Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Bahu Laweyan #12

Transfer Ilmu Dengan Cara Berhubungan Badan

Oleh: Jendra Wiswara

Nunuk melilitkan kain kemben ke tubuhnya. Kulitnya yang mulus, lekuk tubuhnya yang sintal dan padat berisi itu masih menjadi pemandangan mempesona bagi Ki Rogo Jampi.

“Duduk!” Perintah Ki Rogo Jampi.

Paranormal itu kemudian mengambil air berisi kembang tujuh rupa dan mulai disiramkan ke tubuh istrinya.

Harum kembang tujuh rupa menyebar ke sekeliling kamar mandi.

Nunuk mulai merasakan siraman air dari ujung rambut hingga ujung kaki. Segar. Wangi. Nunuk merasakan pori-pori kulitnya ditembus dinginnya malam.

Beberapa kali Ki Rogo Jampi menyiramkan air ke tubuh Nunuk. Mulutnya tidak berhenti komat-kamit membaca mantera. Perempuan itu hanya pasrah. Sebab ini bagian dari ritual menghilangkan kutukan.

Melihat air membasahi tubuhnya, membuat lekuk-lekuk tubuh Nunuk terlihat transparan. Makin seksi. Makin mempesona.

Tangan Ki Rogo Jampi sedikit gemeteran saat membawa gayung berisi air kembang. Nafasnya memburu dengan hebat.

Sebagai pria normal, Ki Rogo Jampi mulai tidak sabar untuk segera menjamah tubuh istrinya. Tapi dia berusaha tetap tenang dan fokus pada ritual. Tunggu, nanti pasti ada kesempatan, pikirnya.

Setelah prosesi ritual mandi kembang selesai, kesempatan Ki Rogo Jampi memboyong istrinya ke kamar.

“Sekarang ritual mandi selesai. Aku mau transfer ilmuku ke kamu,” ujar Ki Rogo Jampi.

Nunuk tidak paham dengan transfer ilmu yang dimaksud suaminya.

“Transfer bagaimana Ki? Apa aku nanti bisa sembuh setelah ditransfer?” Tanya Nunuk.

“Kamu keringkan dulu tubuhmu. Lalu pakai kain kemben kering. Kutunggu di kamar!” Seru Ki Rogo Jampi.

Pria itu meninggalkan Nunuk sendiri di kamar mandi. Perempuan itu tidak punya pikiran macam-macam terhadap suaminya. Dari awal ritual, dia sudah percaya sepenuhnya dengan Ki Rogo Jampi.

“Saya percaya Ki Rogo Jampi. Apapun perintahnya selalu saya patuhi. Toh, dia sudah menjadi suami meski saya sendiri tidak suka dengan proses ritual suami istri yang disaksikan makhluk halus.”

Setelah mengeringkan tubuh, Nunuk membalutkan kain kemben kering yang sudah disiapkan. Rambutnya yang panjang sebahu masih tampak basah. Tidak ada sisir. Nunuk membiarkan saja rambutnya terurai. Kemudian perempuan itu berlalu. Menuju sebuah kamar di mana Ki Rogo Jampi sudah menunggu di sana.

Nunuk mengendap-endap masuk kamar. Tampak Ki Rogo Jampi duduk bersila. Hanya mengenakan celana panjang komprang warna hitam. Tubuhnya dibiarkan terbuka tanpa sehelai pakaian. Tubuh itu tampak kekar dan berotot. Nunuk terkesima. Hatinya deg-degan. Dia berdiri di hadapan Ki Rogo Jampi. Menunggu perintah. Dia tidak mau mengganggu ritual Ki Rogo Jampi.

Nunuk mulai memperhatikan Ki Rogo Jampi yang lebih mirip dengan pendekar-pendekar masa lalu. Mulutnya masih komat-kamit. Seperti membaca mantera. Matanya terpejam.

Lalu, mata pria itu terbuka. Sorotnya tajam. Memandangi Nunuk tanpa berkedip. Nunuk mundur beberapa langkah. Agak ketakutan.

“Kamu maju ke sini!” Perintah Ki Rogo Jampi.

Nunuk manut.

“Aku sudah berkomunikasi dengan makhluk halus di sini. Mereka bersedia membantuku. Para makhluk halus itu memintaku untuk mentransfer ilmu ke kamu. Mereka akan bertemu makhluk yang ada di tubuhmu. Mereka siap bertempur,” jawab Ki Rogo Jampi menyakinkan.

Nunuk mengangguk setuju.

“Sekarang bukan kainmu!” Perintahnya lagi.

Seperti terhipnotis, Nunuk menuruti perinta Ki Rogo Jampi. Kain yang menutupi tubuhnya dibuka. Hatinya masih deg-degan. Antara percaya dan tidak percaya dengan ritual yang sedang dijalani.

Ki Rogo Jampi kembali dihadapkan pada pemandangan indah nan mempesona. Pria itu lantas bangkit. Dia membuka celananya di hadapan Nunuk. Keduanya kini sama-sama telanjang.

Ki Rogo Jampi mengitari Nunuk. Sambil mulutnya komat-kamit lagi. Nunuk menunduk tanpa berani melihat apa yang hendak dilakukan suaminya.

