Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Atlantis Yang Hilang Ternyata Indonesia

Hingga saat ini benua Atlantis masih misterius. Banyak orang penasaran setengah mati dengan benua ini. Pelacakan benua Atlantis yang hilang banyak dilakukan oleh tim arkeolog dunia. Namun tak satu pun membawa hasil. Namun belakang, seorang peneliti asal Brazil yakni Prof. Arysio Nunes Santos mengungkapkan fakta mengejutkan. Dikatakan, benua atlantis yang hilang berada di Indonesia.

# Dari Indonesia lahirlah bibit-bibit peradaban seperti Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Yunani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, dan Aztek

REKAYOREK.ID Legenda yang berkisah tentang daratan Atlantis, pertama kali diungkapkan seorang filosof Yunani bernama Plato (427-347 SM). Saat itu Plato bilang bahwa ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya. Di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera. Itu adalah kerajaan Atlantis. Demikian kata Plato.

Diceritakan Plato, “Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena. Namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir. Tidak sampai sehari semalam Atlantis tenggelam ke dasar laut. Negara besar yang melampaui peradaban tinggi lenyap dalam semalam,” kata Plato.

Dalam legenda dikatakan kerajaan Atlantis dibangun oleh seorang dewa bernama Poseidon. Poseidon sendiri, katanya, adalah saudara dari Dewa Zues.

Dikisahkan di sebuah pulau terdapat seorang gadis muda yang kedua orang tuanya meninggal. Poseidon memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima anak kembar. Kemudian Poseidon membagi keseluruhan pulau menjadi 10 wilayah; masing-masing diserahkan pada 10 anak untuk menguasai, dan anak sulung lelaki ditunjuk sebagai penguasa tertinggi.

Anak sulung ini bernama Atlan. Oleh karena kerajaan dipimpin oleh Atlan, maka semua orang menyebut negeri itu sebagai kerajaan “Atlantis” yang diambil dari nama raja mereka.

Tercatat, kisah Atlantis sebenarnya dikisahkan oleh adik sepupu Critias. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates. Tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis.

Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias. Sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon ( 639-559 SM).

Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno. Suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.

Catatan dalam dialog secara garis besar seperti berikut ini: “Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya.

Istananya dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.”

Itulah gambaran Atlantis. Atlantis seringkali digambarkan sebagai peradaban besar dengan tingkat kemajuan teknologi yang tinggi. Konon, pesawat terbang, pendingin ruangan, batu baterai, dan lain-lain telah ada pada masa itu.

Atlantis Rekaan

Menurut perhitungan versi Plato, waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis kurang lebih 11.150 tahun silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri.

Plato bahkan pergi ke Mesir untuk meminta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, bahwa kerajaan Atlentis adalah nyata. Nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.

Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun yang menjadi pertanyaan, dimanakah kerajaan Atlantis itu?

Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.

Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama–laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang–tembus pandang hingga ke dasar laut.

Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba menjerit dan kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar. Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah.

Dan ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan polygon. Adapun besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama. Namun penyusunannya sangat rapi. Konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis? Tidak juga.

Awal tahun ’70-an, sekelompok peneliti telah tiba di sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut. Atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam.

Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato. Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis? Juga bukan.

Gambaran Kota Atlantis yang hilang ditelan lautan.

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia! Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis? Masih belum ditemukan korelasinya.

Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda. Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.

Piramida besar ini apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis? Juga tidak.

Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dan lain-lain.

Mereka berdua mengatakan: “Mutlak percaya, yang kami temukan adalah Benua Atlantik! Sama persis seperti yang dilukiskan Plato!” Benarkah itu? Hal itu belum terbukti sampai sekarang.

Hingga kini belum ada seorang pun ilmuwan dapat memastikan apakah sebuah bangunan yang benar-benar dibangun oleh tenaga manusia. Sebab mungkin saja sebuah puncak gunung bawah air yang berbentuk limas.

Sementara foto peninggalan bangunan kuno di dasar laut yang diambil tim ekspedisi Rusia, juga tidak dapat membuktikan di sana adalah bekas tempat kerajaan Atlantis.

Setelah itu ada tim ekspedisi menyelam ke dasar samudera jalan batu di dasar lautan Atlantik Pulau Bimini. Mereka mengambil sampel “jalan batu” dan dilakukan penelitian laboratorium serta dianalisa. Hasilnya menunjukkan bahwa jalan batu ini umurnya belum mencapai 10.000 tahun.

Jika jalan ini dibuat oleh bangsa kerajaan Atlantis, setidak-tidaknya tidak kurang dari 10.000 tahun. Mengenai foto yang ditunjukkan kedua kelasi Norwegia itu, hingga kini pun tidak dapat membuktikan apa-apa.

Satu-satunya kesimpulan tepat yang diperoleh adalah benar ada sebuah daratan yang karam di dasar laut Atlantik. Jika memang benar di atas laut Atlantik pernah ada kerajaan Atlantis, dan kerajaan Atlantis memang benar tenggelam di dasar laut Atlantik, maka di dasar laut Atlantik pasti dapat ditemukan bekas-bekasnya.

Namun apa yang terjadi, semua penyelidiki terhadap Atlantis belum membuahkan hasil. Kerajaan Atlantis tetap merupakan sebuah misteri sepanjang masa.

Indonesia

Adalah Prof. Arysio Nunes Dos Santos, seorang peneliti asal Brazil yang telah 30 tahun menghabiskan waktunya meneliti keberadaan Atlantis yang hilang. Melalui bukunya “Atlantis The Lost Continents Finally Found”, Santos mengejutkan semua orang. Dia bilang benua Atlantis yang hilang itu: Indonesia.

Santos berhasil mematahkan semua kata-kata Plato yang menyebutkan jika benua hilang itu berada di Samudera Atlantik, Laut Tengah, Karibia, atau kutub Utara. Melainkan, di Indonesia.

Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya mengulang-ulang.

Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusuri lokasi Atlantis adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology.

Prof. Arysio Nunes Dos Santos.

Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ibu dari peradaban dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.

Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.

Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.

Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.

Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.

Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.

Gunung utama yang disebut Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mitologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.

Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.

Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, di antaranya Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan.

Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .

Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.

Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia. Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam di bawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.

Buku penelitian Prof. Arysio Nunes Dos Santos yang menyebutkan keberadaan Atlantis di Indonesia.

Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.

Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.

Akibat bencana hebat itu, penduduk Atlantis yang selamat lantas menyebar ke seluruh dunia dan membentuk suku-suku baru ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika. Mereka juga membentuk peradaban baru seperti Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.

Digambarkan pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini.

Di tempat-tempat baru tersebut mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.

Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.

Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.

Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.

Dari Indonesia sendiri lahirlah bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis di berbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.

Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia.[nata]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...