Wayang Kekinian
Oleh: Agung Purwantara
SEMAR mbangun kahyangan.
Agar para dewa tidak mempermainkan konstitusi. Demi tegaknya Demokrasi Pancasila. Dan Pemilu yang jujur dan adil.
Para penghuni Kadewatan mulai mabuk. Kekuasan level Dewa telah melenakan. Semua dewa merasakan nikmat kekuasaan dan vasilitas kadewatan. Maka, rakyat penghuni ngarcapadha, Bhumi Nuswantara khususnya hanya dijadikan andahan yang digunakan untuk melanggengkan kuasa dewa. Rakyat ditipu-tipu dan ditelikung.
Maka, tibalah saatnya Bethara Semar, dewa tua yang membaur dengan jelata merasa harus bangkit. Dia adalah pamomong rakyat jelata. Meski sebenarnya dia berhak menghuni dan dihormati di dunia kadewatan.
Semar sang intelektual yang merakyat, merasa harus bertindak. Para Dewa telah mabuk kuasa. Maka harus diingatkan dan dibenahi.
Di sini, Semar adalah intelektual terdidik yang tidak berada di menara gading. Bhakti masyarakatnya telah mendarah daging. Maka dia seperti kita. Kitalah Semar yang harus ngejo wantah, mewujud setara Dewata Kahyangan. Menunjukkan bahwa rakyat lah kuasa.
Semar itu menunjukkan dirinya sebagai lembaga pendidikan tinggi. Yang mulai menunjukkan sikap atas kebobrokan yang ditimbulkan oleh Dewa-Dewa yang mabuk kuasa. Dan yang bersyahwat besar untuk menguasai. Yang melanggar undang-undang dan merekayasanya demi kepentingan kuasa.
Para Dewa harus disadarkan. Maka Semar membangun kahyangan. Beberapa Lembaga Perguruan Tinggi di Nusantara telah menunjukkan sikapnya demi demokrasi dan Pemilu yang jujur dan adil.@
*) Penulis budayawan Jawa Timur