Lalu dari belakang, dia merasakan ada kekuatan menyergapnya. Tangan-tangan kekar itu mendekap erat tubuhnya. Lalu ditariklah tubuh Nunuk ke pembaringan. Ditidurkan. Dan ditindih.

“Dengan cara ini aku menstransfer ilmuku. Kekuatanku akan menghapuskan segala kutukan yang ada padamu,” kata Ki Rogo Jampi.

Nunuk mengangguk tapi sebenarnya dia risih.

“Malam itu kami melakukan hubungan badan layaknya suami istri. Saya hanya pasrah diterjang kekuatan Ki Rogo Jampi. Dia memiliki kekuatan dahsyat. Cengkramannya kuat. Entah mengapa saya sama sekali tidak merasakan apa-apa. Tidak seperti saat saya bersama Mas Bondo. Malam itu saya seperti mayat hidup.”

Meski Nunuk tidak bereaksi, namun sejatinya makhluk jahat yang bersemayam di tubuhnya telah bereaksi. Pertarungan antar ilmu hitam tidak dapat dihindari.

Berulangkali Nunuk menghadapi serangan Ki Rogo Jampi yang tidak kenal lelah, dan perempuan itu berhasil menyeimbangkan pertarungan. Keduanya sama-sama tangguh. Ilmunya seimbang.

Malam itu pertarungan berakhir imbang. Keduanya sama-sama terkulai lemas.

“Ilmumu ternyata hebat. Pantas banyak orang tidak berdaya menghadapimu,” sebut Ki Rogo Jampi.

Nunuk hanya mengangguk. Tidak paham maksud paranormal tersebut. Apakah yang dimaksud ilmu bercinta atau ilmu hitam. Entahlah.

Malam berikutnya, pertarungan kembali terjadi. Masih sengit. Tidak ada yang menang dan kalah.

Nunuk tetap menjadi perempuan pasif di ranjang. Meski digoyang berkali-kali, Nunuk tidak melawan. Dia hanya bertahan. Dan pertarungan kembali imbang.

Selama tujuh hari berturut-turut Nunuk dan Ki Rogo Jampi terlibat pertarungan sengit. Dan selama itu pula, Ki Rogo Jampi menolak ditemui pasien-pasiennya. Semua pasien yang datang disuruh pulang. Mereka harus gigit jari. Namun tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka memaklumi jika Ki Rogo Jampi belum bersedia ditemui. Alasannya masih ada pasien yang butuh penanganan serius. Para pasien itu, meski kecewa tetap tidak berani berontak. Mereka takut Ki Rogo Jampi marah, dan akibatnya buruk bagi mereka.

Kembali ke Nunuk, perempuan itu kini harus menghadapi hal baru dalam hidupnya. Dia harus merelakan harga dirinya direnggut paksa Ki Rogo Jampi. Padahal tujuannya datang ke Banyuwangi hanya berobat. Namun kenyataan berkata lain. Dia dipaksa melayani nafsu bejat dukun cabul tersebut.

“Saya tahu Ki Rogo Jampi punya kekuatan ilmu hitam. Dia sangat kuat. Dia sangat perkasa. Tapi lama-lama saya mulai curiga, bahwa tubuh saya hanya dimanfaatkan Ki Rogo Jampi untuk memuaskan gairah seksnya. Ritual menghilangkan kutukan dengan cara berhubungan badan hanya akal-akalan Ki Rogo Jampi.”

Kecurigaan Nunuk ini terjadi setelah tujuh hari pertarungan berhenti, dia mendapat bisikan dari makhluk halus yang bersemayam di tubuhnya.

Saat itu Nunuk hendak keluar rumah untuk membeli makanan di warung. Di tengah jalan, tepatnya di hutan, dia mendengar sebuah suara tanpa wujud. Hatinya ciut. Nunuk berusaha tidak takut. Suara itu terus menggema di kepalanya.

“Nuk,” panggil suara tanpa wujud.

“Siapa kamu!” Nunuk memutar badannya, celingukan ke sana kemari. Tidak ada orang. Hutan itu mulai terlihat angker baginya.

“Aku yang ada di dalam tubuhmu. Kamu telah dibohongi dukun itu. Dia dukun cabul,” kata suara itu.

“Apa maksudmu?”

“Tidak ada ritual menghilangkan kutukan. Aku tetap ada di tubuhmu,” suara itu menegaskan pada Nunuk.

“Kamu…kamu…” Nunuk sudah menduga hal itu. Tampak raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.

“Kamu tidak bisa mengusirku dengan cara seperti itu. Aku tetap ada tubuhmu hingga korban tujuh manusia yang menjadi suamimu. Dukun itu tidak memiliki kekuatan. Dia hanya dukun cabul. Semua wanita-wanita muda yang datang padanya selalui dicumbui. Itu akal-akalan dia.”

Mendengar ucapan makhluk halus itu, Nunuk langsung tersungkur ke tanah. Pipinya berlinangan airmata. Tidak disangka nasibnya sungguh tragis. Upaya mencari kesembuhan, malah dimanfaatkan memuaskan hawa nafsu dukun cabul.

“Saya marah. Kecewa. Makhluk halus dalam tubuh saya memberitahukan segalanya. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya dibohongi Ki Rogo Jampi. Dia memanfaatkan kelemahan saya untuk memuaskan nafsu birahinya. Dasar dukun cabul.”

[bersambung]

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...