nyata bahwa Pemerintah Kota Surabaya mendukung project kerjasama Begandring Soerabaia dan TiMe Amsterdam.
“Kami pemerintah kota Surabaya mendukung sepenuhnya apa yang akan dikerjakan Begandring dan TiMe Amsterdam”, jelas Ikhsan kepada tamu tamunya.
Kerjasama antar komunitas Surabaya dan Amsterdam yang didukung Pemerintah Kota Surabaya ini akan menarasikan orang orang penting di masa Hindia Belanda yang dikubur di Pemakaman Eropa Peneleh. Diantaranya adalah Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat yang membangun Masjid Kemayoran dan Herman van der Tuuk sebagai peletak dasar bahasa Melayu (sekarang Indonesia).
Selain pada obyek makam, di komplek ini akan dibuat Pusat Informasi Makam Eropa Peneleh (PIMEP). Pusat informasi ini sekaligus sebagai tempat orientasi makam sebelum pengunjung mengeksplorasi makam.
Setelah Ikhsan menelpon dinas terkait, ruangan yang selama dipakai untuk menyimpan peti peti mati langsung dibersihkan. Pembersihan langsung dikawal oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Pembersihan ini masih terlihat berlangsung ketika rombongan meninjau lokasi makam pada siang hari.
Sister City Program Surabaya-Rotterdam
Di sela sela diskusi tentang kerjasama Begandring, TiMe Amsterdam, dan Pemkot Surabaya, mencuat peluang kerjasama dalam skema Sister City Program antara Kota Surabaya dan Kota Rotterdam.
Gagasan ini muncul ketika Max Maijer, Ditektur TiMe Amsterdam, bertanya kepada Ikhsan apakah selama ini Surabaya ada kerjasama dengan kota kota di Belanda. Ikhsan, yang setelah mengkroscek ke Biro Hukum dan Kerjasama, mengatakan bahwa selama ini belum ada kerjasama Surabaya dengan kota kota di Belanda.
Nanang yang baru memperoleh beasiswa kursus singkat di kota Rotterdam (Juli-Agustus 2023) mengatakan bahwa kota Surabaya dan Kota Rotterdam sangat berpotensi menjadi Kota Kembar. Keduanya adalah kota Pelabuhan. Keduanya memiliki potensi arsitektur yang patut menjadi perhatian dari sisi kebudayaan dan pendidikan.
Seorang arsitek modern terkenal di Eropa, HP Berlage pada awal abad 20 memiliki karya langka di Surabaya. Karya Berlage, yang umum disebut Gedung Singa, ini menjadi perhatian arsitek arsitek yang bermunculan kemudian hari.
“Arsitek Berlage inilah yang mengatakan dalam perjalanannya ‘Mijn Indiesch Reiz” bahwa Surabaya adalah Rotterdamnya Jawa”, tambah Nanang.
Berangkat dari fakta nyata dan sejarah inilah sangat beralasan jika suatu hari gagasan Sister City Program antara Surabaya dan Rotterdam menjadi kenyataan.@nanang